Aku memandang Gwen dengan iba. Entah rasa apa yang ada di hatiku saat itu. Dia harus menanggung derita karena penyakitnya. Gwen selalu mengeluh mual, sakit di bagian perut sebelah kanan, mata tampak kuning, sering merasa kembung dan pusing. Kata Dokter Patrick itu memang menunjukkan gejala terkena kanker hati.
"Kamu harus mau makan agar tubuhmu berisi lagi." Aku menjawab seraya menahan tangis yang sebentar lagi akan meleleh.
 Aku tak ingin terlihat rapuh di hadapan Gwen. Aku harus menguatkan hati agar Gwen tidak tambah terpuruk. Harapanku Gwen segera sembuh meskipun menurut dokter sangat kecil kemungkinannya. Aku yakin tangan Tuhan akan membantu kesembuhan Gwen.
Kami melihat dokter Patrick keluar dari kamar ICU Gwen. Dia meminta kami untuk menemui di ruangannya.
"Gwen harus segera transplatasi hati agar kondisinya semakin membaik. Namun, mencari pedonornya cukup sulit," papar Dokter Patrick berhati-hati.Â
Aku memandang Mbak Clarissa sambil berjaga-jaga agar dia tak pingsan lagi seperti setahun lalu.
"Berapa biaya yang harus kami siapkan, Dokter?" tanya Mbak Clarissa tampak tegar.
 Aku paham betapa berat semua ini buat Mbak Clarissa apalagi dia hanya single parent. Untungnya Mas Bisma memiliki asuransi jiwa yang baru dicairkan oleh Mbak Clarissa sehingga biaya operasi Gwen bisa terbantu.
"Silakan tanyakan hal itu kepada bagian administrasi. Saya kurang paham." Dokter Patrick berbicara seraya memandang Mbak Clarissa.
"Bagaimana dengan pendonornya, Dok? Jika kami menyiapkan biaya operasinya apakah pendonornya sudah pasti ada?" tanyaku meyakinkan.
"Pihak rumah sakit akan berusaha untuk mencari pendonor," jawab dokter singkat.