"Heru tinggal di Perth, Bu." Jawaban Heru yang singkat itu mampu membuatku terpana.
"Di Perth? Kok bisa?" tanyaku heran. Heru tersenyum tipis mendengar pertanyaanku yang seolah tidak percaya kepadanya. Aku tersadar dan meminta maaf pada Heru.
"Ibu minta maaf, Ru. Ibu heran saja kok kamu bisa tinggal di Perth. Bagaimana ceritanya?" Aku berkata sambil menatap Heru penuh penyesalan.
"Wajar saja jika Ibu tidak percaya. Dulu Heru memang sangat urakan dan sulit diatur. Heru selalu berulah sehingga membuat kesal para guru," tutur Heru lirih sambil memandangi taman kafe.
Aku ingat Heru memang sering membuatku pusing dengan berbagai ulah yang menjengkelkan. Sebagai wali kelas hampir setiap hari aku mendapat laporan tentang ulahnya. Kadang dia datang terlambat ke sekolah. Hari berikutnya dia ketahuan merokok di toilet siswa. Berikutnya lagi Heru kabur dari pagar belakang sekolah. Bahkan, dia terlibat tawuran dengan sekolah lain.
Sebenarnya Heru anak baik. Aku yakin sikapnya itu adalah wujud dari protes kepada kedua orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ibunya mempunyai usaha garmen yang sedang berkembang pesat. Ayahnya seorang pengusaha di bidang perminyakan dan berkantor di Singapura. Alasan yang klise dan sering terjadi. Heru broken home dan kurang perhatian.
Setiap hari Heru ditemani oleh Bi Minah, asisten rumah tangga yang selalu setia dan menuruti setiap keinginan. Mama dan Papa jarang bertemu dengannya. Untung saja Risa, adiknya memilih sekolah di pesantren sehingga dia tidak merasakan kesepian. Akhirnya Heru mencari perhatian dengan cara yang salah.
Aku mengetahui semua tentang Heru karena sering home visite ke rumahnya. Pastinya Bi Minah yang menerima kedatanganku.
"Ibu pasti sedang mengingat kembali kenakalanku, ya?" tanya Heru membuyarkan lamunanku.
 "Ya, Ibu mencoba mengingat kembali apa yang kamu lakukan dulu dan sempat membuat Ibu kehilangan akal juga. Namun saat itu, Ibu yakin kalau kamu anak yang baik." Aku memandang Heru dengan saksama.
"Ibu lihat kamu sudah berubah sekarang. Kamu sudah menjadi orang sukses rupanya," selaku sambil memegang bahu Heru.