Banyak pertanyaan yang muncul dalam benak Karina. Siapa wanita yang telah menempati hati Ayahnya kini? Sejak kapan Ayah menikahinya? Siapa pula lelaki yang telah menggoda ibunya?
Dia harus mencari jawaban kepada Mbok Nah. Mbok Nah pasti mengetahui semua kejadian di rumah ini selama Karina berada di Amerika.
Karina keluar dari kamar dan mencari Mbok Nah di dapur. Biasanya wanita itu sedang menyiapkan sarapan untuk kami. Benar saja, Karina melihat Mbok Nah sedang memasak. Bau masakannya membuat perut Karina berbunyi.
"Eh ... Neng Karin sudah bangun?" Mbok Nah menyambutku dengan senyum ramahnya.
"Ya, Mbok. Lapar nih," ujar Karin seraya memegang perutnya.
"Mbok akan membuatkan nasi goreng spesial kesukaanmu, ya?" tawar Mbok Nah sambil memandang Karina.
Mbok Nah memang selalu perhatian kepada Karina. Wanita paruh baya ini pula yang sejak kecil merawat dan menemaninya. Sebagai anak satu-satunya tentu saja Karina kerap merasa kesepian. Saat itulah Mbok Nah selalu mengajak bermain atau pula belajar mengaji. Dari beliaulah aku bisa mengaji.
"Ayah dan Bunda tidak terlihat, Mbok? Kemana mereka?" Karina berkata sambil mencomot pisang goreng di meja makan.
"Semalam mereka tidak pulang, Neng. Setelah bertengkar semalam, Tuan dan Nyonya pergi dengan kendaraan masing- masing. Kata Pak Parmin sih sampai sekarang belum pulang,' jelas Mbok Nah.
Karina menghela nafas panjang. Dia ingin melepaskan beban berat di hatinya.
"Mbok, sejak kapan mereka berubah begini? Mengapa semuanya merahasiakan masalah ini kepadaku?" tanya Karina pelan.