“ Ya ampun, aku lupa bu…..” ujar Rian seraya bergegas ke kamarnya, meninggalkan ibunya yang hanya geleng - geleng kepala melihat tingkah anak pertamanya.
“ Rian mana bu?” tanya Rain ketika tiba di dapur.
“ Dia bergegas ke kamarnya ketika ibu ingatkan tentang ujian hari ini. Oh iya Rain, tadi kenapa kamu menyiram Rian?” Ibunya balik bertanya.
“ Semalam kan ibu pesan supaya aku membangunkannya, tapi ibu kan tidak bilang bagaimana caranya. Karena berkali – kali ku bangunkan tapi ia tetap tidur, ya sudah aku siram saja, ternyata ampuh juga kan cara itu?” Rain tersenyum mengingat ekspresi Rian ketika ia siram.
“ Kalian masih sama saja seperti dulu waktu kecil. Padahal sudah kelas 2 SMA tapi kamu tetap jail dan Rian tetap malas. Aduh, ibu sampai bingung kenapa walaupun kembar kepribadian kalian berbeda.”
“ Sudah bu tidak usah dipikirkan, lagipula memang ibu mau jika kami berdua sama-sama malas?”
“ Tentu tidak. Oh iya, sepertinya Rian lupa kalau hari ini ujian, tentu saja ia lupa untuk belajar. Kamu lihat dia sana!”
“ Baik bu,” Ujar Rain seraya menuju kamar kembarannya.
“ Aduh… Mana buku catatanku?” ujar Rian putus asa seraya mengacak – acak rak buku.
“ Nih,” ujar Rain di depan pintu kamar seraya mengacungkan sebuah buku.
“ Argh Rain, lagi – lagi kamu. Kemarikan buku itu, aku harus cepat – cepat merangkum supaya bisa ku hapalkan dalam perjalanan ke sekolah nanti,” ujar Rian kesal. Namun ketika ia membuka catatannya dan siap untuk merangkum, didapatinya buku itu telah berisi rangkuman semua pelajaran yang akan diujikan. Kekesalannya menguap berganti sebuah senyuman. Ketika ia berbalik untuk berterimakasih pada Rain, ternyata kembarannya itu telah menghilang.