Mohon tunggu...
Febri Nina Fathrattu
Febri Nina Fathrattu Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

saya adalah seseorang yang sangat suka membaui hujan...simple.....dreamer...writter (masih dalam tahap belajar) ...and Kutu Buku :) twitter : @okitafathrattu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Membaui Hujan Bagian 1 : RAIN

21 Juli 2012   07:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:45 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Ya ampun, aku lupa bu…..” ujar Rian seraya bergegas ke kamarnya, meninggalkan ibunya yang hanya geleng -  geleng kepala melihat tingkah anak pertamanya.

“ Rian mana bu?” tanya Rain ketika tiba di dapur.

“ Dia bergegas ke kamarnya ketika ibu ingatkan tentang ujian hari ini. Oh iya Rain, tadi kenapa kamu menyiram Rian?” Ibunya balik bertanya.

“ Semalam kan ibu pesan supaya aku membangunkannya, tapi ibu kan tidak bilang bagaimana caranya. Karena berkali – kali ku bangunkan tapi ia tetap tidur, ya sudah aku siram saja, ternyata ampuh juga kan cara itu?” Rain tersenyum mengingat ekspresi Rian ketika ia siram.

“ Kalian masih sama saja seperti dulu waktu kecil. Padahal sudah kelas 2 SMA tapi kamu tetap jail dan Rian tetap malas. Aduh, ibu sampai bingung kenapa walaupun kembar kepribadian kalian berbeda.”

“ Sudah bu tidak usah dipikirkan, lagipula memang ibu mau jika kami berdua sama-sama malas?”

“ Tentu tidak. Oh iya, sepertinya Rian lupa kalau hari ini ujian, tentu saja ia lupa untuk belajar. Kamu lihat dia sana!”

“ Baik bu,” Ujar Rain seraya menuju kamar kembarannya.

“ Aduh… Mana buku catatanku?” ujar Rian putus asa seraya mengacak – acak rak buku.

“ Nih,” ujar Rain di depan pintu kamar seraya mengacungkan sebuah buku.

“ Argh Rain, lagi – lagi kamu. Kemarikan buku itu, aku harus cepat – cepat merangkum supaya bisa ku hapalkan dalam perjalanan ke sekolah nanti,” ujar Rian kesal. Namun ketika ia membuka catatannya dan siap untuk merangkum, didapatinya buku itu telah berisi rangkuman semua pelajaran yang akan diujikan. Kekesalannya menguap berganti sebuah senyuman. Ketika ia berbalik untuk berterimakasih pada Rain, ternyata kembarannya itu telah menghilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun