Mohon tunggu...
eny mastuti
eny mastuti Mohon Tunggu... -

Ibu dua orang remaja. Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Harus (Bisa) Kuliah Jangan Jadi Kordis, Kormod, dan Korik

15 Juli 2017   17:49 Diperbarui: 15 Juli 2017   20:12 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apalagi ada program pencabutan subsidi listrik saat ini, berhemat wajib hukumnya.

       2.Mengatur belanja makanan harian

Pos belanja makanan menyedot porsi cukup besar. Apalagi jika keseringan makan di luar. Wah.. bisa tekor.

Pertama, saya ajak keluarga untuk memahami bahwa yang utama dari makanan adalah sehatnya, baru kemudian cita rasanya.

Jika  dibalik, yang penting enaknya, baru kemudian sehatnya.., maka bisa-bisa  tiap hari minta makan di resto karena enak, meskipun belum tentu sehat  dan halal.

Maka,  saya memasak sendiri menu harian. Meskipun harus  membagi waktu dan tenaga, tetapi banyak manfaatnya. Seperti : hemat  anggaran, makanan lebih sehat dan bersih, mengasah kreatifitas memasak,  dan sekaligus olahraga. Hmm ... iya, sibuk wira-wiri membuat body tetap terjaga , tidak melar.

        3. Hindari menjadi kordis, kormod dan korik

Terus terang saya pernah menjadi  kordis - korban diskon, kormod - korban mode, dan korik- korban iklan.

Tiga hal yang dulu menjadi perontok iman dalam menjaga keamanan dompet.

Menjadi KORDIS

Begitu  tahu ada diskon barang tertentu, saya akan menjadi korban yang tak  berdaya. Langsung gelap mata dan memburunya sampai kena. Alasan hanya  satu : mumpung lagi murah. Saya abaikan pertimbangan tentang kebutuhan  atau keinginan, penting tidak penting, mendesak atau bisa ditunda dan  seterusnya. Pokonya beli, titik.  Biasanya,  ini menyangkut  barang-barang untuk kebersihan rumah tangga yang sifatnya  tahan lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun