Mohon tunggu...
Niko Lesmana
Niko Lesmana Mohon Tunggu... -

"tugasku, menertawakan dunia..."

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Angkringan Parmin

24 Mei 2011   17:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:16 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Matur nuwun Min, aku ada pengajian di rumah… wis kapan-kapan aku singgah”

“Selipkan sedikit doa buat saya ya wak Haji, biar laris angkringanku…”

“Selalu Min, selalu…”

Malam semakin merangkak, gerobak angkringan Parmin bagai lilin dikerubungi laron, mungkin ini imbas dari Gusti Allah yang duduk di samping Parmin, hangat nyaman didekat anglo. Namanya juga restoran para marjinal, semua memesan minum, teh, kopi, wedang jahe, susu jahe, jeruk anget sambil tidak lupa mencomot dan memilih-milih gorengan. Ada nasi kucing isi sambel teri, ada isi oseng-oseng tempe juga usus bakar.

Semuanya jiwa-jiwa merdeka, setidaknya ingin merasakan merdeka duduk lesehan atau diatas kursi pangjang sambil angkat kaki. Lumayanlah mungkin pikir semua, pesan teh dua ribu perak tapi bisa ngobrol-ngobrol pepesan kosong sampai berjam-jam, tanpa ada yang melirik mengusir.

Di gerobak angkringan Parmin apa saja bisa dibicarakan, dimulai dengan pembangunan masjid.

“Lama sekali jadinya masjid kita ya pak Muh”

“Namanya juga nunggu dana dari masyarakat, ya lama Cup”

“Harusnya macam di Jakarta pak Muh, pengurus masjid teriak-teriak pakai toa masjid ngingetin banyak-banyak beramal buat pembangunan masjid biar tambah banyak rejeki”

“Walah cup, yen ngono yo kayak dagang wae, baru mau nyumbang kalo ada hadiahnya… namanya juga beramal, ya nggak usah mikir apa hadiahnya, itu baru namanya ikhlas… poyo kamu pikir masyarakat sini cah angon opo?”

“Lah buktinya yang nyumbang seret pak Muh, ya karena kurang penerangan yen nyumbang pasti ada pahalanya mungkin”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun