(“Lawe meminjam perkataan Nabi Muhammad SAW”, Batin Sadrach.)
Journey 3: Selasa, 05:00-05:30 am, Perjalanan Toadhall – Manuka.
“Salah satu pemeriksaan kinerja BPK yang menemukan banyak inefisiensi negara yang kalau bisa ditekan akan menghemat banyak uang negara”, ungkap Sadrach.
“Misalnya apa, Drach”, tanya Lawe yang terus memacu mobilnya.
“Menurut hasil pemeriksaan BPK tahun 2011, keberhasilan konversi dari penggunaan minyak tanah ke LPG telah menghemat anggaran pemerintah 20,99 Trilyun dari tahun 2007 sampai dengan 2010. Jika periodenya diperpanjang sampai Mei 2012, uang yang dihemat mencapai 61,6 Trilyun Rupiah”, jawab Sadrach mantab.
“Tapi kan banyak kegagalan dengan kejadian tabung melon yang meledak dan lainnya”, protes Lawe.
“Itu sebenarnya bukan tabung meledak, tapi pemasangan pipa kompor gas yang tidak sempurna, sehingga menyebabkan gasnya bocor. Setelah dilakukan sosialisasi yang cukup, maka kejadian tabung gas meledak berkurang derastis, kan. Itu pula yang disarankan BPK untuk memperbaiki efektifitas program konversi itu”, jawab Sadrach.
“Sebuah riset pernah menghitung kebijakan ekspor gas bumi Nusantara yang murah dan mengimpor BBM yang mahal menyebabkan negara kehilangan devisanya sebesar 102,6 Trilyun Rupiah per tahun bersamaan dengan pemborosan biaya operasional sebesar 60,6 Trilyun Rupiah per tahun sepanjang 2006 sampai dengan 2009 (43)”, urai Sadrach menambahkan.
“Seharusnya kita mempunyai Ministry for Climate Change and Energy Efficiency seperti di Australia, ya Drach. Banyak yang bisa dihemat jika bangsa kita cerdas membelanjakan uang negara. Di Nusantara yang belum kaya, ternyata banyak sekali terjadi pemborosan dan kemubaziran”, sambut Lawe bersemangat.
“Iya, aku setuju sekali, Lawe”, jawab Sadrach meyakinkan.
“Kalau banyak uang yang bisa dihemat, maka dana-dana itu bisa digunakan untuk program War on Poverty”, tambah Lawe.