Mohon tunggu...
Nezhava
Nezhava Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

hello semua! akun ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas ya!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resume Jurnal Sejarah Revolusi Industri

30 Oktober 2024   06:38 Diperbarui: 30 Oktober 2024   06:41 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Resume ini ditulis oleh Deavin (05) dan Nezhava (20)

Judul Jurnal: Sejarah Revolusi Industri

Penulis: Dito Dwi Fernando dan Fahruddin

Asal Institusi: Universitas PGRI Yogyakarta

Abstrak

Jurnal ini berfokus pada perubahan besar yang dialami masyarakat Eropa menuju modernitas dan kemajuan ekonomi yang menempatkan mereka sebagai salah satu kawasan paling maju di dunia. Penulis menelusuri sejarah transformasi ini, mulai dari periode Renaissance hingga munculnya Revolusi Industri pada abad ke-18.

 Perubahan yang terjadi dalam struktur ekonomi, sosial, dan politik di Eropa membawa dampak signifikan terhadap cara hidup masyarakat, termasuk dalam bidang pekerjaan, teknologi, urbanisasi, serta dinamika kelas sosial. Melalui pendekatan historis dan analisis literatur, penulis menggali dampak Revolusi Industri yang mengubah Eropa dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri modern.

Pendahuluan

Perjalanan Eropa menuju kemajuan dimulai dengan kebangkitan kesadaran intelektual dan budaya pada periode Renaissance sekitar abad ke-14. Renaissance membawa pemikiran baru yang menekankan pentingnya ilmu pengetahuan, seni, dan filsafat, menggantikan dogma keagamaan yang membatasi pemikiran bebas selama Abad Pertengahan. 

Pada masa ini, masyarakat mulai memandang dunia dengan sudut pandang ilmiah dan rasional, yang membuka jalan bagi berbagai penemuan dan inovasi di bidang ilmu pengetahuan. Renaissance juga menekankan pentingnya individualisme, di mana setiap individu dianggap memiliki potensi dan kebebasan untuk berkembang.

Setelah Renaissance, lahirlah Zaman Pencerahan (Age of Enlightenment) pada abad ke-17 dan ke-18, yang lebih mendorong gagasan rasionalitas dan kemajuan sosial. Pemikir-pemikir Pencerahan seperti Voltaire, Rousseau, dan Montesquieu mendesak adanya kebebasan berpikir, hak asasi manusia, serta pemerintahan yang demokratis.

 Pencerahan mengarahkan pandangan masyarakat Eropa terhadap pentingnya ilmu pengetahuan sebagai dasar bagi kemajuan dan kebebasan sebagai elemen penting dalam membentuk masyarakat modern. 

Inilah latar belakang intelektual yang menjadi landasan terjadinya Revolusi Industri, yaitu perubahan besar-besaran dalam cara produksi, ekonomi, dan kehidupan sosial yang dimulai pada paruh kedua abad ke-18.

Latar Belakang Kondisi Masyarakat Inggris Sebelum Revolusi Industri

Masyarakat Inggris sebelum Revolusi Industri didominasi oleh ekonomi agraris, di mana sebagian besar penduduk tinggal di pedesaan dan mengandalkan pertanian sebagai sumber utama penghidupan. 

Kehidupan masyarakat kala itu sangat sederhana dan bergantung pada musim serta tenaga manusia maupun hewan dalam pengolahan tanah. Kekayaan umumnya dipegang oleh para tuan tanah yang memiliki lahan pertanian luas, sedangkan sebagian besar masyarakat adalah petani kecil yang bekerja di bawah kekuasaan pemilik lahan.

Pada saat yang sama, pengaruh Gereja masih kuat di berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam pengetahuan dan sains. Pandangan dunia masih didasarkan pada keyakinan agama yang ketat, membatasi kebebasan berpikir dan inovasi ilmiah. 

Namun, pengaruh baru mulai masuk setelah Inggris mengalami berbagai kontak dengan dunia luar melalui Perang Salib dan perdagangan internasional, terutama dengan dunia Islam. 

Masyarakat Eropa pun mulai menerima kembali teks-teks kuno dari Yunani dan Romawi, yang telah dikembangkan lebih lanjut oleh ilmuwan Muslim. Pengenalan kembali ilmu pengetahuan ini melahirkan pemikiran yang lebih terbuka, mendorong terciptanya teknologi baru serta revolusi dalam berbagai bidang.

Munculnya Revolusi Industri

Revolusi Industri dimulai pada pertengahan abad ke-18 di Inggris dan menyebar ke seluruh Eropa hingga mencapai Amerika Serikat dan bagian lain dunia. Era ini ditandai oleh transisi dari produksi manual yang bergantung pada tenaga manusia ke produksi mesin yang jauh lebih efisien. Revolusi ini dianggap sebagai titik awal dari era industri modern karena mengubah cara kerja, pola hidup, serta sistem ekonomi masyarakat secara keseluruhan.

Revolusi Industri terjadi dalam beberapa tahap, yaitu tahap industri rumahan, tahap manufaktur, dan akhirnya tahap industri besar atau pabrik. Pada awalnya, produksi dilakukan dalam skala kecil di rumah-rumah penduduk dan biasa dikenal sebagai industri rumahan (*home industry*).

 Dalam sistem ini, keluarga bekerja bersama di rumah untuk membuat barang-barang kerajinan, tekstil, atau barang kebutuhan sehari-hari. Namun, dengan ditemukannya mesin-mesin baru, produksi mulai beralih ke sistem manufaktur, di mana proses produksi dilakukan di tempat khusus dan dalam skala yang lebih besar.

Tahap terakhir dalam Revolusi Industri adalah munculnya pabrik-pabrik besar yang memanfaatkan tenaga mesin, terutama mesin uap, dalam proses produksi. Penggunaan mesin uap memungkinkan produksi massal dengan kecepatan dan efisiensi yang jauh lebih tinggi daripada tenaga manusia. 

Hal ini menimbulkan fenomena baru dalam kehidupan masyarakat, yaitu urbanisasi, di mana banyak penduduk pedesaan pindah ke kota untuk bekerja di pabrik-pabrik. Revolusi Industri mengubah pola migrasi penduduk dari pedesaan ke perkotaan, menciptakan pusat-pusat industri yang menjadi tulang punggung ekonomi negara-negara Eropa.

Dampak Sosial, Ekonomi, dan Politik Revolusi Industri

1.Dampak Sosial

Perubahan besar dalam teknologi dan cara produksi membawa dampak signifikan terhadap kehidupan sosial masyarakat Eropa. Salah satu dampak yang paling mencolok adalah urbanisasi yang terjadi akibat banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan di kota-kota industri. 

Kota-kota besar seperti London, Manchester, dan Birmingham mengalami lonjakan populasi yang sangat pesat, mengubahnya menjadi pusat ekonomi dan industri. 

Namun, kepadatan populasi di kota membawa masalah baru, seperti kemiskinan, polusi, serta buruknya kondisi kesehatan di daerah permukiman yang padat. Rumah-rumah pekerja di kota sering kali tidak memadai, dengan lingkungan yang kotor dan sanitasi yang buruk.

Selain itu, Revolusi Industri menciptakan kesenjangan sosial yang semakin besar antara kelas borjuis atau kapitalis (pemilik pabrik) dan kelas pekerja atau proletariat. Kaum borjuis menikmati keuntungan besar dari kepemilikan modal dan produksi skala besar, sedangkan pekerja hidup dengan upah rendah dan kondisi kerja yang berat.

 Kelas pekerja bekerja dalam waktu yang sangat panjang dengan risiko kecelakaan yang tinggi dan hampir tanpa jaminan kesehatan. Ketidakadilan ini melahirkan gerakan buruh yang menuntut perbaikan upah, kondisi kerja, serta hak-hak yang lebih adil.

2.Dampak Ekonomi

Dampak ekonomi Revolusi Industri sangat besar, terutama dalam memperkenalkan sistem ekonomi kapitalisme yang berfokus pada produksi massal dan keuntungan. Dalam sistem ini, pemilik modal bebas menjalankan usahanya dengan sedikit intervensi dari pemerintah. 

Sistem kapitalisme mengarahkan ekonomi pada pencarian keuntungan maksimal, mendorong pengusaha untuk mencari cara paling efisien dalam memproduksi barang, termasuk dengan menekan biaya tenaga kerja dan memperkenalkan teknologi yang lebih canggih.

Inovasi teknologi seperti mesin uap mengubah banyak sektor industri, termasuk transportasi dan perdagangan. Penemuan mesin uap oleh James Watt memicu revolusi dalam transportasi dengan munculnya kereta api dan kapal uap, yang mempercepat distribusi barang dan menghubungkan kota-kota serta negara-negara dengan lebih mudah. 

Akibatnya, biaya transportasi menjadi lebih murah, dan pasar untuk barang-barang produksi pabrik pun meluas hingga ke pasar internasional.

3.Dampak Politik dan Munculnya Ideologi Baru

Revolusi Industri juga mempengaruhi tatanan politik Eropa dan dunia, terutama dengan munculnya ideologi-ideologi baru yang lahir sebagai respons terhadap ketidakadilan sistem kapitalis. Salah satu ideologi tersebut adalah sosialisme, yang menuntut adanya pemerataan kekayaan dan keadilan bagi semua lapisan masyarakat.

 Para penganut sosialisme menentang dominasi kaum kapitalis yang mengeksploitasi tenaga kerja dengan upah rendah dan kondisi kerja yang tidak manusiawi. Sosialisme menekankan bahwa kekayaan harus didistribusikan secara merata sehingga semua orang bisa mendapatkan penghidupan yang layak.

Selain sosialisme, muncul pula liberalisme, yang mendukung kebebasan individu dalam menjalankan usaha dan menginginkan sedikit campur tangan pemerintah dalam ekonomi. 

Kaum liberalis percaya bahwa pasar yang bebas akan menciptakan efisiensi dan kemakmuran. Liberalisme menekankan pada kebebasan individu, hak asasi manusia, serta persamaan di hadapan hukum.

Di sisi lain, kapitalisme yang berkembang dari kapitalisme klasik menjadi kapitalisme modern terus berusaha mencari pasar dan sumber daya baru di luar negeri, yang memunculkan imperialisme. 

Imperialisme adalah praktik di mana negara-negara Barat menguasai wilayah-wilayah di Asia, Afrika, dan Amerika Latin untuk mengeksploitasi sumber daya alam dan memperluas pasar bagi barang-barang mereka.

 Imperialisme sering kali disertai dengan penindasan dan eksploitasi terhadap penduduk lokal, yang memunculkan resistensi dan pemberontakan di berbagai wilayah.

Kesimpulan

Revolusi Industri merupakan salah satu titik balik paling penting dalam sejarah masyarakat Eropa, menandai transisi dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri modern. 

Perubahan ini didorong oleh perkembangan teknologi yang memungkinkan produksi barang dalam skala besar dengan efisiensi tinggi, yang mengubah pola ekonomi, gaya hidup, serta struktur sosial masyarakat Eropa. Revolusi Industri mempercepat urbanisasi, menciptakan ketimpangan kelas antara borjuis dan proletariat, serta membawa dampak lingkungan yang serius.

Secara ekonomi, Revolusi Industri mendorong pertumbuhan kapitalisme dan mendorong Eropa menjadi pusat perdagangan global. Dampak ini memicu munculnya ideologi-ideologi baru seperti sosialisme dan liberalisme yang berusaha menanggapi ketidakadilan dalam sistem kapitalis. 

Dalam ranah politik, kapitalisme yang berkembang menyebabkan ekspansi imperialisme, di mana negara-negara Eropa mencari sumber daya dan pasar baru di luar negeri, yang mempengaruhi hubungan global pada masa itu.

Secara keseluruhan, Revolusi Industri mengantarkan Eropa menuju era modern dengan inovasi yang mengubah kehidupan manusia secara permanen. Perubahan-perubahan ini meletakkan dasar bagi peradaban modern saat ini, meskipun diiringi berbagai tantangan, baik dalam bidang sosial, ekonomi, maupun lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun