Sengaja cerita ini saya (penulis) posting tidak pas atau sebelum tanggal 25 Desember, tanpa alasan yang berarti.
Mari kita mulai, selamat membaca, terima kasih, salam.
Cerita Natal dari sisi lain.
Pimpinan Perusahaan dimana aku bekerja adalah bu Jenar, demikian nama panggilan beliau.
Setelah beberapa hari aku masuk kerja, baru aku tahu nama lengkapnya,Â
Jenar Raisha ArundatiÂ
Nama yang indah, artinyapun pasti indah.
Lima tahun yang lalu disuatu hari aku mencari gereja yang terdekat dengan rumah kostku.
Maksudku, supaya kalau aku pas tidak pulang kekota asal, aku bisa tetap ibadah setiap hari Minggunya.
Awalnya aku tidak sengaja mengamati seorang yang setiap hari aku berjumpa dengannya. Tapi lama-lama aku tertarik untuk mengamatinya.
Seorang yang aku maksud itu tak lain adalah bu Jenar yang ternyata beribadah di gereja yang sama.
Ada yang menggelitik sense of kepo di diriku.
Tapi aku tidak punya keberanian bertanya langsung kepadanya.
"Tika, ... kamu tahu bu Jenar kan?" kataku kepada Cantika.
"Ya .. tahu." jawabnya singkat.
"Tahukah kamu, ada yang aneh tentang dia."
"Emmm... (coba bayangkan) aku ndak tahu, memangnya ada apa dengan dia, sepertinya wajar-wajar aja."
"Coba kamu lihat dia tu ... busana yang dipakai setiap minggu ke gereja selalu sama warnanya selalu hitam." kataku sambil memberi kode kearah bu Jenar duduk dideretan sebelah kanan.
"Ya mungkin itu selera pribadinya, atau sengaja tunjukan identitas dia kaleeii."
Aku diam, karena bu Jenar kebetulan pas meihat kearahku.
"Ada apa to kamu, sepertinya punya perhatian khusus kepadanya, sementara semua orang tidak ada yang mempermasalahkan penampilan dia."
"Awal rasa cinta menyelimuti hati yaa...?" lanjut Cantika.
"Ah ... kamu ngacau." kataku ... akan lanjut tapi waktu ibadah dimulai, aku terus ambil sikap sempurnya siap jalankan ibadah di Minggu pagi itu.
Tapi, ...
"Tembak langsung aja bro." kata Cantika berbisik.
 Selesai ibadah.
"Selamat pagi bu." sapaku kepadanya.
"Pagi." jawab bu Jenar.
Ada rasa sungkan mau lanjutkan pembicaraan waktu itu, aku sadar posisi, dia pimpinan aku karyawannya, bawahan jauh, bukan levelnya.
Tapi aku nekat, sense of kepoku aku tinggkatkan 3step.
"Saya ada ... yang perlu saya ... (ragu) tanyakan kepada ibu Jenar, tidak sekarang dan tidak disini," uuff, lega dan takut campur aduk di perasaan hatiku, klo mungkin pasti aku cancel kataku itu.
"Masalah apa? pentng." jawabnya tanpa basa-basi, tegas to the point.
Sikapnya dingin, aku berusaha sesuaikan seperti di kantor.
"Penting tidak penting bu, kalau ibu tidak berkenan, lupakan saja." aku menunggu reaksinya.
"Urusan kantor ditanyakan dikantor."
"Bukan bu."
"Lalu tentang apa?" tanya dia sambil jalan menuju tempat parkiran mobil. Â
"Pribadi ... bu." sudah kepalang tanggung, aku jawab nekat.
"Apa? ... " aduh, rasanya ingin lari dengar kata itu.
"Ya bu, bukan urusan kantor, ini murni pribadi." aku beranikan diri, karena yakin, masalah ini tidak mungkin membuat aku dipecat / PHK.
Bu Jenar berhenti sebentar.
"Ngapain kamu mengikuti aku sampai sini?" ooh, ... aku terkejut, aku baru sadar, kalau aku mengikuti dia sampai tempat parkir.
Belum sampai aku jawab...
"Oke ... kamu yang bawa, kita makan pagi dulu, baru atar aku pulang." kunci mobil mewah ditangan, siap duduk manis dibelakang stang stir.
Sebentar kemudian sudah melaju di Highway menuju ke pinggiran kota, ke tempat makan yang ditunjuk oleh bu Jenar.
Â
Oooh ... Jesus, what do i do, I can't think clearly, confusion ...
Pikiranku kacau, bingung.
Pulang ibadah tidak pulang malah kencan dengan boss.
Aku merasa melakukan yang seharusnya tidak aku lakukan.
Jalan bersama dengan 'executive woman' cantik muda, aku masuk di kalangan kaum 'Jetset'
Ooh ! terlalu jauh pikiranku melayang tinggi.
Aku dengan bu Boss kan cuma 'breakfast' ditempat terbuka, semua orang bisa melihat, hanya sebatas itu tidak lebih.
Tapi, ...
Semuanya ini mampu membuatku grogi.
 Â
Sikapkku semakin lama semakin tenang, pembicaraan juga sudah cair, akrab, dinding yang aku buat sendiri sudah aku singkirkan, tidak ada lagi terasa ada jarak diantara aku dan dia.
Hari masih pagi, belum tengah hari, aku bersama bu Boss sudah meluncur kembali di kepadatan kota Metropolitan,Â
Sebentar kemudian sudah masuk di kawasan 'elite' tempat tinggal orang-orang 'borjuis'
Dengan dipandu oleh bu Boss sampailah didepan rumah yang membuatku terkejut.
Aku masuk dan parkir didepan rumah yang berwarna 'Hitam'
Hatiku memberi sign negatif, rumah warna hitam pancarkan aura mistis.
Keinginan tahu dan rasa ngeriku bertarung dalam hatiku, asli, aku ingin langsung pulang.Â
"Ayo masuk, kita bisa bicara didalam, apa yang kamu tanyakan aku akan jawab semuanya." ajak bu Boss Jenar kepadaku.
"Haaaah ... " jantungku berhenti berdetak seper'seribu detik.
Saat aku masuk rumah bu Boss,
Semua nampak 'hitam', interior, dinding mebel, semua hitam.
Dan,...
Aku lebih terkejut.
Pohon Natal'nya juga hitam.
Aku balik kanan dan melangkah keluar.
Tapi, ...
Baru aku sadar mobilku aku tinggal di parkiran gereja.
Selanjutnya ...
Aku kembali masuk rumah, tangan kanan bu Boss membimbingku masuk ruangan, dia tinggalkan aku sendiri, dia masuk kedalam setelah mendapat jawaban dariku.
"Sebentar ya, ... aku buatkan minum, mau minum apa?"
"Apa aja boleh." jawabku.
"Black coffee ... oke." langsung tanpa menunggu jawabanku lagi.
Ooh, ... knapa minumanpun harus hitam?
Sementara dia masuk, aku menata hatiku untuk ber'adaptasi dengan ruangan yang sangat asing bagiku.
Semua pernik-pernik Natal serba hitam.
Bintang, boneka kecil, semua hiasan sampai kapas saljunya juga hitam.
Meski lirih namun terdengar jelas alunan musik .
Bleeding Love
Closed off from love, I didn't need the pain
Once or twice was enough, but it was all in vain
Time starts to pass, before you know it, you're frozen
But something happened, for the very first time with you
My heart melts into the ground, found something true
And everyone's looking round, thinking I'm going crazy
But I don't care what they say
I'm in love with you
Cinta Berdarah
Ditutup karena cinta, saya tidak butuh rasa sakit
Sekali atau dua kali sudah cukup, tetapi semuanya sia-sia
Waktu mulai berlalu, sebelum Anda menyadarinya, Anda membeku
Tapi sesuatu terjadi, untuk pertama kalinya bersamamu
Hatiku meleleh ke tanah, menemukan sesuatu yang benar
Dan semua orang melihat sekeliling, berpikir aku akan gila
Tapi aku tidak peduli apa yang mereka katakan
saya jatuh cinta padamu
Hatiku tercekam, jantungku berdegup kencang, walau hari tengah siang, tapi tak pelak, desir nadiku bergejolak tak mampu aku tolak.
Rasanya aku ingin segera beranjak dari tempat dudukku dan lari cari taxy langsung pulang.
Tapi urung aku lakukan, aku harus berani, aku pria jantan hadapi tantangan.
Dari dalam bu Jenar datang membawa secangkir minuman.
Ooh, ...
Lagi-lagi aku terkejut, yang dibawa kopi hitam dalam cangkir hitam.
Aduh, ...
Kali ini aku berhadapan dengan seorang wanita 'Black Maniac'
Â
"Oke, mau tanya apa? silahkan, aku siap."
"Baik bu, ..."
"Eit, ...!, panggil aku cukup dengan namaku, ini dirumah bukan dikantor, lagian usia kita sepantaran, jangan sungkan."
Aku diam sejenak, aku siapkan diriku masuk kedalam pribadi wanita cantik yang sedang ada didepanku.
"Ayo, ... kok malah bengong,"
"Begini, ... aku sudah mengamati cukup lama, empat kali Natal kamu tampil unik, serba hitam, sementara semua orang di hari Natal mereka tampil warna-warni, bahkan ngejrenk.
Ada apa dengan kamu, kamu yang aku kenal sebagai pimpinan yang smart, tampil trendy, energik, tapi setiap acara Natal kamu berubah jadi 'Black Woman'.
Itu yang membuat aku penasaran dan harus aku tanyakan." aku menunggu reaksi dan jawaban dari Jenar.
Jenar Raisha Arundati.
Nama indah yang punya arti, seorang perempuan pemberani yang selalu bersinar dalam hidupnya dengan penuh kesederhanaan.
"Kitri, aku respek dengan kamu, satu-satunya orang care dengan penampilanku." Jenar mulai membuka pembicaraan.
Oyaa, aku lupa belum kasih tahu namaku, aku lahir dikota yang jaraknya 300km dari kota kerjaku, namaku Kitri Kinanta.
Status masih lajang.
Jenar beranjak dari tempat duduknya, mengajakku masuk kekamar.
Â
Setelah Jenar menutup dan kunci pintu kamar, dia berdiri tepat dihadapanku.
Dia buka busana hitam yang dikenakannya.
Aku sangat-sangat terkejut setengah hidup.
Tanpa bisa mengelak, dengan jelas dia perlihatkan payudaranya secara utuh.
Aku menatapnya tak berkedip.
Sebentar kemudian pejamkan mata berkali-kali, aku yakinkan, aku tidak sedang bermimpi.
Aku raba dada Jenar wanita cantik dihadapanku untuk lebih memastikan apa yang aku lihat.
Aku tatap wajahnya dengan penuh tanda tanya.
Beberapa detik aku 'speechless' diam tak bisa bicara.
Dia rebahkan dirinya dibahuku.
Aku diam bagai patung tak bergerak menolak juga tidak.
Aku buka jas'ku dengan sedikit mundur, segera aku lepas.
Selanjutnya, ...
--- )o( --------------------
Cinta Renjana Black Xmas, cerita Natal.
--- )o( --------------------
Tidak semua orang bisa menikmati 'White Christmas'.
Korban bencana alam.
Korban kejahatan, kekejaman orang lain, bahkan kekecewaan, dendam karena perlakuan tidak senonoh yang dilakukan orang terdekat yang seharusnya mencintai, mengasihi dan menyayangi.
Bukan tidak mungkin, pelakunya justru orang yang dihormati, jadi teladan panutan.
Saat kita berada di gereja, atau dimanapun kita merayakan Natal dengan sukacita, pernahkah kita tahu ada banyak diluar sana, orang / anak Tuhan yang menangis, sakit fisik dan batin dan dengan segala penderitaan.
Ada baiknya, kalau gereja mengadakan
"CHRISTMAS CAROL"
Christmas Carol adalah tempat orang-orang yang mau berbagi kasih sama orang-orang yang sudah nggak bisa ke gereja untuk merayakan natal bersama-sama dengan teman seiman. Sehingga kita di sini mau mengajak untuk merayakan natal bersama dengan cara berkunjung ke rumah-rumah orang yang tidak bisa merayakan natal di gereja karena ada halangan.
Dengan gemetar,...
Tangan dan hatiku, jantungkupun berdebar dan nadiku berdesir deras, saat kulihat dan kuraba payudara yang rusak tergambar garis melintang berbentuk salib melukai dadanya.
 Jenar Raisha Arundati.
 Menangis pilu, pedih perih takterperi.
 Jas kulepas dan aku tutupkan kedada Jenar.
 Aku dekap dia dengan perasaan tak karuan, aku sendiri tidak tahu apa maksudnya ini semua.
 Aku bimbing dia keluar kamar.
"Kitri, ... inilah aku, hancur hatiku dan hacur pula hidupku, kejadiannya pas di malam Natal, mental dan imanku down, jatuh berantakan.
Bleeding Love.
Seperti syair lagu 'Cinta Berdarah' aku nyaris 'gila'.
Aku kecewa berat dengan Tuhan Yesus, kenapa tidak menolong aku.
Sebenarnya aku sudah lakukan ajaran Tuhan Yesus, 'kau sakiti dadaku, kau rusak payudaraku, aku berikan nyawaku, ternyata aku dibiarkan hidup untuk menanggung derita luka fisik dan luka batin.
Â
"Jenar, ... aku sangat mengerti hatimu, karena aku juga punya hati dan aku pakai hatiku.
Sekarang sudah cukup kamu menikmati dendam kecewamu, Tuhan Yesus sangat peduli dengan kamu, kamu saja yang tidak tahu rencana'Nya." Jenar diam.
 Aku pakai camera gadget'ku, aku foto semua hiasan Natal yang ada, termasuk pohon Natal hitam itu,
 "Jenar, ... kamu bisa bangkit dan kembali percaya dan beriman kepada Tuhan Yesus, itu semua karena kasih'Nya yang nyata dalam hidupmu.
 Lihatlah, pohon Natal hitam ini, baikkah untuk hiasan sukacita merayakan keselamatan hidupmu?
 Mari, aku bantu mengganti semua ini dengan yang baru, semua kan indah dipemandangan mata dan hati kita.
 Dan, ...
 Kusengaja diam beberapa waktu sambil menatap Jenar yang sudah nampak cerah.
 "Dan apa mas?" dia tanya dengan tatapan mata berbinar.
 "Apa kamu bilang?"
 "Aku bertanya, 'dan apa mas'?"
 "Dan mas pastikan, luka sayatan didadamu, gambar 'salib' yang tergores dalam buah dadamu kini sudah bersinar pancarkan syukur dihatimu kepada Tuhan Yesus."
 "Ya mas, cukup hanya mas saja yang tahu dadaku, terima kasih yaa mas, mas kembalikan hidupku di Natal tahun ini." katanya dengan uraian airmata membasahi pipi cerahnya.
 "Ada satu pertanyaan lagi untukmu dik." kataku.
 "Besok saja mas, urusan dinas dikantor saja."
 "Tidak, ... ini justru pribadi banget."
 "Apa? katakan saja."
 "Aku mau gambar salib didadamu itu, hanya aku yang jadi pemiliknya, bolehkah dik?
Â
 Dua tahun kemudian, di bulan Desember.
 Ada acara penyerahan anak kepada Tuhan Yesus, satu diantara kelima anak ada nama Imanuel.
 Imanuel Jenar Kitri Kinanta bayi mungil cute imut ditimangan tangan ibunya yang cantik ceria dengan busana warna ceria didampingi ayahnya.
~~~~~Â
 Sekian, terima kasih, salam. Tuhan Yesus memberkati.
~~~~~Â
 Selamat Natal untuk kekasih, sahabat dan saudara seiman. Damai dihati seperti Damai di Surga dalam hidup kita. Amin.
 Cinta Renjana, Penulis. Cerita "Black Christmas"
 Cerita ini Fiktif, Karya lmajinasi penulis.
 Original, bukan saduran, bukan copy Paste.
 Cerita ini aku dedikasikan untuk kekasihku.
~~~~~ )o( ~~~~~
 Kekasihku seorang yang ada jauh nun disana.
~~~~~ )o( ~~~~~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H