Dengan gemetar,...
Tangan dan hatiku, jantungkupun berdebar dan nadiku berdesir deras, saat kulihat dan kuraba payudara yang rusak tergambar garis melintang berbentuk salib melukai dadanya.
 Jenar Raisha Arundati.
 Menangis pilu, pedih perih takterperi.
 Jas kulepas dan aku tutupkan kedada Jenar.
 Aku dekap dia dengan perasaan tak karuan, aku sendiri tidak tahu apa maksudnya ini semua.
 Aku bimbing dia keluar kamar.
"Kitri, ... inilah aku, hancur hatiku dan hacur pula hidupku, kejadiannya pas di malam Natal, mental dan imanku down, jatuh berantakan.
Bleeding Love.
Seperti syair lagu 'Cinta Berdarah' aku nyaris 'gila'.
Aku kecewa berat dengan Tuhan Yesus, kenapa tidak menolong aku.
Sebenarnya aku sudah lakukan ajaran Tuhan Yesus, 'kau sakiti dadaku, kau rusak payudaraku, aku berikan nyawaku, ternyata aku dibiarkan hidup untuk menanggung derita luka fisik dan luka batin.
Â
"Jenar, ... aku sangat mengerti hatimu, karena aku juga punya hati dan aku pakai hatiku.
Sekarang sudah cukup kamu menikmati dendam kecewamu, Tuhan Yesus sangat peduli dengan kamu, kamu saja yang tidak tahu rencana'Nya." Jenar diam.