"Ya mungkin itu selera pribadinya, atau sengaja tunjukan identitas dia kaleeii."
Aku diam, karena bu Jenar kebetulan pas meihat kearahku.
"Ada apa to kamu, sepertinya punya perhatian khusus kepadanya, sementara semua orang tidak ada yang mempermasalahkan penampilan dia."
"Awal rasa cinta menyelimuti hati yaa...?" lanjut Cantika.
"Ah ... kamu ngacau." kataku ... akan lanjut tapi waktu ibadah dimulai, aku terus ambil sikap sempurnya siap jalankan ibadah di Minggu pagi itu.
Tapi, ...
"Tembak langsung aja bro." kata Cantika berbisik.
 Selesai ibadah.
"Selamat pagi bu." sapaku kepadanya.
"Pagi." jawab bu Jenar.
Ada rasa sungkan mau lanjutkan pembicaraan waktu itu, aku sadar posisi, dia pimpinan aku karyawannya, bawahan jauh, bukan levelnya.
Tapi aku nekat, sense of kepoku aku tinggkatkan 3step.
"Saya ada ... yang perlu saya ... (ragu) tanyakan kepada ibu Jenar, tidak sekarang dan tidak disini," uuff, lega dan takut campur aduk di perasaan hatiku, klo mungkin pasti aku cancel kataku itu.
"Masalah apa? pentng." jawabnya tanpa basa-basi, tegas to the point.