Mohon tunggu...
Neny Silvana
Neny Silvana Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Unik, ekspresif, menarik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Fiksi Horror) Tiara, Hantu Anakku

14 Mei 2011   12:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:42 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seringkali  dengan suara jelas, perempuan itu berbicara sendiri di kamar anaknya yang telah meninggal 3 bulan yang lalu. Dalam penglihatannya, Tiara masih ada. Dan sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayangnya. Sesal baginya karena perempuan itu terlalu sibuk bekerja dan tak punya waktu lagi dalam merawat Tiara. Perempuan itu sering menangis sedih dan meminta maaf berulangkali pada Tiara. Putri tunggal yang  sangat disayanginya.

Pembantunya yang baru bekerja 1 minggu, setelah peristiwa perampokan itu pun telah meminta berhenti. Pembantunya tak sanggup menghadapi keadaan majikannya yang sering berbicara sendiri  dan merasa trauma dengan kejadian itu. Pembantunya memilih berhenti sesaat , untuk menenangkan diri dikampung halamannya.

*******

Menjelang gelap suaminya baru pulang kerja, dengan mengendap ia mendengarkan istrinya yang sedang berbicara sendiri di kamar Tiara. Setelah beberapa saat ia mendengar istrinya berbicara dan tertawa riang. Seakan sedang mengobrol dan bercanda dengan Tiara. Dengan sekuat tenaga ia membuka pintu kamar itu.

“Mama! Papa sudah muak dengan semua ini. Sadarlah, Ma! Tiara itu sudah meninggal. Dia telah tiada lagi, dan tempatnya bukan disini.” Dengan amarah ia berbicara.

Sementara itu istrinya tak terpengaruh sedikitpun dia asyik dengan beberapa boneka yang berserakan di ranjang Tiara. Seolah sedang bermain dengan mereka.

Melihat keadaan itu, amarah suaminya makin terpancing dengan cepat menuju istrinya. Dengan kedua tangannya dia memegang bahu istrinya. Menguncangnya sambil  berkata.

“Mama!  sadarlah, Ma !” ucapnya setengah berteriak.

Istrinya tetap menunduk sambil bergumam seolah sedang berbicara dengan Tiara. Suaminyapun mulai kehilangan kesabaran. Sebuah tamparan di pipi istrinya membuat dia berhenti berhayal.

“Mama,.sadarlah! Tiara sudah tidak ada. Ingat papa, ma!. Perjalanan hidup kita masih panjang." suaranya kini mulai melemah, tak sekeras seperti sebelum dia menampar istrinya.

Air mata laki-laki itu  mulai berlinang. Tamparan itu bukanlah karena membenci istrinya. Dia hanya ingin menyadarkan istrinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun