Mohon tunggu...
Nenk Mawar
Nenk Mawar Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Saya hanyalah penulis receh yang tengah berperang dengan pena dan menggoreskan kata-kata

Hidup hanya sekali, buatlah hidupmu berwarna. Jangan engkau menyia-nyiakannya tetap semangat apapun keadaannya keep fighthing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Darah Perawan

7 Mei 2022   09:49 Diperbarui: 7 Mei 2022   09:56 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selang beberapa minggu, ternyata benar kontrakan ini tidak seperti yang aku pikirkan. Aku sangat bersyukur karena beberapa minggu ini, tak merasakan mimpi buruk seperti sebelumnya.

"Bagaimana sekarang?" tanya Aisyah yang tengah memberesi pakaiannya.

"Alhamdulillah. Kalian benar, mungkin itu cuma perasaanku saja ...."

"Alhamdulillah," Aisyah pun bangkit, "oya, besok adikku datang ke sini ambil baju-baju ini. Besok kalian nggak ada di rumah kan?"

Aku pun ngiyakan jika besok tak ada siapa pun di kontrakan, karena Susan dan diriku kerja begitu dengan Aisyah. Mungkin dia hanya menyelipkan kunci di atas jendela kaca.

Ahhhhhhh!!!!

Teriakan histeris dari kontrakan sebelah membuat aku dan ke dua temanku bangkit dari duduknya, mereka masih menggunakan mukena begitupun denganku.

Kulihat semua orang mengerumuni, aku tak bisa melihat ada apa di dalam. Namun di sebelahku seorang wanita berkata, ada orang meninggal di kamar mandi dengan kepala pecah. Aku terperanjat bukan main, kudengar suara ambulan dan segerombolan polisi menghampiri.

Aku penasaran dengan mayat wanita tadi, karena begitu banyak orang. Aku berlari menuju gerbang rumah kontrakan Almarhum Ibu Siti, meski masih menggunakan mukena aku tak peduli. Tanganku bergetar ketika melihat mayat itu diangkat oleh petugas, Aisyah dan Susan memanggilku. Tapi aku tak peduli, semua orang pun beringsut ke dinding memberi jalan mayat gadis itu.

Gigiku bergemeletak, ketika melihat tangan mayat itu. Di sana ada tanda, iya. Aku pernah melihat tanda itu, tapi aku lupa di mana. Kakiku dengan cepat menaiki tangga. Semua tubuhku bergetar, aku ingat siapa dia.

"Iya. Aku ingat siapa dia!" seruhku membuat ke dua sahabatku terkejut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun