"Kalau gitu kita ke sana sekarang ...."
Kuurungkan niatku datang di worksop, dan memilih untuk datang ke tempat ejen.
Karena ejen Rina dan aku satu. Jadi tak membuatku bingung mencarinya, lalu kuputar
balik setelah bertemu dengan Tina langsung jalan untuk melihat keadaan Rina.
Hatiku tak keruan, mengapa ia tak menghubungiku jika memang dia dipecat oleh
bosnya. Lagipula aku tak membenci dirinya begitu besar, hanya saja tak suka dengan
cara pikiran daan pandangannya dengan "Hidup itu cuma sekali" lalu kita sia-siakan
begitu saja tanya berbuat kebaikan. Itu salah besar, seperti dia sekarang. Karena
bagaimana pun pernikahan wanita dengan wanita itu sudah melaumpaui batas yang
Allah berikan dan dia telah mengingkari khodratnya sebagai wanita.
Kakiku sampai di tempat tujuan, kulihat wajahnya yang murung. Aku tidak tega
melihatnya, meskipun begitu dia adalah temanku. Tina berlari menghampirinya dan
memeluk erat Rina, ia tersenduh menangis. Aku menyusul memeluk Rina dan ikut
manangis, meskipun kemarin ia telah berkata yang membuatku geram. Tapi aku tak bisa
membencinya, dia sahabatku. Ia begitu karena pergaulan yang dia pilih salah, andai saja
ketika Rina datang dari Indonesia langsung kubawa-bawa mungkin ini tidak terjadi.
Sungguh aku pun merasa bersalah atas semua ini, namun beginilah Allah menguji
hamba-hamba- Nya agar sadar dengan apa yang dilakukannya. Sebaik apa pun
pernikahan dengan sesame jenis, pernikahan itu menjadi ijab tidak khobul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H