Mohon tunggu...
Nenk Mawar
Nenk Mawar Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Saya hanyalah penulis receh yang tengah berperang dengan pena dan menggoreskan kata-kata

Hidup hanya sekali, buatlah hidupmu berwarna. Jangan engkau menyia-nyiakannya tetap semangat apapun keadaannya keep fighthing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ijab Tak Kabul

3 Juli 2020   17:29 Diperbarui: 3 Juli 2020   17:39 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Astaghfirullah ...."

Tina mengambil balik surat itu, dan dia pun mengangkat semua bahunya. Dunia ini memang sudah gila atau memang manusianya yang gila, aku pun tak begitu paham dengan permainan ini. Begitu runyam, tapi aku tak punyal hak untuk menghentikannya. Bibirku hampir berbusa untuk menasehatinya, apalah daya. Mungkin hidayah belum sampai padanya, sekarang baru aku paham. Bahwa hidayah itu mahal harganya, ketika kita mencoba membantu meluruskan seseorang, namun jika Allah belum menghendaki maka tidak dapat kita ubah, selain orang itu sendiri mencari hidayah. 

Tina mengajakku untuk kumpul bersama teman-teman di lapangan rumput, dalam perjalanan menuju tempat perkumpulan. Hatiku semakin tak keruan memikirkan isi dalam surat itu, hanya orang yang tidak waras melakukan hal seperti itu.

"Apakah kalian akan menghadirinya?

Setelah sampai di tempat teman-teman Tina, mereka saling menatap satu sama
lain. Ada dari salah satu mereka mengatakan tak akan hadir, menurutnya sama saja jika
kita hadir adalah mendukung cara dan tingkah lakunya.

"Tapi aku penasaran, bagaimana mereka melakukannya?"

"Yo mesti seperti kelayakannya toh ...."

Mereka saling bertanya dan menjawab, hanya kau terdiam menatap kertas putih
yang tak bersalah, bahkan tak tahu apa-apa tentang ini. Meskipun nanti di akhirat dia
akan dipertanyakan mengapa mau dicoret-coret, dia hanyalah sehelai kertas yang tak
mengerti apa-apa.

Yang aku takutkan, bagaimana jika sanak saudaranya bertanya padaku. Tentang
semua yang dilakukannya, terkadang di sini aku kebingungan untuk memahami arti
sebuah kebohongan untuk kebaikan atau jujur untuk keburukan. Entahlah, aku pun
sabar bagaimana mereka melaksanakan.

Hari ini sangat panas, dibawa pepohonan yang rindang di taman viktoria menjadi saksi. Beragam insan ada di tempat ini, jika mereka yang masih baru datang dari Indonesia, mungkin sedikit pening melihat suasana yang sangat sesak, dan akan terperanjat ketika melihatseorang wanita menggandeng seorang wanita pula. 

Namun sepertinya, itu sudah jadi pemandangan yang biasa. Sebab di mana-mana virus itu tak hanya di Hong kong, bahkan di Indonesia sudah merajalela. Aku hanya bisa menghela napas panjang, entah masih ada berapa insane yang benar-benar waras dengan khodratnya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun