Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kajian Fosil 88, Tanda Allah Menghendaki Kebaikan

31 Januari 2024   19:56 Diperbarui: 31 Januari 2024   19:59 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ustadz Heri Pratomo (kanan) saat membaca doa penutup kajian (dokumen pribadi)

Zuhud dalam arti paling sederhana dapat diartikan dengan menjadikan dunia hanya di pelupuk mata dan akhirat dalam hati, bukan sebaliknya. Bahwa kehidupan di dunia itu hanya sementara, yang abadi adalah kehidupan akhirat.

Salah seorang sahabat Rasulullah berkata, "Tunjukkanlah pada saya suatu amalan di mana apabila saya mengerjakannya maka Allah akan mencintai saya, begitu pula manusia pun akan mencintai saya." Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Zuhudlah terhadap dunia niscaya Allah akan mencintaimu dan zuhudlah terhadap apa pun yang ada di sisi manusia niscaya mereka akan mencintaimu." (buku al-Arba'in an-Nawawiyah karya Imam an-Nawawi Rahimahullah)

Bagaimana mengetahui seseorang zuhud? Imam Ahmad pernah ditanya tentang seseorang memiliki harta, apakah dia zuhud? Beliau menjawab, "Apabila hartanya bertambah dan ia tidak bangga, dan jika berkurang (habis) ia tidak akan sedih, berarti ia zuhud."

Sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga, Abdurrahman bin Auf, dikenal dengan kezuhudannya.  Sebagai pedagang sukses, ia berlimpah kekayaan. Namun, kekayaannya selalu ia  sumbangkan demi menegakkan agama Allah SWT.

Semakin banyak keuntungan yang didapat, semakin besar pula yang ia sumbangkan di jalan Allah. Termasuk juga menyumbangkannya kepada anak-anak yatim, faqir miskin, janda-janda tua. Baik dilakukan secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.

Meski selalu bersedekah, tidak lantas membuat Abdurrahman bin 'Auf seketika jatuh miskin, malah sebaliknya, kehidupannya terus meningkat. Abdurrahman bin Auf berharap ia bisa memiskinkan dirinya dengan selalu bersedekah, tapi yang ada Allah memberikan limpahan harta berkali-kali lipat untuknya, tiada habis-habisnya.

Ustadz Heri Pratomo (kanan) saat membaca doa penutup kajian (dokumen pribadi)
Ustadz Heri Pratomo (kanan) saat membaca doa penutup kajian (dokumen pribadi)

3. Melihat aib-aib dirinya

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." (QS Al Hujarat ayat 12)

Kita harus bisa melihat aib-aib sendiri lalu memperbaiki kesalahan di masa lalu dengan memperbanyak amal kebaikan saat ini.  Jangan seperti pepatah "Gajah di pelupuk mata tak tampak namun semut di ujung lautan tampak". Sibuk mengurusi aib orang lain dan gemar mencari kesalahan orang tapi tidak sibuk melihat aib sendiri.

Melihat aib diri sendiri akan menjadikan seorang muslim terus melakukan introspeksi dan bermuhasabah setiap hari. Berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun