Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kajian Fosil 88, Tanda Allah Menghendaki Kebaikan

31 Januari 2024   19:56 Diperbarui: 31 Januari 2024   19:59 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ustadz Hardi Ismanto saat memberikan kajian (dokumen pribadi)

Muhammad bin Ka'ab Al-Qurthubi rahimahullah berkata, "Apabila Allah Ta'ala menghendaki seorang hamba menjadi baik, maka Dia jadikan pada dirinya tiga perkara: faqih terhadap urusan agama, zuhud terhadap dunia, dan mampu melihat aib-aib dirinya."

Tanda Allah menghendaki kebaikan pada diri kita menjadi pembahasan kajian bulanan Fosil 88 (Forum Silaturahmi Alumni SMPN 2 Depok angkatan 1988), Minggu 28 Januari 2024, di Masjid Baiturrahman SMP Negeri 2 Depok, Kota Depok, Jawa Barat.

Kajian disampaikan oleh Ustadz Hardi Ismanto, SE, yang juga anggota Fosil 88. Ustadz mengajak kita mengenali tanda-tanda Allah menghendaki kebaikan pada diri kita. Beberapa tanda tersebut, ada yang buruk dalam pandangan dan perasaan manusia, padahal sejatinya itu baik buat kita.

Adapun tanda-tanda tersebut berdasarkan hadist di atas, yaitu:

1. Faqih terhadap urusan agama

"Barangsiapa yang diinginkan kebaikan oleh Allah, maka Alloh akan faqihkan ia dalam agama". [HR Bukhari  dan Muslim]

"Orang yang faqih adalah orang yang beramal dengan apa yang diilmuinya. Ia berilmu terlebih dahulu yang kemudian diikutkannya dengan amalannya," kata ustadz mengutip penjelasan dari Kitab Riyadhish Shalihin yang disusun Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin.

Langkah awal agar faqih dalam urusan agama yaitu dengan belajar Alquran, mempelajarinya, mentaddaburinya, dan mengamalkannya. Lalu dibarengi dengan mempelajari ilmu fiqih. Bagaimana wudhu yang benar, shalat yang benar, puasa yang benar, dan lain-lain.

Ustadz menegaskan setiap amal ibadah harus sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Jika sudah memenuhi syarat dan ketentuan yang disyariatkan Islam, maka ibadah-ibadah yang kita lakukan insya Allah akan diterima. Jika tidak, ya tidak akan diterima.

"Seperti halnya kita melamar pekerjaan, ada syarat administrasi yang harus dipenuhi. Misalnya harus melampirkan pas foto 4x6, ternyata tidak dilampirkan, ya otomatis tidak memenuhi syarat, kemungkinan besar tidak akan ada kelanjutannya," ucap Ustadz.

Pemahaman yang benar terhadap Islam akan menjadikan seorang muslim hidup di dunia dengan hati bergantung kepada Allah.

Kita juga jangan malu untuk belajar ilmu agama, meski usia tidak lagi muda. Sahabat-sabahat Nabi pun saat belajar agama usianya sudah lanjut usia. Semangat para sahabat dalam menuntut ilmu di usia yang sudah tua seharusnya menjadi motivasi buat kita untuk terus belajar.

Sebut saja sahabat Khalid bin Walid, pejuang sekaligus panglima perang kaum Muslimin. Saking hebatnya, ia tidak pernah kalah dalam setiap perang yang dipimpinnya. Itu sebabnya,  ia menyandang gelar Saifullah al-Maslul, yang berarti pedang Allah yang terhunus. Nah, sahabat Nabi ini mulai belajar dan mengenal Islam di usianya yang sudah tua.

Ustadz mengutip, dari Na'im bin Hammad, ia berkata bahwa ada yang bertanya pada Ibnul Mubarok, "Sampai kapan engkau menuntut ilmu?" "Sampai mati insya Allah," jawab Ibnul Mubarok.

Dari Ibnu Mu'adz, ia berkata bahwa ia bertanya pada Abu 'Amr ibnu Al 'Alaa', "Sampai kapan waktu terbaik untuk belajar bagi seorang muslim?" "Selama hayat masih dikandung badan", jawab beliau.

saat sesi tanya jawab (dokumen pribadi)
saat sesi tanya jawab (dokumen pribadi)

2. Zuhud terhadap dunia

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al Qashash ayat 77)

Zuhud menurut bahasa berarti meninggalkan, tidak menyukai, atau menjauhkan diri. Sedangkan menurut istilah yaitu tidak mementingkan hal-hal yang bersifat keduniawian atau meninggalkan gemerlap kehidupan yang bersifat material dalam mengabdikan diri kepada Allah Swt.

"Semakin bertambah umur maka semakin berkurang keinginan terhadap dunia, namun bertambah keinginan terhadap urusan akhirat," kata Ustadz.

Zuhud dalam arti paling sederhana dapat diartikan dengan menjadikan dunia hanya di pelupuk mata dan akhirat dalam hati, bukan sebaliknya. Bahwa kehidupan di dunia itu hanya sementara, yang abadi adalah kehidupan akhirat.

Salah seorang sahabat Rasulullah berkata, "Tunjukkanlah pada saya suatu amalan di mana apabila saya mengerjakannya maka Allah akan mencintai saya, begitu pula manusia pun akan mencintai saya." Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Zuhudlah terhadap dunia niscaya Allah akan mencintaimu dan zuhudlah terhadap apa pun yang ada di sisi manusia niscaya mereka akan mencintaimu." (buku al-Arba'in an-Nawawiyah karya Imam an-Nawawi Rahimahullah)

Bagaimana mengetahui seseorang zuhud? Imam Ahmad pernah ditanya tentang seseorang memiliki harta, apakah dia zuhud? Beliau menjawab, "Apabila hartanya bertambah dan ia tidak bangga, dan jika berkurang (habis) ia tidak akan sedih, berarti ia zuhud."

Sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga, Abdurrahman bin Auf, dikenal dengan kezuhudannya.  Sebagai pedagang sukses, ia berlimpah kekayaan. Namun, kekayaannya selalu ia  sumbangkan demi menegakkan agama Allah SWT.

Semakin banyak keuntungan yang didapat, semakin besar pula yang ia sumbangkan di jalan Allah. Termasuk juga menyumbangkannya kepada anak-anak yatim, faqir miskin, janda-janda tua. Baik dilakukan secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.

Meski selalu bersedekah, tidak lantas membuat Abdurrahman bin 'Auf seketika jatuh miskin, malah sebaliknya, kehidupannya terus meningkat. Abdurrahman bin Auf berharap ia bisa memiskinkan dirinya dengan selalu bersedekah, tapi yang ada Allah memberikan limpahan harta berkali-kali lipat untuknya, tiada habis-habisnya.

Ustadz Heri Pratomo (kanan) saat membaca doa penutup kajian (dokumen pribadi)
Ustadz Heri Pratomo (kanan) saat membaca doa penutup kajian (dokumen pribadi)

3. Melihat aib-aib dirinya

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." (QS Al Hujarat ayat 12)

Kita harus bisa melihat aib-aib sendiri lalu memperbaiki kesalahan di masa lalu dengan memperbanyak amal kebaikan saat ini.  Jangan seperti pepatah "Gajah di pelupuk mata tak tampak namun semut di ujung lautan tampak". Sibuk mengurusi aib orang lain dan gemar mencari kesalahan orang tapi tidak sibuk melihat aib sendiri.

Melihat aib diri sendiri akan menjadikan seorang muslim terus melakukan introspeksi dan bermuhasabah setiap hari. Berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.

Itulah tiga tanda yang akan mengantarkan kita pada kebaikan yang sejati, yang selalu berpedoman terhadap Al Qur'an, Sunah dan ijtihad para ulama. Dengan selalu ber istiqamahan dalam berikhtiar dan selalu berdoa kepada Allah.

Apakah kita sudah termasuk ke dalam orang yang dikehendaki baik oleh Allah Ta'ala? Ya, semoga kita termasuk orang-orang yang dikehendaki Allah selalu dalam kebaikan. 

Wallahu'alam bisshawab

dokumen pribadi
dokumen pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun