Bagaimana jika ada teman yang jatuh? Jika terjangkau oleh tangan, kita harus menarik teman yang jatuh dan berada di dekat kita dengan cara mengangkat bagian pundak pelampung.
"Jangan mengangkat bagian tubuh seperti bagian ketiak atau tangan atau kepala atau kaki. Ini berbahaya. Jadi sebaiknya yang ditarik bagian di pelampung," jelasnya lagi.
Jika teman yang terjatuh membelakangi kita, maka kita harus putarkan dulu jadi menghadap ke kita, baru diangkat.
Setelah memberikan arahan, kami pun memakai pelampung dan pelindung kepala. Setiap kelompok didampingi satu instruktur. Jadi, selama 1,5 jam mengikuti arung jeram, kami harus mengikuti instruksi pemandu.
Kami mengikuti arahan pemandu untuk menaiki jalan setapak di perkebunan untuk menuju ke Sungai Palayangan. Sementara perahu karet dilemparkan dari atas.
Sebelum menyusuri sungai, instruktur mengingatkan kami untuk selalu mengikuti instruksinya. Kalau instruktur bilang "boom" berarti kami harus dalam posisi jongkok sambil berpegang pada tali. Instruksi ini muncul ketika di depan ada jeram yang harus dilewati.
Kalau instruktur bilang "bergeser ke kiri" berarti posisi duduk harus ke kiri sambil menggoyang-goyangkan badan. Begitu pula sebaliknya. Instruksi ini jika terjadi posisi perahu yang berputar arah atau tersangkut batu.
Baru deh keseruan ini dimulai.
Nah, yang menjadi pertanyaan, mengapa harus di sini? Apakah tidak ada tempat rafting lain di sekitaran Bandung? Alasan utamanya sih, katanya, rafting Cileunca Pangalengan lebih populer dibandingkan dengan arung jeram kebanyakan.
Mungkin karena selama mengarungi sungai sejauh 5 km tingkat kesulitan jeram yang dilewati beragam. Dan, ini hanya bisa ditemukan di Pangalengan saja. Ada 7 jeram grade 3 dan 11 jeram grade 2 yang mesti kita hadapi sepanjang menyusuri sungai.