Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Arung Jeram Situ Cileunca

26 Juni 2022   13:54 Diperbarui: 27 Juni 2022   10:23 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sabtu 25 Juni 2022, saya bersama kawan-kawan "healing" di Situ Cileunca, Pangalengan, Bandung Jawa Barat. Meski saya sering ke Bandung, tapi ini baru pertama kalinya menjejakkan kaki ke sini.

Butuh waktu tempuh sekitar 1,5 jam - 2 jam perjalanan dari tempat kami menginap semalam, di Hotel Grand Sunshine Resort  yang berada di Kabupaten Soreang.

Kami sempat melewati tempat putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Emmeril Khan Mumtadz, yang dimakamkan di Kecamatan Ciamaung.

Ada spanduk besar dengan foto Emmeril berdiri. Spanduk ini berisi ucapan terima kasih pihak keluarga atas perhatian seluruh masyarakat Jawa Barat dan Indonesia atas peristiwa yang dialami sang putera.

Tidak lama kami pun tiba di Situ Cileunca. Tapi, kami bukan berwisata menyusuri situ atau danau Cileunca. Melainkan menyusuri Sungai Palayangan dengan berarung jeram. Wow, arung jeram? Saya harus ikut dong.

Bagi penyuka aktifitas yang memacu adrenalin, kegiatan arung jeram sesuatu yang tidak boleh terlewatkan. Udara dingin justru semakin menambah sensasi menyusuri sungai sejauh 5 kilometer itu.

Saya sendiri sudah beberapa kali ikut arung jeram di tempat yang berbeda. Jadi, pasti ada yang beda dari setiap karakteristik sungai yang disusuri. Itu sebabnya, saya selalu antusias ikut arung jeram.

Sebelum mengikuti arung jeram kami diarahkan ke basecamp. Tidak begitu jauh dari Situ Cileunca. Di sini, kami disuguhi dengan wellcome drink dan aneka camilan seperti bakwan goreng, jagung rebus, dan pisang rebus.

Setelah itu, kami melakukan streaching selama 30 menit agar otot-otot kami tidak tegang. Ada pemandu yang mengarahkan kami. Streacingnya seperti permainan yang banyak dengan gerakan fisik.

Selesai streacing, kami pun menaiki mobil yang dimodifikasi khusus untuk mengangkut wisatawan arung jeram. Ada sekitar 5 mobil yang membawa kami ke lokasi arung jeram. Mungkin sekitar 10 menit perjalanan.

Sampailah kami di jembatan yang di bawahnya mengalir Sungai Palayangan. Kami harus menuruni anak tangga untuk bisa ke lokasi daratan yang areanya cukup luas juga.

Kang Ubay saat memberikan arahan (dokumen pribadi)
Kang Ubay saat memberikan arahan (dokumen pribadi)
Sebelum memulai aktifitas ini, pemandu memberikan arahan. Ia mengingatkan kami, apakah di antara kami ada yang memiliki penyakit jantung, asma, dan patah tulang dalam waktu 6 bulan terakhir ini? Kami pun menjawab tidak.

"Arung jeram ini memang salah satu olah raga ekstrim yang memacu adrenalin. Karena itu, diperlukan kondisi yang sehat dan stamina yang fit," jelas instruktur yang memperkenalkan dirinya bernama Ubay.

Ia juga menyampaikan, untuk keselamatan, kami diharuskan memakai pelampung dan helm. Untuk berjaga-jaga jika terjadi apa-apa saat menyusuri arus sungai.

Dikatakan, memakai pelampung jangan terlalu ketat dan jangan juga terlalu longgar. Terlalu ketat akan membuat kita susah bernapas. Terlalu longgar akan menyulitkan untuk menolong seseorang yang misalnya terjatuh dari perahu karet.

"Ketika mau ditolong, eh pelampungnya  yang terbawa, terangkut, sementara orangnya malah terlepas," jelasnya.

Untuk helm dianjurkan juga tidak ketat. Minimal jarak pengaitnya satu atau dua jari tangan kita. Kalau terlalu ketat khawatirnya akan membuat sekitar dagu sakit. Terlalu longgar, helm akan mencong sana mencong sini. Bahkan tidak jarang menutup wajah ketika melewati arus yang cukup deras.

Arahan lainnya, untuk menolong seseorang yang terjatuh dari perahu, jangan hanya mengandalkan pemandu atau instruktur. Semua peserta rafting bisa juga ikut menolong.

"Jumlah instruktur dalam setiap perahu biasanya hanya satu, sedangkan peserta rafting bisa mencapai empat atau lima orang. Itulah mengapa penguasaan penyelamatan diri saat rafting sangat penting," tuturnya.

Apa yang bisa kita perbuat? Jika kita jatuh di area dengan arus deras, berenanglah mengikuti arus dengan posisi defensive swimming. Yaitu dengan posisi terlentang dengan kaki rapat.

"Posisi kaki jangan terbuka khawatir jika ada benda-benda besar yang menghantam area intim kita. Posisi telapak kaki menghadap ke depan untuk menghalau benda-benda. Mata kita juga harus waspada terhadap rintangan di sekitar kita," jelasnya.

Bagaimana jika ada teman yang jatuh? Jika terjangkau oleh tangan, kita harus menarik teman yang jatuh dan berada di dekat kita dengan cara mengangkat bagian pundak pelampung.

Titik awal arung jeram di pintu waduk Situ Cileunca (dokumen pribadi)
Titik awal arung jeram di pintu waduk Situ Cileunca (dokumen pribadi)

"Jangan mengangkat bagian tubuh seperti bagian ketiak atau tangan atau kepala atau kaki. Ini berbahaya. Jadi sebaiknya yang ditarik bagian di pelampung," jelasnya lagi.

Jika teman yang terjatuh membelakangi kita, maka kita harus putarkan dulu jadi menghadap ke kita, baru diangkat.

Setelah memberikan arahan, kami pun memakai pelampung dan pelindung kepala. Setiap kelompok didampingi satu instruktur. Jadi, selama 1,5 jam mengikuti arung jeram, kami harus mengikuti instruksi pemandu.

Kami mengikuti arahan pemandu untuk menaiki jalan setapak di perkebunan untuk menuju ke Sungai Palayangan. Sementara perahu karet dilemparkan dari atas.

Sebelum menyusuri sungai, instruktur mengingatkan kami untuk selalu mengikuti instruksinya. Kalau instruktur bilang "boom" berarti kami harus dalam posisi jongkok sambil berpegang pada tali. Instruksi ini muncul ketika di depan ada jeram yang harus dilewati.

Kalau instruktur bilang "bergeser ke kiri" berarti posisi duduk harus ke kiri sambil menggoyang-goyangkan badan. Begitu pula sebaliknya. Instruksi ini jika terjadi posisi perahu yang berputar arah atau tersangkut batu.

Baru deh keseruan ini dimulai.

Nah, yang menjadi pertanyaan, mengapa harus di sini? Apakah tidak ada tempat rafting lain di sekitaran Bandung? Alasan utamanya sih, katanya, rafting Cileunca Pangalengan lebih populer dibandingkan dengan arung jeram kebanyakan.

Mungkin karena selama mengarungi sungai sejauh 5 km tingkat kesulitan jeram yang dilewati beragam. Dan, ini hanya bisa ditemukan di Pangalengan saja. Ada 7 jeram grade 3 dan 11 jeram grade 2 yang mesti kita hadapi sepanjang menyusuri sungai.

Variasi jeram ini terbagi menjadi tiga jenis. Pertama adalah jenis drop. Jeram yang terbentuk karena adanya penurunan dasar sungai seperti tangga atau undak yang menurun. Bentuknya seperti air terjun berukuran kecil.

"Boom," instruksi Kang Ubay yang menjadi pemandu.

Kami berempat lantas mengikuti instruksinya. Duduk berjongkok di sela tempat duduk.

Saat melewati Jeram Blunder, kita merasakan sensasi luar biasa karena posisinya yang menukik tajam ke bawah. Membuat kami berteriak. Seketika baju kami pun basah dan tertawa lepas.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Perahu karet yang saya tumpangi berisi empat orang, berlima dengan pemandu. Karena kebetulan, dua peserta bertubuh besar. Sementara saya yang bertubuh sedang bisa duduk berdua bersama kawan saya, Ashriati.

Beberapa menit kemudian ada instruksi "boom" lagi ketika akan melewati jeram domba I. Tidak lama, ada aba-aba "boom" lagi ketika akan melewati jeram domba II.

Mengapa diberi nama domba ya? Pertanyaan saya ini tidak terjawab karena mungkin tidak terdengar olehnya.

Jenis jeram kedua, yang sedikit lebih ekstrem, yakni double drop. Jeram ini terbentuk karena adanya arus sungai yang melewati batuan besar. Bentuknya mirip dengan yang sebelumnya. Mirip seperti air terjun yang berurutan.

"Boom," begitu aba-abanya. Setelah itu, dia menjelaskan kalau yang dilewati itu bernama jeram kacapi.

"Kita sudah setengah perjalanan, baru kita dapati sungai alami," katanya.

Maksudnya? Ternyata, di awal perjalanan menyusuri sungai di Situ Cileunca, sungainya tidak alami karena dialirkan dari waduk yang kederasan arusnya diatur oleh waduk. Kalau sungai alami ya berarti alami dari alam. Oh begitu.

Sumber air Sungai Palayangan berasal dari Situ Cileunca. Karena berasal dari danau hasil bendungan, aliran air Sungai Palayangan terhitung relatif stabil sepanjang tahun.

Jadi, masih tetap aman berarung jeram sekalipun dalam kondisi hujan. Itulah yang membedakannya dengan sungai-sungai lainnya seperti sungai Cisangkuy, Citarum dan Cikapundung.

Karena sungai ini tidak terlalu lebar, maka bisa ditemui tim rescue yang berjaga tidak jauh dari sisi sungai, di sekitar jeram-jeram tertentu. Jika kami kesulitan melintas, tim rescue ini akan ikut membantu mendorong.

Sepanjang mengarungi sungai, kami disuguhi dengan pohon-pohon yang rindang. Kita disuguhi lanskap eksotis dari tiga kawasan wisata. Berlokasi di dataran tinggi dengan ketinggian 1.550 mdpl membuat sungai ini punya pesona tersendiri.

Airnya jernih dan dingin, udaranya bersih, nuansanya sejuk. Ditambah lagi bebauan khas tanah dan tanaman hijau di ketinggian yang khas.

Arung jeram dengan latar penginapan di pinggir sungai (dokumen pribadi)
Arung jeram dengan latar penginapan di pinggir sungai (dokumen pribadi)

Karena keeksotikannya ini beragam tempat penginapan di pinggir sungai juga ditawarkan buat wisatawan. Ada yang berupa tenda atau glamping, ada semacam rumah kecil, ada juga kamar-kamar berbentuk kerucut.

Sepertinya asyik juga menginap di situ. Ada yang untuk 2 - 4 orang, ada juga yang lebih dari itu.

Nah, jenis jeram  ketiga atau terakhir adalah turbulence. Ini yang paling seru, dan pastinya paling menantang. Dikatakan turbulence karena gelombang berpusar di bawah permukaan air.

Biasanya terjadi karena adanya perbedaan kedalaman sungai, dan di sekitarnya terdapat bebatuan besar. Katanya, kalau sungai terlihat tenang berarti dalam, yang bisa mencapai 5 meter.

Kalau sungai terlihat beriak berarti tidak dalam. Meski tidak dalam, tetap saja berbahaya bagi mereka yang tidak bisa berenang seperti saya.

"ikut arung jeram ada garansinya juga. Kalau baju tidak basah garansinya uang kembali," kata Kang Ubay yang disambut tawa kami.

Bagaimana kami tidak tertawa, wong baru meluncur saja baju sudah basah. Belum lagi ketika melewati jeram. Hahaha... memang ada begitu yang ikuti arung jeram tanpa berbasah-basahan?

Akhirnya sampailah kami di akhir perjalanan di Cisarua, yang berdekatan dengan perkebunan teh Malabar yang membentang hijau. Di sini, mobil yang mengantar kami tadi sudah standby untuk kembali mengantar kami ke basecamp.

Sepanjang perjalanan menuju basecamp kami disuguhi pemandangan hamparan perkebunan teh yang hijau menyejukkan mata.

Berapa tarif arung jeram ini? Tergantung paketnya. Kalau yang kami, setelah ditanyakan Rp 150.000 per orang. Itu sudah termasuk wellcome drink, konsumsi, dan transport lokal. Worth it-lah itu. 

Perjalanan menuju ke basecamp (dokumen pribadi)
Perjalanan menuju ke basecamp (dokumen pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun