Tujuannya, supaya mereka dapat memetik semua hasil kebun dan tidak berencana menyisakan bagian bagi orang-orang fakir sebagaimana bapak mereka dahulu lakukan.
Mereka bertekad akan berbuat kikir kepada orang-orang fakir yang amat membutuhkan pertolongan padahal mereka mampu menolongnya.
Lalu pada pagi hari mereka saling memanggil (ayat 21)
"Pergilah pagi-pagi ke kebunmu jika kamu hendak memetik hasil." (ayat 22)
Maka mereka pun berangkat sambil berbisik-bisik. (ayat 23)
"Pada hari ini jangan sampai ada orang miskin masuk ke dalam kebunmu! (ayat 24)
Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka mampu (menolongnya). (ayat 25)
Ketika mereka sampai di kebun, betapa terkejutnya mereka. Tidak ada satupun buah yang bisa mereka petik hasilnya.
Alih-alih rencana mereka berhasil, justru mereka tidak mendapatkan apa-apa dari hasil kebunnya.
Melihat hal itu, para pemilik kebun kemudian menyesal dan mengakui perbuatan mereka itu salah.
Maka ketika mereka melihat kebun itu, mereka berkata, "Sungguh, kita ini benar-benar orang-orang yang sesat, (ayat 26)