Karena saya akhirnya dirawat, maka mau tidak mau saya harus swab antigen dan rontgen thorax. Ini untuk memastikan saya benar-benar negatif Covid-19.
Saya pun diswab. Petugas yang melakukan memasukkan alat seperti cotton bud tapi agak panjang ke kedua lubang hidung saya. Saya merasa colokannya lebih dalam dibanding biasanya saat saya swab antigen.
"Dalam banget Sus, nyoloknya," kata saya sedikit meringis.
"Ya kan biar valid, Bu. Ibu tarik napas dari mulut aja, jangan sampai nggak napas," jawabnya sambil tertawa kecil.
Tidak berapa lama, saya pun dibawa dengan menggunakan kursi roda ke ruang radiologi yang berada di lantai 2. Eh, saya berpapasan dengan suami yang sedang mengantri di kasir usai berurusan dengan bagian laboratorium.
Di ruangan ini saya tidak lama. Mungkin sekitar 5-7 menit. Lalu saya dibawa lagi ke ruang IGD.
Saat saya sudah merebah di bed semula, saya mendengar percakapan di antara petugas.
"Hasil swab ibu Tety negatif," kata nakes yang dari suaranya, saya pastikan  perempuan.
"Apa perlu tes PCR?" tanya nakes satunya lagi.
"Tunggu, gue konsultasi dulu dengan dokter," katanya.
Terdengar petugas menelpon dokter spesialis penyakit dalam. Setelah basa basi dan menyampaikan permintaan maaf karena "sudah mengganggu", ia menyampaikan hal yang dimaksud.