Mohon tunggu...
Lala LailatulBadriyah
Lala LailatulBadriyah Mohon Tunggu... Novelis - Jika Allah ridho padaku, maka tidak ada lagi yang lebih aku senangi.

Semakin besar suatu pohon, maka besar pula angin yang menerpanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kasih Seorang Kakak

8 Mei 2020   13:35 Diperbarui: 8 Mei 2020   13:44 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu butir air menetes di pipinya yang pucat. Entahah, apa perasaanku sekarang. Semuanya tak menentu. Aku hanya duduk di kursi kosong samping tempat tidur.

"Kakak ingin bicara sama kamu. mendekatlah. Kakak mohon." Pintanyanya.

"Bicaralah." Aku maju lebih dekat.

Wanita itu menghembuskan nafas pelan. Terasa berat terdengarnya. Aku menunggu kakakku bicara. Ia memejamkan mata sejenak kemudian mulai bicara. 

"Kakak minta maaf sama kamu. sejak kecil kakak selalu marah sama kamu." itulah kalimat pertama yang keluar. Aku hanya menunduk. Memandang tempat tidur yang mulai tipis.

"Waktu kakak tidak banyak lagi. Kakak hanya minta satu hal sama kamu." aku tetap diam menunduk. "Kakak ingin kau memaafkan semua kesalahan kakak, agar kakak pergi dengan tenang. Kakak mohon." Kembali air matanya menetes.

Kakak menyentuh tanganku. Terasa dingin. Aku tetap terdiam. Wanita itu memejamkan matanya lagi. "Jika kau tidak ingin memaafkan kakak, tidak apa Tegar. Satu hal yang harus kamu tau. Kakak selalu menyayangimu sampai kapanpun."

Sayang? Sayang seperti apa? Dengan selalu memarahiku setiap hari, apa itu yang dinamakan sayang?

Tapi kalimat itu hanya terucap dalam hati.

Saat kalimat itu terucap, terang di wajahnya mulai memudar, nafasnya menderu kencang.

"Sel! Bertahanlah!" ucap paman. Wajahnya mulai panik. Tapi takdir berkata lain. Semuanya berhenti begitu saja. Sentuhannya perlahan terlepas.
Terlambat. Kakak sudah tiada. Semua orang menangis. Aku tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun