"Jangan banyak melamun, nanti kesurupan," ucapnya sambil menepak bahuku dan tertawa penuh kemenangan.
"Mikirin siapa sih? Bunda? apa Arga?" lanjutnya sambil mengerlingkan sebelah mata.
"Ke kamar yuk..." Ajakku mengalihkan pembicaraan.
"Eh... tau gak? Aku mau di jodohkan dengan anak dari sahabat Ayahku," tuturnya dengan senyum selebar samudera.
"Wah...asik dong... siapa namanya?" tanyaku penasaran.
"Aku tidak tahu namanya, tapi dia sekarang masih di Jerman."
"Loh... Arga juga di jerman loh," ucapku sedikit terkejut.
"Nanti kalau dia sudah di sini pasti orang pertama yang aku kenalkan itu... ya... kamuuu," ucap Dara sambil mecubit kedua pipiku.
Obrolan panjang kami sukses membuatku melupakan kesendirian dan kesepian yang aku rasakan. Hingga tanpa terasa Dara sudah harus kembali pulang.
Aku kembali sendiri hanya berteman secangkir teh untuk sekedar menghangatkan tubuh. Bunyi ponsel membuat senyumku mengembang seakan tertawa berteman angin. Terlihat chat Arga berada paling atas. Ia selalu bercanda dan bercerita hal-hal lucu membutaku membayang dan melayang bersama kenyamanan hingga malam menjelang dan mataku menolak cahaya, aku terlelap menyambut mimpi untuk sebuah perjumpaan.
****