Nenek mengangguk dan meraih tubuhku dalam pelukan lembutnya.
*****
Hari ini usiaku genap 17 tahun. Usia yang diidamkan para gadis remaja. Tapi tidak untukku. Hidupku tidak seberuntung mereka yang mampu tertawa dalam lingkaran persahabatan, merasakan asam manisnya cinta, atau jalan- jalan mencari makanan kesukaan mau pun sekedar menyalurkan hobi. Di usiaku saat ini, aku hanya berfikir, apa yang aku bisa, apa yang aku miliki dan apa yang akan aku lakukan.
Kuseka air mata yang mengalir. wajah tua nenek yang masih lincah, membuat aneka makanan untuk kubawa dan di titipkan ke warung-warung saat aku berangkat sekolah nanti.
Di tempat kami yang baru tidaklah lebih baik dari yang dulu. Nenek telah menjual sepetak tanah yang ia miliki. Uang hasil penjualan hanya bisa untuk membeli rumah dengan atap yang sangat panas jika siang hari dan penuh dengan bocor jika musim penghujan datang. Egoku untuk mendapatkan tempat yang lebih tenang. Justru membuat wanita tua di hadapanku ini menjadi lebih tidak tenang dalam menjalani hidup, baik siang maupun malam.
Hati kecilku bertekad untuk merubah keadaan ini. Kecerdasan dalam memaknai hidup, mungkin hanya itu yang aku miliki dan kuanggap sebagai keberuntungan dalam hidupku.
***
Mentari siang ini menunjukan keangkuhannya. Sinar teriknya mampu membuat tubuhku penuh peluh, namun hal itu tidak membuat bibirku mengeluarkan keluh.
"Berapa per-jamnya, Pak. Berikut print out?" tanyaku kepada penjaga warnet yang kulewati sepulang sekolah.
"5000, Neng, kalau sama print out tambah 2000," jawab bapak itu ramah. Lalu memberikan nomor komputer yang kososng.