Hujan baru saja reda menyisakan gerimis kecil di luar sana. Tetesan bocor dari atap rumah yang jatuh ke dalam ember. Letaknya tidak jauh dari tempat nenek tertidur. Suara itu menjadi penyemangat tersendiri, bahwa hidup bukan untuk berpangku tangan apa lagi mengemis atau meminta-minta. Bismillah.
Kulihat nenek sedang mengecek bahan makanan yang masih tersisa. Agar dapat dimanfaatkan untuk membuat beberapa makanan tanpa harus berbelanja banyak.
"Nek," ucapku lirih. Ku tuntun nenek menuju bangku kayu yang terletak di sudut dapur. Aku berimpuh di pangkuannya.
Seperti biasa air mataku selalu membasahi kain di pangkuannya.
"Ada apa?" tanyanya lembut seraya mengusap kepalaku yang masih kurebahkan di pangkuannya.
Aku merubah posisiku, duduk di lantai dengan memeluk kedua lututnya. Kuberikan amplop tebal berwarna putih. Meski ia tidak bisa membaca.
"Apa ini?" tanyanya. Aku menundukkan kepala, lagi-lagi air mataku terus berurai, aku tak kuasa menatap wajahnya. Tenggorokanku tercekat menahan segala rasa dalam dada. Hijabku sudah lusuh sebeb sejak tadi kujadikan penyeka air mata.
"Beasiswa," jawabku lirih. Tenggorokanku benar-benar terasa sakit saat ini, seperti menelan sebongkah batu besar. Bagaimana tidak, aku yang terkenal sebagai anak orang 'miskin' anak orang 'tidak benar' lulus dalam list beasiswa Universitas ternama. Sesuatu yang mustahil, tapi tidak untuk kuasaNya.
Dalam isak tangis. Nenek terus menciumiku. Mengucap syukur tak terkira ata semua kuasaNya. Saat ini justru aku yang di landa kebingungan. Apakah aku harus meninggalkannya sendirian di sini? Di rumah yang atapnya penuh dengan lubang.
"Berangkat, Nak..." ucap nenek setelah melihat keraguan dalam mataku. Ia berjalan menuju tempat tidurnya. Mengeluarkan sebuah lipatan kecil yang terselap diantara tumpukan baju miliknya.
"Nak... Nenek hanya punya ini, gunakanlah untuk kebutuhanmu," ucapnya seraya membuka lipatan saputangan yang sudah usang, ada beberapa lembar uang yang terlipat sangat rapih. Aku menatapnya nanar.... Perih benar ya Nek.... Untuk dapat merubah keadaan.