Pipit seorang perempuan yang cantik, pintar walaupun sedikit manja, mungkin karena dia anak bungsu dan satu-satunya perempuan dari empat bersaudara dan karena jarak usianya dengan kakaknya terpaut jauh, delapan tahun, membuat dia selalu dimanja oleh semua kakaknya.Â
Aku merasa beruntung Pipit mau jadi pacarku, padahal sewaktu di kampus banyak sekali laki-laki yang tertarik padanya. Jelas ada perasaan bangga karena aku berhasil mencuri hatinya, hingga hari ini.
Sebenarnya cukup banyak perbedaan antara Pipit dan Fira. Fira merupakan sosok perempuan mandiri yang sangat mapan. Aku jarang melihat Fira merasa ragu dalam mengambil keputusan, kadang-kadang hal itu sempat menggangguku. Bersama dengan Fira aku merasa seperti tidak ada artinya.Â
Tidak ada yang tidak dimiliki Fira, dia punya segalanya, karir, uang, apartemen, mobil, pendeknya secara materi tidak ada lagi yang tidak dipunyainya. Meski punya apartemen, Fira memilih tetap tinggal bersama orang tuanya, terutama karena semua kakaknya sudah tidak ada yang tinggal disana.Â
Berhubung hanya dia yang belum menikah, sudah sewajarnya menemani orang tuanya yang sudah lumayan lanjut usianya. Hubunganku dengan Fira hanya sebatas teman. Mungkin itu pula yang membuat perasaanku resah saat ini, tapi aku tidak punya keberanian untuk mencari tahu kenapa.
Rabu pagi, aku terbangun jam 5.30, agak terlambat untuk shalat subuh sebenarnya, tapi apa boleh buat, daripada tidak sama sekali. Kepalaku agak pening karena kurang tidur semalam. Sampai kantor jam 9 pagi, kantor sudah ramai.Â
Seperti biasa aku mampir ke pantry sekedar mendengarkan obrolan pagi sejenak sebelum memulai aktivitas kantor. Tidak lama kemudian, aku kembali ke ruanganku dan mulai membuka email.Â
Dalam semalam sudah ada 12 email yang masuk, empat di antaranya dikirim oleh klienku yang memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai permintaan mereka. Email itu ditujukan kepada Rahmat, Partner yang bertanggung jawab untuk pekerjaan yang satu itu.
Persoalan yang dihadapi klienku cukup pelik. Klienku adalah suatu bank pemerintah yang termasuk dalam pinjaman sindikasi bersama dengan 9 kreditur lainnya. Ke sembilan kreditur lainnya itu merupakan bank-bank yang berasal dari Jepang, Amerika Serikat, Swiss, Belanda, Inggris, Jerman dan Malaysia.Â
Pada awalnya pinjaman merupakan pinjaman yang berdiri sendiri-sendiri, namun pada saat krisis moneter tahun 1998 tersebut semua pinjaman tersebut menjadi macet. Akhirnya Desember tahun 2005 disepakati oleh para kreditur untuk melakukan restrukturisasi kredit dalam bentuk sindikasi.Â
Kesepakatan mereka sebenarnya cukup jelas yaitu untuk jaminan yang sudah pernah diberikan sebelumnya akan tetap berlaku dan tidak termasuk ke dalam jaminan yang dipari pasu dengan kreditur sindikasi lainnya.Â