"intinya dia tidak percaya kalau ini milik palang merah." Jelas Batara, mencoba menerjemahkan apa yang dikatakan sang tentara Inggris. Qi berdecap kesal. "aku akan berusaha meyakinkannya."
Qi, tak mengerti, apa yang membuatnya begitu cemas saat batara kembali berbicara dengan tentara inggris. Namun saat ia  melihat dua orang tentara musuh berlari dari arah samping kereta menuju arah mereka dengan senjata ke arah batara, pemuda tionghoa itu dengan cepat menarik batara ke belakangnya.
Batara tak tahu apa yang terjadi, Qi sekarang berada di depannya. "kita berangkat!" ucap pemuda kecil itu keras pada radio komunikasi yang masih di tangannya.
Kereta itu bergerak perlahan. Qi menembak salah seorang dari kedua tentara Inggris itu dengan tepat, satu roboh. Qi dengan cepat mengarahkan senjata pada satu orang lagi, sialnya. Senjata apinya kosong.
Laju kereta makin cepat. Batara tak bisa bergerak, suara-suara tembakan memaku kakinya. Tubuh qi bergetar  seiring suara tembakan.
Qi oleng, tapi masih bisa menegakan tubuhnya. Ia mengisi kembali senjatanya dan menebakannya ke arah tentara yang masih mengejar kereta, kena kaki. Si tentara inggris berguling-guling kesakitan.
"Qi," pelan. Batara memanggil dengan suara hilang, tenggorokkannya terasa sakit. Lengannya terangkat: berusaha menangkap tubuh yang condong ke depan. "QI!!"
Teriakkan pilu itu membuat batara bisa merasakan kekuatan. Meraih pakaian belakang Qi dan menariknya yang hampir terjerembak jatuh ke luar gerbong.
Batara menarik Qi sampai dirinya terjatuh. Tubuh pemuda Tionghoa itu terkulai lemah, napasnya cepat, tersengal-sengal.
Batara bangun dan segera memeriksa tubuh teman baiknya itu. Tapi lalu terdiam. Pandangannya mengabur..
Qi tertembak di dada, ada lima lubang yang Batara lihat. Tiga tepat di tempat jantung berada.