"Aku punya rencana," ujar Qi, Ia menoleh ke arah relawan yang tak jauh dari Batara, "katakan, siapa ketua atau komandan untuk kereta ini."
Relawan bertubuh kecil dan berkulit coklat itu menyahut dengan suara kecil, ia memberi tahu siapa yang  mengomandoi kereta ini. Qi berkata ia punya rencana dan meminta tolong pada relawan itu untuk memberitahunya dapa komanda kereta ini.
Pemuda kecil berkulit coklat itu menyalakan radio komunikasinya. Ia berbicara sebentar pada orang semberang sana lalu memberinya pada Qi. Pemuda keturunan Tionghoa itu menerima alat komunikasi itu dan berbicara pada orang yang mengomandoi kereta palang merah. Ia katakan apa yang ada dalam rencananya dan butuh kerja sama dari prajurit lain yang berada di kereta ini.
Qi tersenyum puas setelah rencananya diterima. "lakukan apa yang kau mau, Batara." Ia melirik pemuda jangkung itu. "ayo, bernegosiasi hingga kereta ini siap berjalan. Aku akan melindungimu, jika mereka memang hanya butuh obat-obatan kita bisa membaginya. Tapi jika mereka menyerang kita akan pergi dari sini." Batara tak mengerti rencananya.
Kereta uap adalah transportasi paling lambat apalagi saat mulai, kau bisa mengejarnya dengan berjalan saja. Butuh waktu beberapa menit untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi dari orang berlari.
Tapi Batara tak mau ambil pusing, tidak, ia percaya saja pada sahabatnya. Batara tinggal meyakinkan tentara musuh bahwa mereka hanya tim medis yang siap menolong siapapun.
Pikir Batara, polos.
Qi berdiri di bibir pintu gerbong, memberi isyarat agar Batara berdiri di depan pintu saja tak usah turun dari kereta.
Batara berjalan pelan menuju pintu gerbong dengan tangan di atas. Ada prajurit mantan PETA di samping kirinya. sendangkan Qi bersiap di bibir pintu samping kanannya, dalam posisi siap tembak.
Bahasa Inggris Batara tak selancar bahasa Belandanya tapi untuk percakapan formal cukup bagus, ia berteriak dengan kosakata Inggris asli bukan kosakata Amerika.
Salah satu prajurit Inggris maju dengan tangan di atas kepala, tanda ia menerima tawaran negosiasi. Tentara Inggris itu berbicara dengan logat unik, Batara hampir tak mengerti sebagian kata-katanya.