Mohon tunggu...
Cerpen Pilihan

Cerpen | Vriendschap

7 September 2017   10:12 Diperbarui: 7 September 2017   11:50 1403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat Belanda kalah oleh Jepang, ia tak diperbolehkan oleh kakeknya pulang karena cukup berbahaya darah campuran berada di daerah perarlihan kekuasaan, kau bisa dianggap musuh oleh kedua belah pihak, jadi empat tahun Batara tak pernah pulang kampung. "kau sendiri?"

Qi tersenyum malu, "menikah..."

Batara hampir saja mematahkan tulang lehernya karena menoleh terlalu cepat, wajahnya  terkejut sesaat  lalu senyum di bibirnya muncul. "katakan dengan siapa? "

"Shion Fu, sebenarnya kami akan menikah dua bulan lagi", Qi membelokan sedikit mobil yang ia kendarai, sekarang mereka masuk ke hutan. "tapi, karena perang ini, aku dikirim ke sini, jadi kami mudurkan tiga  bulan."

Batara menghela napas, ia kembali melihat ke depan. "kenapa kau tidak menikah saja dan berhenti jadi pahlawan, Kau Tionghoa, tak ada yang akan mengakuimu sebagai pahlawan."

Qi, tersenyum sendu, ia tahu sifat Batara yang satu ini, bukan berarti dia pengecut hanya saja Batara realistis, dia akan jadi pahlawan jika tidak akan menjadi sia-sia. "tahu? Aku tidak butuh pengakuan dari semua orang, aku berperang atau menolong orang terluka dengan harapan akan masa depanku, anakku. Aku tidak melakukannya untuk orang lain, aku ini egois."

Batara mendengus remeh. "kalau kau mati tidak ada masa depanmu, Anakmu tidak akan pernah lahir." Ujarnya sarkarsis.

Qi, mengangkat bahu, senyumnya menjadi lembar. "kalau aku mati, setidaknya aku berusaha untuk hidup di masa depan karena kematian bukan urusan manusia, karena itu jika kematian bukan urusan kita maka hidup adalah hak kita. Semua pilihan ada di tangan kita, itulah manusia harus berjuang untuk  hidup di masa depan, ku pikir itulah kehendak tuhan?"

Qi dan Batara, sudah melihat kereta uap milik Palang Merah, mobil yang Qi kendalikan berherti jauh dari kereta itu. "kau seperti orang bijak saja." Ucap batara sambil turun dari mobil.

"kau sendiri? Kenapa di sini ?", ujar pemuda Tionghoa itu yang kini berjalan di samping Batara, Mereka menuju kereta yang dijaga beberapa orang dengan persenjataan minimal.

"Aku Dokter Palang Merah, ini adalah tugasku. Aku menolong orang karena itu tugas dokter." Inilah kenapa Batara bukan seorang pengecut, ia memang tidak mau berperang karena itu bukan tugasnya.  Ia akan patuh pada aturan apa pun dan siapa pun pembuatnya, namun ia  akan menolongmu jika terluka walau hal itu melanggar aturan karena ia adalah seorang Dokter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun