Mohon tunggu...
Nasywa Nafis Aufa
Nasywa Nafis Aufa Mohon Tunggu... Lainnya - SISWA MAN 1 JEMBER

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jejak Kerajaan Singasari : Mengulas Sejarah berdirinya hingga Peninggalan dari salah satu Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia

24 Oktober 2024   16:53 Diperbarui: 24 Oktober 2024   16:53 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : www.freedomsiana.id

Kerajaan Singasari adalah sebuah kerajaan Hindu-Buddha yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M. Saat ini, Kerajaan Singasari diperkirakan berlokasi di daerah Singasari, Malang. Kerajaan Singasari hanya sempat bertahan 70 tahun sebelum mengalami keruntuhan.
Sebagai salah satu kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Indonesia, Singasari memiliki sejarah yang cukup panjang. Adapun asal-usul, kehidupan pemerintahan, masa kejayaan, hingga peninggalan kerajaan ini akan dibahas melalui artikel dibawah ini.

Asal-usul berdirinya 

Berdasarkan keterangan dalam Prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singasari adalah Kerajaan Tumapel. Nama Tumapel juga muncul dalam berita Tiongkok dari Dinasti Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan. Kakawin Nagarakretagama memperjelas jika ibu kota Tumapel bernama Kutaraja ketika pertama kali didirikan tahun 1222.

Pararaton menyebut Tumapel awalnya hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Panjalu atau Kerajaan Kadiri. Adapun yang menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggul Ametung. Dia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri, yaitu Ken Angrok, yang kemudian mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.

Ken Angrok lantas menikahi janda Tunggul Ametung yang saat itu sedang mengandung, yaitu Ken Dedes. Anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung ini nantinya diberi nama Anusapati. Selain beristrikan Ken Dedes, Ken Angrok mempunyai satu istri lagi bernama Ken Umang yang kelak melahirkan anak laki-laki bernama Tohjaya.

Ketika berkuasa, Ken Angrok berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kadiri. Pada 1221, terjadi perseteruan antara Kertajaya, raja Kerajaan Kadiri, dengan kaum brahmana. Para brahmana lantas menggabungkan diri dengan Ken Angrok. Perang melawan Kadiri lantas meletus di Desa Genter pada 1222 yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.

Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian Tumapel, tetapi tidak menyebutkan adanya nama Ken Angrok. Dalam naskah itu, pendiri Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra yang berhasil mengalahkan Kertajaya, raja Kadiri.

Pada 1253, Wisnuwardhana kemudian mengangkat putranya yang bernama Kertanagara sebagai yuwaraja (putra mahkota) dan mengganti nama ibu kota kerajaan menjadi Singhasari. Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada nama Tumapel. Inilah yang membuat Tumapel juga dikenal dengan nama Kerajaan Singhasari.

Penemuan Prasasti Mula Malurung di sisi lain memberikan pandangan yang berbeda dengan versi Pararaton, yang selama ini dikenal mengenai sejarah Tumapel. Prasasti yang dikeluarkan Kertanagara tahun 1255 atas perintah Wisnuwardhana itu menyebutkan jika Tumapel didirikan oleh Rajasa yang dijuluki "Batara Syiwa", setelah menaklukkan Kerajaan Kadiri.

Nama ini kemungkinan adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri Tumapel itu dipuja sebagai Syiwa. Selain itu, Pararaton juga menyebutkan bahwa Ken Angrok lebih dulu menggunakan julukan Batara Syiwa sebelum maju dalam perang melawan Kadiri.

Prasasti itu juga menyatakan jika kerajaan kemudian terpecah menjadi dua sepeninggal Ken Angrok, yaitu Tumapel yang dipimpin oleh Anusapati dan Kadiri yang dipimpin oleh Mahesa Wong Ateleng alias Batara Parameswara. Parameswara digantikan oleh Guningbhaya, kemudian Tohjaya. Sementara itu, Anusapati digantikan oleh Seminingrat yang bergelar Wisnuwardhana. Prasasti itu juga menyebutkan bahwa Tumapel dan Kadiri dipersatukan kembali oleh Seminingrat. Kadiri kemudian menjadi kerajaan bawahan yang dipimpin oleh putranya, yaitu Kertanagara.

Lebih lanjut, prasasti ini menyatakan Tohjaya sebagai raja Kadiri, bukan raja Tumapel. Hal ini memperkuat kebenaran berita dalam Nagarakretagama yang tidak menyebut Tohjaya sebagai raja di Singhasari. Selain itu, pemberitaan dalam Nagarakretagama yang menyebut Kertanagara naik takhta tahun 1254 juga dapat diperdebatkan. Kemungkinannya adalah Kertanagara menjadi raja muda di Kadiri terlebih dahulu, kemudian barulah pada 1268 dia bertakhta di Singasari.

Masa Kejayaan 

Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Kertanegara, yang memerintah antara tahun 1272-1292. Kertanegara sendiri bergelar Maharaja Sri Kertanegara yang merupakan Raja Singasari terbesar.

Kertanegara sendiri dikenal sebagai Raja Singasari yang bisa menguasai segala bidang, baik bidang ekonomi, politik keagamaan. Dengan kepiawaiannya sebagai pemimpin, ia menjadikan Singasari sebagai kerajaan besar.

Dia memiliki gagasan perluasan cakrawala mandala ke luar Pulau Jawa, yang meliputi daerah seluruh dwipantara atau Nusantara. Salah satu upaya politik luar negeri yang ditempuh Raja Kertanegara adalah melaksanakan Ekspedisi Pamalayu.

Ekspedisi tersebut bertujuan untuk menaklukan beberapa daerah di Nusantara seperti Bali, Pahang, Sunda, Bakulapura dan Gurun Maluku. Lebih dari itu, ekspedisi ini juga mempunyai tujuan lain, yakni menguasai Kerajaan Sriwijaya.

1. Sistem dan Perkembangan Pemerintahan 

Pemerintahan dari Kerajaan Singosari berpusat di Jawa bagian timur. Dimana sistem pemerintahan tersebut sempat mengalami perkembangan yang sangat pesat, tapi juga harus mengalami kemunduran karena adanya sengketa karena terjadi perebutan kekuasaan. Hal itu terjadi karena pada saat berdirinya kerajaan tersebut, sistem pemerintahan dan juga kehidupan politik yang diterapkan lebih fokus kepada pengembangan wilayah kekuasaan. Tentunya, hal tersebut tidak bisa dipungkiri karena membawa kesuksesan tersendiri. Terbukti dengan adanya keberhasilan dalam menguasai wilayah Sunda, Malaka, Bali, dan Kalimantan. Akan tetapi, disisi lain, dalam kerajaan itu sendiri justru mengalami pengeroposan karena adanya perebutan kekuasaan.

2. Kehidupan Politik

Kehidupan politik yang terjadi di Kerajaan Kerajaan Singasari berkembang dengan cepat, khususnya ketika masa pemerintahan Raja Kertanagara. Hal tersebut dapat kita lihat dari pelaksanaan politik yang ada di dalam maupun di luar negeri pada masa pemerintahan Raja Kertanegara. Adapun politik dalam negeri yang dilakukan antara lain yaitu dengan mengganti pejabat pembantunya. Tak hanya itu, untuk memperkuat lagi kekuasaannya, Ia juga melakukan pernikahan politik dan memperkuat aspek angkatan perang.

Sedangkan untuk politik luar negeri yang mereka lakukan diantaranya yaitu dengan melakukan sebuah ekspedisi Pamalayu yang bertujuan untuk menguasai Kerajaan Melayu dan melemahkan kekuasaan dari Kerajaan Sriwijaya. Sementara itu, keberhasilan lain yang diperoleh selama masa pemerintahan Raja Kertanegara yaitu salah satunya berhasil menguasai wilayah Sunda, Bali dan juga Kalimantan, serta Malaka.

3. Kehidupan Sosial

Tidak jauh dari kehidupan ekonominya, kehidupan sosial dari Kerajaan Singosari juga mengalami pasang surut. Ketika masih dipimpin oleh Ken Arok, kehidupan sosial pada saat itu tergolong cukup maju. Hal itu dibuktikan dengan adanya daerah yang bergabung ke dalam wilayah Kerajaan Tumapel. Lalu, ketika dipimpin oleh Anusapati, kehidupan sosial dari Kerajaan Singosari justru menjadi terabaikan. Sebab, sang raja memiliki untuk sibuk dengan sabung ayamnya. Sampai saat Kerajaan Singosari dipimpin oleh Wisnuwardhana, kehidupan sosialnya mulai sedikit rapi. Kemudian saat dipimpin oleh Raja Tarumanegara, kehidupan sosial Kerajaan Singosari menjadi semakin maju.

4. Kehidupan Ekonomi 

Untuk kehidupan ekonomi saat zaman Kerajaan Singosari tergolong cukup maju. Karena letaknya yang sangat strategis yaitu berada di lembah sungai Brantas, hal ini menjadikan tanah yang ada di kawasan tersebut menjadi sangat subur. Oleh karena itulah, mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai seorang petani. Tidak hanya berada di lembah yang subur, Sungai Brantas pada saat itu juga menjadi salah satu lalu lintas perdagangan antar daerah dan wilayah. Oleh sebab itu, tidak sedikit dari masyarakatnya yang bekerja sebagai pedagang. Walaupun begitu, pada kenyataannya kehidupan ekonomi pada masa Kerajaan Singosari sempat mengalami fluktuasi atau naik turun. Saat dipimpin oleh Ken Arok, kehidupan ekonomi di Kerajaan Singosari tergolong sangat makmur. Tapi kemudian saat dipimpin oleh Anisapati, kehidupan ekonomi masyarakat menjadi terabaikan. Setelah itu, kehidupan ekonomi mulai membaik ketika dipimpin oleh Wisnuwardhana. Hingga pada akhirnya saat masa pemerintahan Raja Kertanegara, kehidupan ekonomi Kerajaan Singosari mencapai puncak kejayaannya.

5. Kehidupan Budaya 

Kehidupan budaya yang ada di Kerajaan Singosari tergolong cukup maju. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan adanya prasasti yang ditinggalkan sebagai salah satu bukti dari kejayaan Kerajaan Singosari pada waktu itu. Ada banyak sekali produk kebudayaan yang dihasilkan dari kerajaan tersebut. Selain peninggalan prasasti, ada pula patung dan juga candi yang ditemukan diseluruh wilayah Kerajaan Singosari. Adapun peninggalan yang cukup terkenal dari Kerajaan Singosari yaitu Candi Singosari, Candi Jago, dan Candi Kidal. Selain itu, ada juga peninggalan lain yang cukup populer yaitu Patung Ken Dedes yang biasanya disebut sebagai Dewi Kesuburan dan Patung Tarumanegara.

Penyebab Runtuhnya 

Walaupun Kertanegara merupakan salah satu raja yang membawa Kerajaan Singosari pada masa puncak kejayaannya. Namun Ia juga menjadi raja yang membawa Kerajaan Singosari pada masa keruntuhannya. Hal itu terjadi karena Kertanegara justru lebih fokus pada strateginya dalam mengembangkan kekuasaan Kerajaan Singosari melalui sistem ketahanan lautnya.

Oleh karena itu, Ia justru abai dengan pertahanan yang berasal dari dalam kerajaan itu sendiri. Saat Kertanegara sedang fokus dengan misinya dalam mengembangkan kekuasaannya, Jayakatwang yang masih mempunyai garis keturunan Kerajaan Kediri mulai memberikan serangan kepada Kerajaan Singosari. Usaha tersebut semakin dilancarkan karena Jayakatwang dibantu oleh Wiraraja yang sebelumnya sudah pernah dijatuhkan dari keraton.

Dari Wiraraja, akhirnya Jayakatwang mengetahui waktu yang tepat untuk melaksanakan serangan ke Kerajaan Singosari. Pada saat itu, Singosari diserang dari dua arah sekaligus, yaitu dari arah utara dan selatan. Akan tetapi, ternyata serangan yang berasal dari arah utara justru malah mengecoh pasukan yang dipimpin oleh Ardharaja dan juga Raden Wijaya. Sementara serangan yang berasal dari arah Selatan justru yang paling berdampak sampai menewaskan Kertanegara. Meninggalnya Kertanegara kemudian menjadi akhir dari masa kejayaan Kerajaan Singosari. Kemudian wilayah Singosari dikuasai oleh Jayakatwang dan Ia membuat ibukota baru.

Beberapa peninggalan Kerajaan Singasari diantaranya 

1. Candi Singosari

Candi Singosari berada di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Lokasinya berada di lembah antara Pegunungan Arjuna dan Pegunungan Tengger. Candi tersebut adalah tempat pendharmaan dari Raja Kertanegara. Ada beberapa orang yang beranggapan bahwa candi tersebut tidak selesai dibangun.

2. Prasasti Mula Malurung

Peninggalan Kerajaan Singosari selanjutnya yang menjadi salah satu bukti keberadaan Kerajaan Singosari adalah Prasasti Mula Malurung. Prasasti tersebut berbentuk lempengan tembaga yang diterbitkan oleh Kertanegara yang pada saat itu masih berstatus sebagai raja yang muda. Selain itu, prasasti tersebut juga merupakan piagam untuk mengesahkan Desa Malurung dan Desa Mula.

3. Candi Kidal

Peninggalan selanjutnya adalah Candi Kidal. Ini adalah salah satu bentuk penghormatan terakhir untuk Raja Anusapati. Meninggalnya Anusapati karena dibunuh oleh Tohjaya membawa cerita bahwa kematiannya tersebut merupakan bagian dari kutukan keris Mpu Gandring. Tak hanya itu saja, masih ada banyak peninggalan lainnya yang dapat kita jadikan sebagai bukti keberadaan dan juga kejayaan Kerajaan Singosari yang berpusat di Jawa bagian timur.

Hubungan kerajaan Singasari dalam bidang budaya dengan masa kini 

Hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek yang terus diwariskan terutama dalam hal seni, tradisi, dan sistem sosial. Beberapa pengaruhnya yakni:

1. Peninggalan arsitektur candi dan seni ukir pada masa singasari berperan besar dalam perkembangan arsitektur tradisional Indonesia. Bentuk candi serta patung patung pada masa singasari menjadi inspirasi bagi bangunan candi lain, seperti candi-candi Bali.

2. Meskipun Hindu-Buddha bukan lagi agama mayoritas di Indonesia namun nilai-nilai spiritual yang berkembang pada masa Singasari masih mempengaruhi kepercayaan dan praktik budaya masa kini. Hal itu terlihat pada upacara adat seperti Galungan di Bali dan Sekaten di Yogyakarta yang meski telah bercampur dengan ajaran Islam dan budaya lokal, masih menunjukkan sisa budaya Hindu-Buddha yang berkembang sejak masa Singasari.

3. Singasari juga berpengaruh dalam pengembangan karya sastra jawa kuno yang turut membentuk karya sastra klasik seperti Nagarakertagama yang juga menjadi inspirasi penulisan sejarah dan mitos Jawa. Bahasa jawa yang berkembang pada masa Singasari ini masih digunakan sebagai bahasa budaya dan komunikasi sehari-hari, terutama di daerah Jawa Timur dan Jawa Barat.

4. Kesenian wayang yang berkembang pada masa Singasari dan mengadopsi cerita-cerita epos Hindu seperti Ramayana dan Mahabharata hingga kini menjadi salah satu kesenian tradisional yang populer di Jawa dan Bali.

Kesimpulan 
Kerajaan Singasari, yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M, merupakan salah satu kerajaan Hindu-Buddha terpenting di Indonesia, terletak di daerah Singasari, Malang. Kerajaan ini memiliki sejarah yang kaya, dimulai dari asal-usulnya sebagai Tumapel, yang kemudian dikenal dengan nama Singasari. Masa kejayaan kerajaan ini terjadi di bawah pemerintahan Raja Kertanegara (1272-1292), yang berhasil memperluas wilayah dan melakukan ekspedisi politik luar negeri, termasuk Ekspedisi Pamalayu.

Pemerintahan Singasari mengalami perkembangan pesat, namun juga menghadapi kemunduran akibat perebutan kekuasaan. Kehidupan sosial dan ekonomi kerajaan ini menunjukkan kemajuan, terutama dalam bidang pertanian dan perdagangan berkat lokasi strategisnya di lembah Sungai Brantas. Budaya kerajinan, termasuk arsitektur candi dan seni ukir, berkembang pesat dan meninggalkan peninggalan berharga seperti Candi Singosari, Candi Kidal, dan Prasasti Mula Malurung.

Namun, keruntuhan Kerajaan Singasari terjadi setelah kematian Kertanegara akibat serangan dari Jayakatwang dan Wiraraja. Meskipun demikian, warisan budaya Singasari masih dapat dilihat dalam berbagai aspek kehidupan masa kini, termasuk seni arsitektur, tradisi spiritual, karya sastra, dan kesenian wayang. Pengaruh tersebut menunjukkan bahwa nilai-nilai yang berkembang pada masa Singasari terus hidup dalam budaya Indonesia modern.

Sumber referensi web

https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-kerajaan-singhasari/


https://daerah.sindonews.com/read/1213113/174/kerajaan-singasari-asal-usul-masa-kejayaan-keruntuhan-dan-peninggalannya-1695964148

Penulis

Nasywa Nafis Aufa (28)

Fairuz Izdihar Qurrota A'yun (15)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun