Mohon tunggu...
Irfan Tamwifi
Irfan Tamwifi Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Bagikan Yang Kau Tahu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

7 Alasan Menolak Keshahihan Nasab Baalwi

12 Juni 2024   08:00 Diperbarui: 26 Juni 2024   15:52 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kejanggalan pertama berkenaan dengan klaim para habaib di Indonesia saat ini yang rata-rata mengaku sebagai generasi ke 37-39. Klaim tersebut tidak masuk akal bila dihitung berdasarkan standar umum perhitungan peralihan generasi yang setiap satu abad rata-rata terjadi 4-5 peralihan generasi. Klaim sebagai keturunan nabi kurang masuk akal karena dalam rentang waktu sekitar 1500 tahun, peralihan generasi sejak masa nabi sampai saat ini normalnya sudah mencapai generasi ke 49-53, yang berarti ada sekitar 10 atau 11 generasi yang tidak tercatat.

Hal ini berkaitan erat dengan kejanggalan berikutnya. Bila benar para habaib adalah keturunan nabi ke 37-39 berarti para pendahulunya baru punya anak rata-rata di usia sekitar 60 tahun. Untuk satu atau dua kasus mungkin saja terjadi tetapi mustahil terjadi selama hampir 40 generasi secara turun-temurun. Apalagi masyarakat di masa lalu cenderung menikah dan punya anak di usia yang jauh lebih muda.

Kejanggalan lain terlihat dari pembulatan umur tokoh-tokoh yang dalam rangkaian nasab kaum Baalwi yang rata-rata menggunakan angka bulat. Hal ini menurut Guru Gembul menimbulkan kecurigaan atas adanya indikasi bahwa rangkaian nasab mereka tidak disusun berdasarkan data silsilah yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

5.   Indikasi Pembelokan Sejarah

Bersamaan dengan polemik nasab, masyarakat menemukan makan-makan kuno yang diubah identitasnya menjadi makam orang bermarga Baalwi. Selain itu, ditemukan pula makan-makan kosong yang diidentifikasi dibuat oleh kalangan Baalwi. Mengubah identitas makam dan pembuatan makan-makam palsu menimbulkan kecurigaan bahwa kaum Baalwi sengaja membangun sejarah kekeramatan bagi golongannya sendiri.

Mereka sudah berhasil mempromosikan beberapa makam habaib di luar Jawa sebagai destinasi ziarah. Bahkan makam kosong mbah Priuk di Jakarta sukses dipopulerkan sebagai makam seorang Habib.

Kaum Baalwi tampaknya juga berupaya menulis ulang sejarah Indonesia dengan versi mereka sendiri. Memang tidak menutup kemungkinan di kalangan Baalwi ada yang turut terlibat dalam perjuangan kemerdekaan, sebagai mana halnya etnis Tionghoa. Masalahnya, mereka mengklaim berjasa dalam berbagai momentum sejarah tanpa dukungan data yang terpercaya, semisal mengklaim sebagai inisiator pembuatan simbut-simbul negara hingga menentukan hari kemerdekaan.

Tokoh-tokoh Baalwi juga mengklaim berperan besar terhadap berdirinya Nahdlatul Ulama (NU). Ini dapat dibaca di situs tarekat yang dipimpin oleh seorang habib terkemuka, termuat dalam buku Cahaya dari Nusantara karangan kaum Baalwi serta dinarasikan dalam ceramah beberapa habaib. Bahkan dalam sebuah buku pelajaran ke-NU-an Madrasah Diniyyah Takmiliyah Ulya (MDTU) atau pendidikan khusus keagamaan setingkat SLTA kelas 2 secara misterius muncul nama Habib Hasyim bin Yahya yang dinyatakan sebagai salah satu pendiri NU, padahal NU dan Rabithah Alawiyah dalam sejarahnya berdiri sebagai ormas berbeda. Bahkan dalam sejarah, Rabithah Alawiyyah sejak awal berseberangan dengan al-Irsyad, ormas yang didirikan oleh masyarakat Arab yang sama-sama keturunan Yaman.     

Hal ini memunculkan kecurigaan bahwa kaum Baalwi sengaja mencangkokkan diri dalam sejarah nasional dan sejarah NU, yang memungkinkan mereka menikmati privillage dari komunitas yang menjadi inangnya. Kecenderungan ini memiliki pola serupa dengan yang dikemukakan Mufti Yaman, bahwa mereka mencangkokkan diri ke dalam nasab bani Hasyim, hingga mendapat keuntungan dari status kaum bernasab mulia.

6.   Doktrin dan Misi Terselubung

Polemik nasab juga membuka fakta-fakta lain berkenaan dengan doktrin-doktrin kaum Baalwi yang sulit diterima kalangan muslim. Selain ajaran rasis berupa pengkastaan dalam agama, yang menempatkan kaum Baalwi sebagai umat Islam kelas satu di atas warga pribumi, Kyai Nur Ikhsan mengidentifikasi ada 30 ajaran kaum Baalwi yang dinilai menyimpang dan perlu diwaspadai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun