Mohon tunggu...
Irfan Tamwifi
Irfan Tamwifi Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Bagikan Yang Kau Tahu

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Keluar dari Widow Syndrome Akibat Istriku Meninggal Dunia

3 Februari 2022   01:03 Diperbarui: 4 Februari 2022   08:41 2464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi berziarah. (Foto: KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO)

"Ya Allah..." Aku baru tersadar bahwa aku harus segera mengurus jenazah istriku di rumah sakit dan membawanya pulang untuk dikuburkan.

"Papah berangkat aja, biar aku yang kasih kabar saudara-saudara" Sahut anak sulungku yang terlihat tegar.

Aku bergegas ke kamar untuk ganti pakaian dan saat keluar kamar tiba-tiba sudah banyak kerabat yang datang ke rumah. Tanpa banyak kata, aku berangkat ke rumah sakit disopiri mas Samsul. Sepanjang jalan tak sepatah katapun kami ucapkan, karena aku tak kuasa menahan tangis kesedihanku. 

Aku baru sedikit mampu menahan tangis saat harus mengurus berbagai administrasi rumah sakit, tapi kembali tak mampu menahan rasa sedihku saat jenazah istriku dimasukkan ke kamar pemulasaran untuk dimandikan.

Aku benar-benar tak menyangka istriku akan pergi secepat ini. Sejak pertama mengeluh sakit, aku merasa dia hanya sakit biasa, bahkan gejalanya tak lebih parah dibanding berbagai sakit yang pernah dia derita sebelumnya.

Dia bahkan masih bisa berjalan sendiri dari parkiran mobil ke UGD, meski harus aku gandeng tangannya sebelum kemudian akhirnya aku dorong dengan kursi roda. 

Meski akhirnya dinyatakan terkena gejala Covid-19 aku masih percaya dia akan baik-baik saja, karena saturasi oksigennya sejak dirawat sampai hari keempat ada di angka 97, kategori normal. 

Aku baru mulai kuatir kemarin malam dia tiba-tiba mengeluh susah bernafas dan masih berharap dia akan baik-baik saja saat dokter menelpon minta ijin pemasangan ventilator. 

Aku yakin istriku sangat kuat dan mampu melewatinya, tapi dugaanku benar-benar salah. Istriku benar-benar tak tertolong. Aku benar-benar tak menyangka akan membawanya pulang dalam peti mati. 

Aku hanya mampu mengelus peti yang tertutup rapat itu. Tanpa sadar aku ngomel di atas jasadnya yang bersemayam dalam peti yang tertutup rapat. "Kenapa harus mama yang pergi, kenapa bukan aku saja?"

Melihatku yang begitu kalut, mas Samsul melarangku menemani jenazah di ambulan. "Di mobilku saja" pintanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun