Selasa 6 April 2021 pukul 06.30 hanphoneku berdering beberapa kali di lantai bawah. Panggilan itu berhenti saat aku memegangnya. Aku tak enak hati saat tahu siapa yang barusan menelponku, mbak Bihar, pejabat rumah sakit tempat istriku dirawat.Â
Saat aku mencoba menelpon balik, tiba2 dia kembali menelpon dan langsung kusambut dengan salam, "Assalamu Alaikum mbak Bihar". Tanpa banyak kata dia hanya berucap, "Ibu tidak tertolong" disambung dengan suara tangisan.Â
"Ya Allah..." Seketika tubuhku limbung dan teduduk lemas di bawah tangga. Dadaku serasa pecah, pandanganku gelap gulita oleh air mata yang tak henti mengucur dari pelupuk mataku. Beberapa saat kutahan tangisku tapi lama kelamaan aku meraung keras seperti anak kecil.
Tak berapa lama anak-anakku datang dan bertanya, "Pah, Ada Apa?"Â
"Mama Meninggal" Sahutku sambil memeluk mereka yang seketika ikut menangis sejadi-jadinya. Â
Entah berapa lama kami menangis sedih, tiba-tiba Samsul, teman kantorku sudah berdiri di hadapanku. "Ayo kita berangkat" ucapnya setelah beberapa saat mematung di hadapanku.
"Ke mana?" Sahutku tak paham maksudnya.
"Ke rumah sakit" Jawabnya.
"Ngapain?" Sahutku yang benar-benar tak tahu apa yang harus aku lakukan.
"Ambil jenazah istrimu, kan" Sahutnya.