"Ah, terserah sampeyan saja."
Segera Kodrat menghampiri prenjak-prenjaknya yang masih saja cerewet di longkang. Dengan hati berbunga-bunga diturunkannya sangkar-sangkar prenjaknya ke tanah. Belum sempat memberi ulat pada prenjaknya, terdengar suara sepeda motor berhenti di halaman rumahnya. Bergegas Kodrat berlari ke halaman, tangannya masih memegang pakan prenjak.
Ternyata bukan Kodir yang datang, melainkan Pak Kadus dengan undangan di tangannya.
"Pak Kodrat diminta hadir, karena penting."
"Masalah apa, Pak?"
"Rencana rehab balai desa."
"Banyak yang diundang?"
"Banyak juga. Oh, ya sulingan-nya sudah laku?"
"Sudah, Pak. Sekarang ada prenjak, mau Pak?"
"Ah, lain kali saja. Saya permisi dulu Pak Kodrat."
***