Setelah Pak Kadus meninggalkan halaman rumah, bergegas Kodrat kembali ke longkang lagi. Perasaannya was-was, karena prenjak-prenjaknya berhenti ngoceh. Lama juga ia meninggalkan longkang.
Betapa kagetnya Kodrat, ketika dilihatnya sangkar prenjak-prenjaknya jungkir balik dan pintunya terbuka semua. Kosong melompong.
Prenjak-prenjak itu telah raib dari sangkarnya yang terbuat dari bambu itu. Bingung sekali Kodrat tiba-tiba. Dia memutar-mutar keliling longkang. Matanya mengedar ke atas, ke bawah, dan ....
"Celaka!"
Didapatinya bulu-bulu prenjak yang bercampur darah, berserakan di sudut longkang.
"Kucing sial! Awas kau!" umpat Kodrat mengancam kucing yang entah milik siapa dan entah lari ke mana.
Pupus sudah harapan Kodrat menerima lembaran-lembaran seratus ribuan. Kodrat lemas duduk tertunduk. Di matanya kini tak lagi terbayang lembaran seratus ribuan, namun terbayang roda sepeda motornya yang gundul dan melindas batu jalanan. Dor! (*)
Magelang, Agustus 2019