Mohon tunggu...
Naraya Syifah
Naraya Syifah Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Penggembala Sajak

Tidak ada yang istimewa dari Naraya Syifah, ia hanya seorang gadis kampung yang sederhana, putri sulung dari keluarga sederhana yang disimpan banyak harapan di pundaknnya. Ia memiliki kepribadian mengumpulkan sajak di pelataran rumahnya. Pernah tergabung dalam beberapa komunitas literasi dan alhamdullilah saat ini sebagai penggerak literasi di kabupaten Subang. Ia menjalankan komunitas Pena Cita bersama teman-teman sehobinya. Kecintaannya pada literasi menghantarkannya sampai di sini. Semoga awal yang baru ini dapat lebih mengembangkan tulisannya dan merubah hidupnya. Selain menulis ia juga tergila-gila dengan K-drama yang dapat menginspirasi nya dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Kisah Nyata) Ditinggal ke Pelaminan

6 Juli 2022   18:10 Diperbarui: 7 Juli 2022   12:25 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Itu tidak mungkin, Bu" rintihku dengan mata berlinang.

Pertahananku hancur, tubuhku bergetar, suaraku mulai tak terdengar. Berulang kali ibu memanggil namaku di seberang sana.

"Ras ... Laras ... kamu baik-baik saja, kan?"

Kedua bibirku bergetar, aku tak dapat mengatakan sehurup pun karena menahan tangis yang sebentar lagi akan pecah. Bagaimana mungkin aku baik-baik saja.

"I -iya bu ... tapi kenapa, bu? Kenapa dia tidak memberitahuku padahal baru saja kita bertemu? Kenapa dia tidak mengatakan apapun pada Laras? Dia bilang kita akan menikah sebentar lagi, kan, Bu" Aku mengucapkannya dengan suara bergetar.

"Ibu juga tidak tau, tiba-tiba dia datang dan mengatakan ingin taaruf dengan seseorang. Kamu harus ikhlas, Nak. Sekarang jalani saja sekolahmu dan mengaji dengan baik. Jangan memikirkan apapun. Jangan memikirkan dia lagi," nasehat ibu sebelum menutup teleponnya.

Hal yang kusesalkan hingga saat ini, kenapa dia tidak jujur saja kepadaku bahwa ia memang dijodohkan dan akan menikahi perempuan lain. Kenapa dia terus menanam harapan padaku hingga akhirnya aku tak tau bagaimana cara menghentikannya.

Di saat dia mengatakan bahwa dia telah memilihku ketimbang perjodohan itu, aku terus memupuk benih cintaku untuknya. Tapi dengan egoisnya yang ia berikan kepadaku hanyalah kebohongan.

Tak lama dari itu aku mendengar dia telah mengkhitbah perempuan itu dan kini telah dikaruniai seorang anak. Dia sudah bahagia dengan pilihannya.

Lalu aku?

Seperti orang bodoh aku masih menunggunya untuk kembali.
Aku masih menunggunya datang dan mengatakan maafnya karena meninggalkanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun