Mohon tunggu...
Naraya Syifah
Naraya Syifah Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Penggembala Sajak

Tidak ada yang istimewa dari Naraya Syifah, ia hanya seorang gadis kampung yang sederhana, putri sulung dari keluarga sederhana yang disimpan banyak harapan di pundaknnya. Ia memiliki kepribadian mengumpulkan sajak di pelataran rumahnya. Pernah tergabung dalam beberapa komunitas literasi dan alhamdullilah saat ini sebagai penggerak literasi di kabupaten Subang. Ia menjalankan komunitas Pena Cita bersama teman-teman sehobinya. Kecintaannya pada literasi menghantarkannya sampai di sini. Semoga awal yang baru ini dapat lebih mengembangkan tulisannya dan merubah hidupnya. Selain menulis ia juga tergila-gila dengan K-drama yang dapat menginspirasi nya dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Kisah Nyata) Temanku Guntur Sekolah

29 Juni 2022   19:28 Diperbarui: 2 Juli 2022   08:53 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa aku harus selemah ini?

Bukankah dengan begitu mereka akan berhenti menyiksaku?

Pikiran seperti itu pernah mampir di kepalaku, namun sialnya aku terlalu takut untuk bertindak. Aku tak punya siapapun di samping aku. Tak ada orang yang bisa kumintai pertolongan selain diriku sendiri yang sudah tak berdaya.

Aku memberanikan diri untuk mengadukannya kepada guruku saat SMP, namun ia hanya sebatas mendengar tanpa memahami. Tak ada aturan yang jelas yang bisa melindungiku di sekolah. Orang-orang yang menggangguku tak mendapatkan hukuman apapun selain sebuah wejangan yang muncul dalam satu kalimat.

“Jangan diulangi lagi, ya. Kasihan temannya.”

Itu saja. Lantas apa mereka jera?

Apa mereka takut?

Apa mereka akan berhenti?

Lupakan wejangan itu! Lihat apa yang terjadi kepadaku setelahnya ....

Perlakuannya padaku semakin bengis. Suatu hari ketika aku hendak mengambil air wudu di sebuah sungai di dekat sekolah, seorang anak mendorongku hingga aku tercebur. Seseorang yang lainnya berteriak meminta tolong melihat tubuhku yang terombang-ambing namun tak melakukan apapun, seseorang yang lainnya hanya diam menyaksiakan seakan aku adalah tontonan komedi untuknya.
Dengan kekuatan penuh aku berusaha untuk naik ke tepian. Aku sadar tidak akan ada yang dapat menolongku selain diriku sendiri.

Aku pulang dengan pakaian basah kuyup membawa gosip yang beredar di keranjang hatiku yang patah, bahwa si gadis jelek dan ceroboh terpeleset ke dalam sungai. Bahkan supir angkut pun tak mengijinkanku untuk duduk di mobilnya, sementara beberapa penumpang yang lain menatapku dengan iba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun