Mohon tunggu...
Naraya Syifah
Naraya Syifah Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Penggembala Sajak

Tidak ada yang istimewa dari Naraya Syifah, ia hanya seorang gadis kampung yang sederhana, putri sulung dari keluarga sederhana yang disimpan banyak harapan di pundaknnya. Ia memiliki kepribadian mengumpulkan sajak di pelataran rumahnya. Pernah tergabung dalam beberapa komunitas literasi dan alhamdullilah saat ini sebagai penggerak literasi di kabupaten Subang. Ia menjalankan komunitas Pena Cita bersama teman-teman sehobinya. Kecintaannya pada literasi menghantarkannya sampai di sini. Semoga awal yang baru ini dapat lebih mengembangkan tulisannya dan merubah hidupnya. Selain menulis ia juga tergila-gila dengan K-drama yang dapat menginspirasi nya dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Kisah Nyata) Temanku Guntur Sekolah

29 Juni 2022   19:28 Diperbarui: 2 Juli 2022   08:53 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salahku juga kenapa ayah menjauh?

Semua orang berlomba meninggalkanku sampai aku mahir menahan segala rasa sakit bagaimana perihnya ditinggalkan.

“Ayo, kita pulang,” ucap seorang wanita yang biasa kusapa bibi. Entah sejak kapan dia ada di sini bersamaku.

Tubuhku yang masih menangis diseretnya mengikuti tubuhnya yang besar. Sepanjang jalan aku masih menangis ulah lelaki yang begitu kuhormati itu. Sejak saat itu, setiap kali muncul pemikiran untuk mengunjunginya atau memohon sesuatu padanya aku akan memikirkannya ribuan kali. Aku tidak ingin bertemu dengannya jika akhirnya aku akan membencinya. Hingga pelan-pelan rasa yang kumiliki untuknya berubah menjadi asing. Entah peduliku masih ada di suatu tempat di hatiku, atau aku sudah benar-benar melupakannya.

Setelah lulus Sekolah Dasar aku melanjutkan jenjang pendidikanku ke SMP. Awalnya biasa saja, namun bertambahnya hari kehidupanku semakin kacau. Penderitaan yang kulalui sewaktu di Sekolah Dasar rupanya belum berakhir dan malah semakin menjadi-jadi. 

Rupanya, salah satu teman kelasku di SDN Welas Asih menceritakan semua tentangku hingga akhirnya aku kembali menjadi objek permainan mereka.
Dan aku benci pada diriku, aku bahkan tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri.

Kenapa aku tak melawan mereka dan membuat semua orang takut padaku?

Kenapa aku diam saja selama ini dan menerima semua perlakuan buruk mereka padaku?

Kenapa aku tidak menceritakannya pada orang dewasa dan memohon keadilan?

Kenapa?

Kenapa aku harus sebodoh ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun