Mohon tunggu...
Naraya Syifah
Naraya Syifah Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Penggembala Sajak

Tidak ada yang istimewa dari Naraya Syifah, ia hanya seorang gadis kampung yang sederhana, putri sulung dari keluarga sederhana yang disimpan banyak harapan di pundaknnya. Ia memiliki kepribadian mengumpulkan sajak di pelataran rumahnya. Pernah tergabung dalam beberapa komunitas literasi dan alhamdullilah saat ini sebagai penggerak literasi di kabupaten Subang. Ia menjalankan komunitas Pena Cita bersama teman-teman sehobinya. Kecintaannya pada literasi menghantarkannya sampai di sini. Semoga awal yang baru ini dapat lebih mengembangkan tulisannya dan merubah hidupnya. Selain menulis ia juga tergila-gila dengan K-drama yang dapat menginspirasi nya dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Kisah Nyata) Temanku Guntur Sekolah

29 Juni 2022   19:28 Diperbarui: 2 Juli 2022   08:53 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: pinterest

Pernah pada suatu hari saat uang jajanku dirampasnya hingga ludes bahkan uang tabunganku diambil pula. Aku hanya berpasrah menerima semua kesalahan yang tidak aku lakukan. Guruku mengomentariku bahwa aku tidak bisa menjaga kepercayaan orang tuaku. Orang tuaku yang mengasuhku selama ini yang tak lain adalah om ku sendiri namun biasa kusapa papa dan mama yang merupakan istri dari om ku menuduhku bahwa aku selalu memakai uangnya untuk kupakai sendiri. Hal seperti itu tidak hanya terjadi sesekali namun terus terjadi sampai kelulusanku.

“Nadia, uangnya mana?” tanya guruku begitu membuka buku tabunganku.

Seperti biasa, aku hanya mengatupkan bibirku tanpa berkata satu hurup pun. Aku terlalu takut untuk bicara. Bahkan tubuhku bergetar dan kaki-kakiku lemas.

“Hahahaha ....” ledek semua siswa di kelasku.

Mereka jelas tau semua yang terjadi kepadaku? Dan mereka berpura-pura tuli seakan tidak mendengar. Tidak hanya Rianti dan teman-temannya yang membullyku, tetapi juga geng Reno yang terkenal sangar dan galak. Mana ada orang yang berani membelaku.

Lalu apa yang menarik dari menyiksa seorang anak Sekolah Dasar?

Apa karena kepolosannya?

Atau kepasrahannya menerima nasib?

Apa kalian bersenang-senang melihat ketuna dayaanku?

Tidak hanya teman-temanku yang mengejekku, tetapi juga seseorang yang begitu kuhormati ikut campur dalam meremukkan hatiku yang sudah lebam-lebam.

Saat itu sore hari menjelang magrib, saat gerombolan anak ayam pun sudah masuk ke kandangnya mengikuti induknya. Saat semua cerita keluarga mulai disuguhkan dan menikmatinya bersama-sama menanggalkan seluruh kesibukannya di siang hari. Namun berbeda denganku, bukan senyuman yang dihidangkan di atas piringku, bukan rindu atau romantisme yang ku kunyah saat itu, namun air mata dan sesak yang menghujam jantungku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun