Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Bagaimanakah Cinta Versi Lelaki?

24 Februari 2024   19:02 Diperbarui: 24 Februari 2024   19:04 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada kesempatan berikutnya, tatkala membaca lagi tentang Sitti Nurbaya, yang terkenang justru cinta luar biasa yang diberikan SamsulBahri kepada Sitti Nurbaya.  Walaupun novel merupakan cerita rekaan, namun Sitti Nurbaya ditulis oleh lelaki bernama Marah Rusli. Novel tersebut diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1922. 

Mengapa jika penulisnya lelaki? Sebagai wanita, tatkala pembahasan tentang cinta dan kesetiaan ditulis oleh lelaki, rasa penasaran yang muncul melebihi jika penulisnya sesama wanita. Mungkin ada rasa ingin tahu yang lebih mendalam tentang pendapat kaum lelaki tentang cinta dan kesetiaan. Bagaimanakah cinta versi lelaki?

Penulisan kedalaman cinta SamsulBahri kepada Sitti Nurbaya tentulah tidak akan diungkapkan apabila tidak ada lelaki yang memiliki cinta sedalam itu kepada seorang wanita. Kesan mendalam yang ditimbulkannya sanggup membuat kaum wanita yang kerap kali meragukan cinta lelaki karena seringnya istilah poligami diungkapkan secara terang-terangan dan berulang di tradisi patriarki ini, mencoba mendalami makna cinta atau lebih tepatnya adakah perbedaan "cinta" antara lelaki dan wanita?

Pada akhirnya, bahan bacaan tentang perbedaan cinta antara pria dan wanita, diperoleh penulis dari berbagai sumber, namun yang paling membuat terpukau adalah tulisan penulis senior La Rose( 1984: 7-8) dengan kata pengantar yang sedemikian memikat

"...Semula waktu saya masih muda, saya kira dunia perempuan hanya untuk melahirkan anak, mengurus rumah tangga, dan menerima cinta...memberikan cinta. Saya menyiapkan diri dengan aneka keterampilan menjahit, memasak, kecantikan. Semua itu memang perlu, tetapi agaknya hal itu hanya sebagian kecil saja dari dunia wanita yang amat luas...Tiga puluh tahun silam saya tidak akan berani menulis seperti ini. waktu itu saya masih terlalu muda. Tulisan ini mampu saya kerjakan setelah usia saya melampaui setengah abad...Kalau saja kita mau belajar dari pengalaman orang lain...

Seperti umumnya karya sastra dengan penulis pria, dalam mendeskripsikan sosok wanita biasanya seringkali cantik. Walaupun kriteria kecantikan antara wanita dan pria adakalanya berbeda, tapi tokoh wanita seringkali dilukiskan sebagai wanita cantik. Akan tetapi, bukan semata kecantikan tersebut yang membuat SamsulBahri merasa nyaman berteman dengannya. Sitti Nurbaya adalah gadis puteri tunggal orang berada di Padang, Baginda Sulaiman. Oleh karena itu, tatkala teman sesama perempuan sebayanya tidak bersekolah, ia tetap diizinkan bersekolah oleh ayahnya, berteman dengan SamsulBahri, Arifin, Bachtiar, dan anak-anak bangsa Eropa yang tinggal di Indonesia.

Dalam (Rose: 1984: 63), kebahagiaan wanita berpusat pada kesadaran bahwa ia dicintai dan mencintai. Pria walaupun membutuhkan cinta tetapi rasa harga diri dan kebahagiaan mereka lebih terletak kepada kesadaran bahwa mereka dipuja, dikagumi, atau dihargai.  Sitti Nurbaya merupakan teman sekolah Samsul Bahri. Posisinya sebagai anak tunggal yang berarti tidak memiliki kakak ataupun saudara lelaki, atau karakternya sebagai anak tunggal yang pada umumnya manja? Sitti Nurbaya tidak segan-segan bertanya kepada Samsul Bahri manakala ia tidak memahami pelajaran yang diperolehnya di kelas.

"Oh Sam, tadi aku diberi hitungan oleh nyonya Va der Stier, ...sampai pusing kepalaku rasanya tak dapat juga. Bagaimanakah jalannya hitungan yang sedemikian?

"Bagaimanakah soalnya?" tanya si Sam ( Rusli, 1922:5-6)

 Walaupun seorang pria memang ingin tampil sebagai pahlawan di mata teman-temannya, namun sesungguhnya  ia pun ingin dapat menampilkan diri bak  pahlawan bagi wanita yang dicintainya. Begitu mendalam arti kesan  ini dalam kehidupannya, apabila ia tidak mendapatkannya, maka ia akan merasa sangat sedih (Rose, 1984:124).

Selain kecantikannya, sikap Sitti Nurbaya yang tidak selalu menunjukkan dirinya lebih pintar daripada Samsul Bahri, lelaki sebaya dan teman sekolahnya, bahkan sesekali ia bertanya tentang pelajaran yang belum dipahaminya, terkesan menawan. Sikap alami yang tanpa disadarinya,  sanggup memunculkan cinta mendalam di hati Samsul Bahri.

Adakalanya wanita pelit memuji lelaki, seperti yang disampaikan La Rose berikut ini (1984:124)

Cukup banyak wanita yang memaklumi akan keberhasilan suami, cukup banyak ibu yang sadar akan kemajuan anak-anaknya, tetapi mereka pelit memberikan penghargaan dan pengaguman,"Janganlah dipuji nanti ia besar kepala...". Seolah tugasnya adalah membuat lelaki menjadi sosok rendah diri agar tidak sombong atau besar kepala.

Kemanjaan yang ditunjukkan Sitti Nurbaya bukanlah suatu kepura-puraan demi meluluhkan hati SamsulBahri. Bukankah ia pun memiliki teman-teman lelaki selain Samsul Bahri, yaitu Bachtiar, Arifin, maupun teman-teman sekolahnya anak-anak Belanda? Sikap Sitti Nurbaya yang menunjukkan kebergantungan hanya kepada SamsulBahri, membuat cinta yang telah bertumbuh begitu mengenal Sitti Nurbaya, terkesan semakin melekat.

Perbedaan cinta antara pria dan wanita (La Rose,1984:42) disampaikan sebagai berikut, bahwa untuk mengerti seorang pria, wanita harus terlebih dahulu memahami bahwa pria berlainan dengan wanita. Mereka berbeda dalam bentuk badaniah, pemikiran, perasaan, maupun tamperamen.

Walaupun antara pria dan wanita memiliki kebutuhan yang sama, namun nilai kebutuhan tersebut berbeda. Cinta bagi pria lebih banyak diartikan bahwa selain wanita itu sanggup membangkitkan rasa bangga memilikinya,  wanita tersebut pun harus sanggup membuatnya merasa dihargai dan dipuja. Adakalanya, cinta yang diberikan wanita kepada pria, adalah sikap yang sama sekali tidak dibutuhkan oleh pria. Sikap yang ditunjukkan bukan demi kepentingan pria tersebut melainkan  demi kepentingan wanita itu sendiri. Betapa banyak pria yang menjadi  kesal karena wanita yang mencintainya malah memberikan cinta tumpah ruah dalam wujud mengikat pria, membuatnya merasa dibatasi geraknya.

Sikap Sitti Nurbaya yang sesekali (bukan bergantung seterusnya) bertanya tentang materi pelajaran yang belum dipahami hanya kepada SamsulBahri bukan kepada teman yang lainnya, selain membuat lelaki merasa dibutuhkan, merasa dihargai, sekaligus merasa dikagumi, juga menunjukkan bahwa Sitti Nurbaya merupakan wanita yang bisa bersikap bijaksana.

Wanita (La Rose,1984:38) bagi La Rose sebaiknya bijaksana, anggun, dan agung. Walaupun ia pintar, namun tidak menampilkan sikap sebagai wanita yang ingin tampak lebih pintar dari suaminya. Beberapa penelitian menyatakan bahwa benturan yang diderita wanita abad ini karena mereka ingin bersaing dengan lelaki.  Mereka memang maju dalam karier, namun mereka tidak lagi memesona, baik bagi sesama wanita maupun lelaki.

Setelah Samsu membaca kecelakaan itu, lalu ia menundukkan kepalanya ke atas mejanya, menangis amat sangat karena sedih akan nasib kekasihnya dan untungnya sendiri pun. Segala cita-cita hatinya yang sekian lama diharapkannya pada saat itu hilang lenyap...tiba-tiba diputuskan oleh Datuk Meringgih (Rusli, 1922:141).

Setelah amat sedih beberapa lamanya, tiba-tiba berdirilah ia dengan menggertakkan giginya dan mengepalkan tangannya. Dengan muka amat pucat dan mata bernyala-nyala karena menahan marahnya, dipeganglah potret Nurbaya yang ada di dekatnya sambil mengangkat mukanya ke atas lalu bersumpah,"Demi Allah, demi rasulnya! Selagi ada napas dalam dadaku, akan kubalas jua kejahatan ini. Tiada puas hatiku sebelum kutuntut bela atas aniaya ini." (Rusli, 1922:141)

Kutipan-kutipan di atas menunjukkan bahwa Sitti Nurbaya memercayakan masalahnya kepada Samsulbahri. Kepedihan dan duka lara yang dialaminya disampaikan kepada Samsulbahri, membuat Samsulbahri yang sejak semula memang mencintainya, semakin merasa terpanggil untuk melindunginya. Lelaki sebenarnya simpatik (La Rose,1984:185)

Lelaki sebenarnya senang dan berbahagia manakala  dapat memberikan perlindungan kepada wanita. Satu di antara kebahagiaan mendalam yang dirasakan pria adalah apabila ia merasa dapat melindungi wanita, terlebih wanita yang dicintainya.

...Bahwa kewajibanku adalah untuk selalu berada di dekatnya, melindunginya dari aneka mala petaka dan bahaya, menempatkan kepalaku sebagai tempatnya melangkah, mengabdikan diriku kepadanya. Kalau saja ia memberikan kesempatan kepadaku untuk mendampinginya dalam kesukaran hidupnya, agar ia dapat perlindungan dariku. Victor Hugo dalam novel Toile of The Sea (dalam Rose,1984:185-186)

Oleh sebab itu, kutulislah surat ini supaya kauketahui halku ini... Bila telah kaubaca surat ini, dapatlah kautimbang hukuman yang akan kaujatuhkan ke atas diriku dan yang akan kuterima dengan rela dan tulus. Bila daripadamu pun aku tiada akan mendapat ampun, tahulah aku, bahwa di dalam dunia ini tak ada harapanku lagi.....

(Rusli, 1922:143)

Sekuat apa pun cinta Sitti Nurbaya kepada Samsulbahri, tapi ia tidak hendak membohongi kondisi dirinya yang pernah menikah dengan Datuk Meringgih. Ia hanya menceritakan semua duka lara serta sakit hatinya terhadap perilaku Datuk Meringgih, namun ia menyerahkan segala keputusan kepada Samsulbahri. Ia hanya meyakinkan bahwa dirinya masih mencintai Samsulbahri seperti semula, tanpa kesanggupan memaksa Samsulbahri kembali kepadanya. Suatu sikap yang membuat Samsulbahri semakin mencintainya. Ia semakin merasa Sitti Nurbaya membutuhkan perlindungannya.

Adakalanya wanita demi memperoleh keinginannya (La Rose,1984:56) melakukan hal yang merugikan diri sendiri, yaitu mengultimatum, mengancam, mencela, mengejek, mengkritik, merengek, memaksa. Ada pula dengan cara yang lebih halus namun tak kalah menusuk misalnya dengan menyindir-nyindir menceritakan keberhasilan ayahnya, kakak iparnya, bahkan saudara lelakinya tatkala suaminya masih mengalami kemunduran. Apabila wanita selalu ingin mengubah orang lain sesuai dengan keinginannya, hal itu menunjukkan bahwa wanita tersebut memiliki sifat merasa paling benar. Sifat yang tidak memiliki daya pesona bagi sesama.

Wanita seringkali sibuk (La  Rose,1984:64) sibuk memikirkan bagaimana caranya supaya lelaki mau menuruti kehendaknya, supaya lelaki mau berubah sesuai keinginannya? Seringkali kita terkejut, mengapa ada lelaki yang mau memilih wanita yang tidak sebanding dengannya? Tanpa mau memahami bahwa wanita yang dapat menghargai lelaki, yang dapat menghargai sesama, adalah wanita yang memesona.

 Adakalanya menurut La Rose (1984) wanita terkejut mendapati pesaingnya tidak sehebat yang dia pikirkan. Ia pun lalu mengecilkan arti pesaingnya sama dengan ulahnya manakala mengecilkan arti kekasihnya yang pergi meninggalkannya,"Ah...sudahlah, hanya begitu saja, saya juga bisa, malah lebih bagus lagi daripada hasil karyamu..." Suatu ucapan yang mengerdilkan arti perjuangan lelaki. Ucapan yang seringkali melukai harga diri seorang lelaki. Ucapan yang sudah seringkali diterima lelaki sejak masa pertumbuhan dari teman-temannya dalam bermain, ketika mereka saling sikut untuk menang. Apabila ucapan merendahkan tersebut diulangi lagi oleh wanita yang diharapkan akan dicintai selamanya, tentu batin lelaki tersebut akan semakin terluka.

Dengan demikian, wanita yang sanggup menahan diri untuk tidak menekan, memaksa, bahkan mengecilkan karya seorang lelaki demi menuruti kehendak pribadinya, tentulah akan menjadi sosok yang memesona baginya, kendati di mata orang lain ia bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Sesungguhnya kebutuhan untuk dihargai dan dikagumi telah tumbuh tatkala anak lelaki masih kanak-kanak ( La Rose,1984:65)

Tetapi seringkali kanak-kanak tumbuh tanpa memperoleh pengaguman, selain tekanan dari sekitar.  Apabila seorang anak lelaki beranjak menjadi dewasa, kebutuhan untuk dikagumi mungkin merupakan kebutuhan yang berlebihan. Maka, apabila kebutuhan tersebut diperoleh dari seorang wanita yang dapat membangkitkan rasa bangga pada dirinya, kemungkinan ia akan memperoleh kembali harga dirinya. Seringkali disertai ia pun mencintai wanita tersebut.

Ketika Samsu memandang muka Nurbaya dengan sekonyong-konyong terbukalah mulutnya tiada berkata-kata. Hatinya suka bercampur duka. Suka karena bertemu dengan kekasihnya ini, duka karena mengenangkan pengharapannya yang telah putus... rupa  Nurbaya pun sungguh jauh berubah...pipinya seakan cekung, rambutnya pun kusut...menyatakan kedukaan dan kesakitan hati yang tiada terhingga. Sangatlah sedih hati Samsu melihat hal kekasihnya itu... (Rusli, 1922:154)

"...Sungguhkah tiada berubah hatimu kepadaku?"

"Sungguh Nur,"jawab Samsu,"Apa sebabnya hatiku akan berubah kepadamu? Atas halmu pada waktu ini, tak boleh aku berkecil hati karena sekaliannya itu bukan kesalahanmu, melainkan gerak daripada Tuhan juga. Seharusnya, karena engkau telah ditimpa bahaya sedemikian itu, bertambah-tambahlah kasih sayangku kepadamu karena pertolongan dan bela atas dirimu pada waktu engkau dalam kesusahan ini...(Rusli, 1922:158)

Rasa dikagumi dan dihargai menurut La Rose(1984:65) juga sangat dibutuhkan seorang pemuda yang baru menapaki kariernya. Ia seperti pahlawan yang tak gentar. Tidak ada hal yang sukar baginya. Ia begitu antusias dan optimis. Apabila tak ada seorang pun yang sanggup menghadirkan rasa kagum dalam hatinya tentu ia akan merasakan kehampaan yang sangat. Wanita yang sanggup memberikan kekaguman dan kebanggaan kepadanya, tak ubahnya bagaikan dewi, walaupun bagi orang lain ia tidak berarti.

Begitulah kesan yang diberikan Sitti Nurbaya kepada Samsulbahri. Ia sejak semula telah menunjukkan kekaguman dan kepercayaan kepada Samsulbahri. Mereka saling mencintai. Manakala dirinya ditimpa musibah akibat kesewenangan Datuk Meringgih, ia pun menceritakan kepada Samsulbahri berlanjut dengan memberikan kesempatan kepada Samsul Bahri untuk mengambil keputusan tanpa dirinya memaksakan kehendaknya. Perilaku yang membuat Samsulbahri semakin mencintainya.

Akhirnya, terjawab sudah, mengapa Samsulbahri sangat mencintai Sitti Nurbaya dan menerimanya apa adanya? Keterkaitan perilaku Sitti Nurbaya dengan perbedaan makna cinta antara lelaki dan perempuan dalam kutipan-kutipan di atas, baik kutipan dari novel Marah Rusli((Rusli, 1922) tersebut maupun dari pendapat La Rose(1984) tentang pribadi wanita yang memesona pria, tetaplah sama sejak dari era sebelum kemerdekaan sampai sekarang. Cinta bagi wanita adalah merasa dicintai dan mencintai, sedangkan cinta bagi lelaki lebih ke arah kesadaran bahwa dirinya dihargai, dibutuhkan, dan dikagumi, serta membangkitkan rasa bangga memiliki perempuannya.

 "Apabila aku tak ada lagi,"kata Baginda Sulaiman pula,"Lebih berhati-hatilah engkau menjaga diri, pandai-pandai memeliharakan badan, berkata di bawah-bawah, mandi di hilir-hilir, sebagai kata peribahasa. Karena sesungguhnya bahasa itulah yang menunjukkan bangsa. Istimewa pula karena sekalian manusia yang baik lebih suka kepada budi bahasa yang manis, perkataan yang lemah lembut daripada tingkah laku yang kasar dan perkataan yang tak senonoh. Dengan kelakuan yang baik lebih banyak kita akan beroleh maksud kita dan lebih banyak pula kita mendapat pertolongan daripada kekerasan dan paksaan. Jika ingin mulia hinakan diri....( (Rusli, 1922:158)

Pada keesokan malamnya terlihat Nurbaya duduk di serambi muka rumahnya. Hari waktu itu kira-kira pukul sembilan. .. tapi dalam pekarangan serambi muka rumah Nurbaya gelap... Nurbaya duduk di beranda muka...( (Rusli, 1922:168)

"...masih enam tahun lagi aku belajar, barulah dapat menjadi dokter, Itu pun belum tentu...

"Bagaimana boleh menjadi... kabar yang meluluhlantakkan hati jantungku, memutuskan segala harapanku. ((Rusli, 1922:170)

"Kata orang tua-tua, cinta itu akan datang juga kelak bila telah kawin," Samsu tersenyum.

"Tiada selamanya," jawab Nurbaya,"Bagaimana dapat aku mencintai orang itu, Datuk Meringgih? Adakah yang akan dapat menarik hatiku?..."

 "Nur, sabarlah dahulu. Bukan aku tak kasihan kepadamu, hanya pada waktu ini belum dapat kita berbuat apa-apa karena ikatannya sangat keras. Kelak akan kucari muslihat yang baik. Sekarang hanya bersama-sama kita berdoa kepada Allah, supaya lekas engkau terlepas dari ikatan ini." ((Rusli, 1922:178)

...

Demikianlah yang diucapkan Samsu. Ia berjanji akan berjuang mendapatkan Nurbaya kembali, karena kekasihnya itu sangat menderita bersama Datuk Meringgih. Naluri lelakinya terpanggil untuk melindungi perempuan yang bukan sekadar sahabat dan kekasih melainkan sudah seperti saudaranya pula. 

Ketika Samsulbahri pulang ke kotanya, ia pun bertemu dengan Sitti Nurbaya yang saat itu tengah menengok ayahnya yang sedang sakit. Keduanya pun berbincang lama,bergurau, berpantun, yang akhirnya berciuman mesra. Kemesraan keduanya disaksikan oleh Datuk Meringgih yang diam-diam memperhatikan ulah keduanya.

Amarah Datuk Maringgih ketika mendapatinya sedang berduaan dengan Samsulbahri

"Apa katamu? Aku membunuh ayahku? Celaka? Engkau yang membunuhnya! Pada sangkamu aku tiada tahu perbuatanmu yang keji itu kepada ayahku. Engkaulah yang menjatuhkan dia...toko ayahku terbakar, perahunya tenggelam,kelapanya mati... Ceraikan aku sekarang juga. Jika tiada, bukanlah laki-laki." (Rusli, 1922:185)

            Sitti Nurbaya setelah merasa mendapatkan perlakuan Samsulbahri yang melindunginya, mulai berani menantang arogansi Datuk Meringgih terhadap dirinya.

"Jangan Engkau lupa, ayahmu berutang kepadaku. Oleh sebab itu, rumah ini akulah yang punya... Akulah yang akan mengusir engkau,"jawab Datuk Meringgih yang pucat mukanya menahan marahnya.

"Apa katamu? Rumah dan sekalian barang ini, bukan harta ayahku melainkan milikku sendiri. Karena tertulis atas namaku... Kalau benar engkau laki-laki dan bekuasa atas rumah ini, cobalah kaukeluarkan aku dari sini!" lalu Nurbaya mengambil palang pintu... (Rusli, 1922:185)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun