Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Bagaimanakah Cinta Versi Lelaki?

24 Februari 2024   19:02 Diperbarui: 24 Februari 2024   19:04 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

...

Demikianlah yang diucapkan Samsu. Ia berjanji akan berjuang mendapatkan Nurbaya kembali, karena kekasihnya itu sangat menderita bersama Datuk Meringgih. Naluri lelakinya terpanggil untuk melindungi perempuan yang bukan sekadar sahabat dan kekasih melainkan sudah seperti saudaranya pula. 

dokpri
dokpri
Ketika Samsulbahri pulang ke kotanya, ia pun bertemu dengan Sitti Nurbaya yang saat itu tengah menengok ayahnya yang sedang sakit. Keduanya pun berbincang lama,bergurau, berpantun, yang akhirnya berciuman mesra. Kemesraan keduanya disaksikan oleh Datuk Meringgih yang diam-diam memperhatikan ulah keduanya.

Amarah Datuk Maringgih ketika mendapatinya sedang berduaan dengan Samsulbahri

"Apa katamu? Aku membunuh ayahku? Celaka? Engkau yang membunuhnya! Pada sangkamu aku tiada tahu perbuatanmu yang keji itu kepada ayahku. Engkaulah yang menjatuhkan dia...toko ayahku terbakar, perahunya tenggelam,kelapanya mati... Ceraikan aku sekarang juga. Jika tiada, bukanlah laki-laki." (Rusli, 1922:185)

            Sitti Nurbaya setelah merasa mendapatkan perlakuan Samsulbahri yang melindunginya, mulai berani menantang arogansi Datuk Meringgih terhadap dirinya.

"Jangan Engkau lupa, ayahmu berutang kepadaku. Oleh sebab itu, rumah ini akulah yang punya... Akulah yang akan mengusir engkau,"jawab Datuk Meringgih yang pucat mukanya menahan marahnya.

"Apa katamu? Rumah dan sekalian barang ini, bukan harta ayahku melainkan milikku sendiri. Karena tertulis atas namaku... Kalau benar engkau laki-laki dan bekuasa atas rumah ini, cobalah kaukeluarkan aku dari sini!" lalu Nurbaya mengambil palang pintu... (Rusli, 1922:185)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun