"Tapi, ia belum bisa setia. Dirly masih mencoba merayuku,"sahutku dengan iba.
        Merta terdiam beberapa saat kemudian memelukku.
        "Betul. Ia bahkan beberapa kali memberi komentar di foto-fotomu. Aku jadi malu. Aku malu Nadila dan teman-teman menertawaiku. Bisakah Kamu menolongku?" tatapnya penuh harap.
        "Menolong bagaimana?" tanyaku berlagak bloon.
        "Pertama, jangan hiraukan rayuannya...
        "Ada uang mundur nggak nih?" godaku tertawa. Ia pun berjanji akan membelikan tas yang telah kuincar.
        "Kedua, hapuslah foto-fotomu yang ada komentar darinya."
        Aku pun menyetujuinya meskipun ingin mengatakan bahwa Merta harus berhati-hati kepadanya. Buktinya, ketika merayuku untuk mengajakku berjalan-jalan, begitu kuminta pamit kepada kedua orangtuaku, Dirly kembali menempel kepada Merta. Mungkin ia hanya iseng atau masih melakukan penjajagan.
Tapi Merta temanku. Maka, sore itu seperti tiga bulan yang lalu saat  aku kembali ke tempat kos, begitu Merta tidak ada di kamar kos karena sedang berjalan-jalan dengan Dirly aku pun hanya bisa berharap yang terbaik untuknya. Barangkali kelak mereka memang berjodoh? Karena Merta temanku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H