Abangku berpesan agar aku berhati-hati ketika berkenalan dengan lelaki. Aku harus jeli menggiring pertanyaan yang membuat ia terpancing mengaku sudah memiliki isteri atau calon isteri, agar aku tidak terluka. Demikian pula terhadap pria yang mengaku telah bekerja, aku pun harus waspada jangan sampai terkesan aku lebih tertarik kepada pekerjaannya daripada ciri fisiknya maupun sikapnya. Ia bohong atau tidak, akhirnya aku juga yang rugi nantinya.
        "Mengapa? Toh aku juga sudah bekerja?"
        "Lelaki pun ingin dicintai karena ciri fisiknya, karena kemampuannya melindungi Kamu, bukan sekadar uang dan pekerjaannya,"jawab Dirly.
        "Tapi aku kecewa saat Kamu terburu-buru mengajak Merta keluar jalan-jalan, padahal niatmu semula kan ingin berkenalan denganku,"protesku kepadanya, yang membuka percakapan bahwa ia kecewa kepada Merta. Katanya ia agresif setelah mengetahui pekerjaannya.
        "Seharusnya Kamu bertahan. Kamu seharusnya menolak ajakannya keluar rumah, apalagi ia mengajakmu nonton film ke bioskop...
        "Ia mentraktirku,"kilahnya,"Aku sudah cerita bahwa aku mencarimu, tapi ia memaksa mengajak keluar jalan-jalan. Makanya kini aku menemuimu ke rumah orang tuamu. Jauh-jauh aku ke sini," jawabnya menatapku.
        "Tidak inginkah Kamu menerima informasi, bahwa sesungguhnya Merta sebagai teman ternyata tega menikungmu?"
        Aku diam tidak segera menjawabnya. Ada setitik rasa percaya kepadanya dan ada setitik kewaspadaan terhadap Merta karena ia tega mencederai pertemanan kami selama ini. Akan tetapi, aku menolak diajak berjalan-jalan pagi itu karena kedua orang tuaku sedang pergi. Di rumah hanya ada dua orang adikku. Bagaimanapun, aku ingin mengetahui, beranikah ia mengajakku berjalan-jalan dengan berpamitan kepada kedua orangtuaku?
        "Kamu harus pamit pada ibuku jika ingin mengajakku jalan-jalan,"tolakku. Ia pun berjanji minggu depan saat aku pulang lagi, ia akan menyusul untuk mengajakku berjalan-jalan dengan cara berpamitan kepada kedua orangtuaku dan abangku. Siapa takut? Tantangnya.
        Sabtu sore aku segera pulang sambil berharap Minggu pagi ia datang kemudian mengajakku berjalan-jalan setelah berpamitan kepada kedua orangtuaku. Ternyata, sampai Minggu sore ia tidak datang. Dalam perjalanan pulang,  di bus aku melihat Merta mengunggah foto kebersamaan mereka berdua dengan pose mesra di story instagram. Busyet, dalam hatiku. Aku pun mengembalikan titik kewaspadaan kepadanya dan kepada teman yang memintanya berkenalan denganku, padahal seminggu yang lalu sudah kuhapus.
        Setiba di tempat kos, malam harinya sambil melihat TV, kubuka instagram sambil berpura-pura tidak mengenal Dirly.