"Duh, cakepnya pacar barumu, Mer,"ujarku.
        Merta pun menjawab dengan berbunga-bunga,
        "Tampan ya. Atletis pula bodinya. Ia kerja di bank lho. Hebat nggak. Dulu pacarku kerja di perpajakan, kini dapat ganti kerja di bank. Hebat banget kan? Merta gitu loh."
        "Kamu kenal di mana cowok sekeren ini?" tanyaku berlagak blo'on.
        "Kenalnya..." ia berpikir sebentar,"Kenalnya di media sosial dong. Ia mengajakku berkenalan. Katanya terpesona melihat foto-fotoku di IG."
        "Iya sih. Lelaki mana tidak terpesona melihat fotomu,"jawabku.
        "Kalian sering jalan-jalan?"pancingku.
        "Iyalah. Ia kan sudah jelas masa depannya. Jadi, kupepet saja. Kuajak jalan-jalan teruus. Untuk buruan beginian, jangan pelitlah. Keluar modal duluan nggak apa-apa toh kelak pasti balik modal dan berlebihan malah yang bakal kudapatkan."
        "Jadi, selama ini, saat jalan-jalan, selalu Kamu yang membiayai?"
        "Tentulah. Memberikan yang terbaik untuk yang tersayang. Tidak salah kan?"
        Tiba-tiba gawai mengisyaratkan ada pesan darinya. Dirly meminta maaf tidak dapat menyusulku ke rumah orangtuaku untuk mengajakku berjalan-jalan, karena Merta memaksanya untuk ditemani berbelanja lalu berlanjut ke tempat wisata.