Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Pilu Ayahku

28 Desember 2020   19:17 Diperbarui: 28 Desember 2020   19:25 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Akhirnya, berhasil juga kan keinginan Ibu?"

"Saat pertemuan sudah mulai jarang. Ia pun mulai tidak semangat lagi meneleponku karena ada yang baru, aku pun menuntut janjinya. Lagipula..."

"Mengelak?"

Ibu menghela napas. Wajahnya menyiratkan telah memendam kepedihan sekian lama.

"Betul. Ia mengelak. Di depan kakek dan om Verdi, ia mengelak pernah berjanji melamarku. Ia bahkan mengatakan bahwa omongan seperti itu wajar bagi orang yang sedang merayu. Aku sebagai wanita dewasa seharusnya waspada, bahwa ajakan tidur bareng sebelum menikah itu dosa. Seharusnya aku mengingatkan bukan malah menuruti. Ulah yang membuat cinta ayahmu terbang menghilang setelah hasratnya dituruti. Tapi saat kutunjukkan pernyataan tertulis bermaterai itu, termasuk  tanggal visum dokter bahwa semula aku masih perawan sebelum tidur bareng dengannya, ia tidak bisa mengelak lagi. "

"Asyik dong."seruku,"

"Ayahmu saat itu gentar juga sama om Verdi. Daripada ribut,  ia turuti saja. Asyik apaan. Setelah hari H pernikahan terpaksa itu, ia tak lagi mendekatiku. Ia hanya memberi uang belanja. Ia membeli rumah ini. Tapi tidak pernah pulang,"jawab ibu sendu.

"Jadi, aku hadir saat acara tidur bareng itu?"tanyaku sedih. Tapi segera kualihkan agar ibu tidak semakin bersedih.

"Karena itu, aku menjeratnya agar menikahiku. Karena Kamu nyelonong hadir untuk minta lahir. Kan Kamu butuh akta kelahiran."

"Jika tidak?" pancingku. Ibu menggeleng lemah.

"Untuk apa aku memaksa diri menikah dengan lelaki yang jelas dan nyata tidak mencintaiku? Aku punya harga diri walaupun ia berduit. Itu kulakukan karena ada Kamu," jawab ibu sengit. Sepertinya enggan kucurigai sebagai wanita matre. Hehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun