Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Pilu Ayahku

28 Desember 2020   19:17 Diperbarui: 28 Desember 2020   19:25 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Belum tentu, Bu. Itu kan kesetaraan gender,"jawabku tertawa tidak yakin dengan pendapatku, karena yang berkaitan dengan tradisi tentu tak selalu mudah berubah.

"Memang om Verdi playboy?"tanyaku keheranan.

"Tentu saja. Saat itu kan pemilik mobil tidak sebanyak sekarang. Kakek sudah punya mobil mewah keluaran terbaru. Om Verdi cerita, jika ada wanita mau diajak naik mobil kakek yang tengah dibawanya, pasti dirayunya untuk menginap ke suatu tempat yang memungkinkan untuk bemaksiat. Jika ada yang menuruti, ia tak pernah merasa bersalah karena mereka bukan anak-anak di bawah umur."

"Saat menjemput ibu, ayah kan tidak membawa mobil. Mengapa om Verdi cemas?"

"Selain ayah tampan bertubuh atletis, ia selalu menjemput dengan jaket berlabel tempatnya bekerja. Kelihatan kalau tempat kerjanya bergengsi dan berduit. Om Verdi cemas aku hanya dirayunya."

"Ternyata?"

"Dugaan bang Verdi benar,"ibu menghela napas,"Berbekal kecemasan bang Verdi, aku mau diajak menginap....

"Duh, itu kan dosa,"spontan saja aku memotong pembicaraan.

"Entahlah. Saat iku aku membaca konsultasi seseorang dalam majalah. Ia minta saran apa yang harus dilakukan saat pacarnya ngajak tidur bareng? Jawabannya dua. Jika takut dosa, jangan dilakukan. Tapi jika tidak takut dosa, umumnya merasa dicintai dan mencintai itu kan sulitnya bukan main. Nah...selagi rasa itu ada, mengapa tidak dituruti? Daripada menolak ajakannya, ternyata nggak jodoh? Menikah dengan lelaki lain tanpa cinta pula. Tentu menyesal nggak pernah merasakan kebersamaan dengan seseorang yang mencintai dan dicintai. Karena itu, dengan tekat bulat, kubawa tulisan berisi perjanjian bermaterai bahwa ayahmu bersedia menikahiku setelah mengajak tidur sekamar...

"Ayah mau tanda tangan?" desakku penasaran.

"Saat ia sudah terlena kerasukan setan, ia pun tanda tangan tanpa membaca."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun