"Itu kan maumu. Barangkali ia ingin pamer bahwa ia dicintai wanita lain tapi ia bisa setia pada pasangannya?"
"Mungkin. Tapi untuk apa pamer segala?"
"Bagi sebagian orang, pamer juga memberikan kepuasan kan?" kilah ibunya beranjak dari kursi setelah merasakan sang mentari dalam mengajak bergurau sudah berlebihan, tidak lagi menghangatkan tapi mencampurnya  dengan sedikit panas.
"Sudah pukul 09.30. Ayo masuk,"ajak ibunya.
"Selamanya bagiku lebih baik dicintai daripada mencintai,"tegas ibunya benar-benar beranjak memasuki rumahnya.
Ia pun masih duduk di taman. Tubuhnya tersentuh mentari tapi wajahnya tertutupi daun-daun jambu air yang buahnya mulai bertumbuhan.
Mencintai dan dicintai, memang ada kelebihan dan kekurangannya. Ia teringat bacaan yang diperolehnya dari majalah beberapa tahun yang lalu. Yang paling indah memang bisa mencintai dan dicintai, karena keduanya bisa saling memberi dan menerima. Apabila keduanya tidak memungkinkan? Lebih indah mana mencintai atau dicintai?
"Mencintai bisa menjadikan diri rendah hati dan dalam situasi tertentu bahkan bisa menyemangati diri menjadi lebih baik,"komentar seorang temannya tentang cinta,"Daripada hanya menuntut dicintai, jika kita tak kunjung sanggup membalas mencintai si pencinta kan fatal akibatnya, misalnya menduakan. Itu sama saja dengan mempermalukan juga, kan? Selain itu, dicintai saja bisa membuat kita menjadi arogan."
"Tapi mencintai juga ada kelemahannya lho,"sahut  temannya yang lain lagi,"Bagaimana jika malah dimanfaatkan?"
"Misalnya lelaki yang Kaucintai itu. Yang akhirnya pamer di media sosial telah memiliki pasangan dengan cara mencium pipi pasangannya. Jika kepada teman pun ia bercerita, tentu kepada pasangannya pun ia bercerita kan?"
"Lalu?" tanyanya menatap wajah temannya yang telah banyak makan asam garam dalam masalah percintaan.