Mohon tunggu...
Nanda Nurus Sholihin
Nanda Nurus Sholihin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 UIN Maulana Malik Ibrahim Kota Malang

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengaruh Penjualan Fastfood dengan Layanan Go-Food terhadap Budaya Konsumsi Generasi Z di Era Globalisasi Menurut George Ritzer

23 Juni 2024   17:14 Diperbarui: 23 Juni 2024   17:18 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan hasil data kuesioner pada gambar diagram lingkaran di atas yang diisi oleh mahasiswi Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Kota Malang sebanyak 50 responden, terlihat bahwa sebanyak 60% dari mahasiswi yang disurvei ternyata sering memesan makanan melalui Go Food, sementara 40% sisanya menyatakan bahwa mereka jarang menggunakan layanan tersebut. Perbandingan ini menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswi telah mengintegrasikan penggunaan layanan pesan-antar makanan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Pengaruh dari kebiasaan ini terhadap budaya konsumsi memiliki dua aspek utama yang menarik untuk diperhatikan. Pertama, mahasiswi yang sering menggunakan Go Food menunjukkan tingkat adaptasi yang tinggi terhadap teknologi, menunjukkan bahwa mereka cenderung mengambil manfaat dari kemudahan yang ditawarkan oleh ekonomi digital. Ini menggambarkan transisi menuju gaya hidup yang semakin terkoneksi secara digital, di mana berbagai layanan digital diadopsi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kedua, kecenderungan untuk memesan makanan secara online juga mencerminkan pergeseran dalam preferensi konsumsi. Mahasiswi yang menggunakan Go Food mungkin lebih cenderung mencari kepraktisan dan kecepatan dalam memenuhi kebutuhan makanan mereka, dibandingkan dengan opsi tradisional seperti memasak di rumah atau makan di luar. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan dan kemudahan menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan konsumsi mereka.

Secara lebih luas, hal ini memberikan petunjuk tentang perubahan budaya konsumsi di kalangan mahasiswi, menuju metode yang lebih modern dan digital. Ini dapat memiliki dampak yang signifikan pada bisnis lokal dan layanan makanan, karena mereka perlu menyesuaikan diri dengan perubahan preferensi dan perilaku konsumen. Namun, perlu diingat bahwa data ini hanya mencakup sebagian kecil dari populasi mahasiswi, sehingga tidak dapat secara menyeluruh mencerminkan gambaran budaya konsumsi mereka secara keseluruhan.

Gambar 2.

Berdasarkan hasil data kuesioner pada gambar diagram lingkaran di atas yang diisi oleh mahasiswi Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Kota Malang sebanyak 50 responden, terlihat bahwa sebagian besar mahasiswi UIN mempertimbangkan ulasan dan rating restoran sebelum memesan fast food melalui layanan Go Food. Dari jumlah tersebut, 51% mahasiswi secara konsisten mengandalkan ulasan dan rating tersebut, 32% kadang-kadang mempertimbangkannya, dan 17% jarang memperhatikannya. Fenomena ini mengindikasikan bahwa mahasiswi menganggap informasi dari ulasan dan rating sebagai elemen krusial dalam mengambil keputusan pembelian mereka.

Mayoritas mahasiswi yang mengandalkan ulasan dan rating restoran mungkin menganggapnya sebagai panduan untuk memastikan kualitas makanan yang akan mereka pesan. Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran yang tinggi terhadap kualitas produk dan layanan yang diinginkan oleh konsumen tersebut. Ketergantungan pada ulasan dan rating ini juga mencerminkan perilaku konsumen yang lebih proaktif dalam mencari informasi sebelum melakukan pembelian, menunjukkan bahwa mahasiswi cenderung melakukan riset untuk memperoleh pengalaman terbaik.

Perubahan perilaku ini juga menandakan adanya evolusi dalam budaya konsumsi, di mana teknologi digital dan data menjadi elemen penting dalam pengambilan keputusan konsumen. Dengan mahasiswi lebih sering mempertimbangkan ulasan dan rating, transparansi dan persaingan di antara penyedia layanan makanan semakin meningkat. Hal ini mendorong restoran untuk terus meningkatkan kualitas produk dan layanan mereka, serta mengelola reputasi online secara aktif.

Adaptasi terhadap teknologi digital juga mempengaruhi interaksi antara restoran dan pelanggan. Restoran mungkin perlu meningkatkan layanan pelanggan atau menawarkan promosi yang menarik untuk mendapatkan ulasan positif, menggambarkan pergeseran nilai-nilai konsumsi di mana kepuasan dan pengalaman konsumen menjadi lebih diutamakan. Dengan demikian, fenomena ini tidak hanya mencerminkan perubahan dalam perilaku konsumen, tetapi juga mendorong inovasi dan peningkatan kualitas dalam industri makanan dan layanan.

Gambar 3.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun