ABSTRAK
Penggunaan internet telah mengubah pola hidup masyarakat menjadi lebih muudah dan ceepat, terutama dalam hal pekerjaan, pendidikan, dan transaksi jual beli. Generasi Z menunjukkan perubahan signifikan dalam budaya konsumsinya, dengan preferensi tinggi terhadap pembelian makanan secara daring, terutama melalui aplikasi seperti GoFood, GrabFood, dan Shopee Food. Dominasi GoFood dalam pasar aplikasi pesan-antar makanan menunjukkan tren yang signifikan. Fenomena ini penting untuk dipahami karena dampaknya terhadap pola konsumsi Generasi Z. Penelitian ini fokus pada mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Kota Malang untuk mengeksplorasi dampak penjualan fastfood melalui GoFood terhadap budaya konsumsi mereka, dengan memperhatikan teori "the globalization of nothing" oleh George Ritzer. Metode survei dan observasi digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif yang komprehensif. Restoran fast food, termasuk GoFood, menerapkan berbagai strategi untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, seperti inovasi layanan, promosi, dan penggunaan ulasan. Kolaborasi antara restoran fast food dan GoFood bertujuan untuk memaksimalkan kepuasan dan loyalitas pelanggan melalui pengiriman makanan yang cepat dan kualitas layanan yang baik. Analisis data menunjukkan bahwa mahasiswi UIN Malang cenderung memilih fast food melalui GoFood karena promo, kemudahan pemesanan, variasi menu, dan kecepatan pengiriman. Mayoritas mahasiswi merasa puas dengan layanan GoFood, menandakan penerimaan yang baik terhadap layanan tersebut. Konsep "Globalization of Nothing" membantu menjelaskan perubahan budaya konsumsi ini, menyoroti homogenisasi budaya dan kecenderungan konsumsi yang seragam.
Kata-Kata Kunci: Fastfood; Go Food; Mahasiswi
Â
PENDAHULUAN
Pengguunaan internet telah mengubah pola hidup masyaraakat menjadi lebih mudah dan cepat. Hal ini terbukti dari berbagai bidang kehidupan yang mengandalkan internet, seperti pekerjaan, pendidikan, dan transaksi juaal beli. Sebelum era internet, orang harus pergi ke toko atau pasar untuk memperoleh barang yanng mereka butuhkan. Pada era globalisasi yang ditandai oleh kemajuan teknologi dan ekonomi yang pesat, gaya hidup dan kebiasaan konsumsi masyarakat mengalami perubahan yang sangat signifikan.
Salah satu aspek yang paling terpengaruh adalah budaya konsumsi, terutama di kalangan Generasi Z. Dalam budaya konsumsi mereka, membeli fastfood melalui platform seperti GoFood telah menjadi hal yang sangat biasa dan tak terpisahkan. Pada era globalisasi saat ini, generasi Z dapat melakukan transaksi jual beli dengan lebih praktis berkat kemajuan e-commerce. Bisnis ojek online seperti Gojek, Grab, dan Maxim adalah salah satu yang memanfaatkan kemajuan internet. Aplikasi tersebut tidak hanya menyediakan layanan transportasi ojek online, tetapi juga menyediakan opsi untuk memesan makanan melalui fitur seperti GoFood, GrabFood, dan Maxim Food. Bahkan, platform belanja online seperti Shopee sekarang juga menawarkan layanan pengiriman makanan melalui Shopee Food.
Menurut survei yang dilakukan oleh Populix dengan judul "Tren Makanan dan Minuman Pada Generasi Z dan Milenial 2022--2023" melibatkan partisipasi dari 3.138 responden. Temuan dari survei ini mengungkapkan bahwa sebanyak 57% dari responden lebih memilih untuk membeli makanan melalui internet. Hal itu menunjukkan adanya tren yang signifikan di kalangan Generasi Z dan milenial dalam hal pembelian makanan. Lebih lanjut, survei juga menemukan bahwa Generasi Z dan milenial cenderung membeli makanan secara daring dua hingga tiga kali setiap minggunya. Bahkan, Generasi Z lebih condong untuk melakukan pembelian makanan secara online dengan frekuensi yang sama. Ini menandakan bahwa Generasi Z memiliki preferensi yang tinggi terhadap penggunaan platform online dalam memenuhi kebutuhan makanan mereka. Dalam konteks apliikasi pemesanan makanan yang dilakukan secara daring, GoFood menjadi aplikasi yang seringkali dipakai oleh konsumen dengan presentase 46%. Sedangkan, Grab Food menempati peringkat kedua dengan 32% responden, dan Shoope Food berada di urutan ketiga dengan presentase 22%. Ini menunjukkan dominasi GoFood dalam pasar aplikasi pesan-antar makanan, namun juga menunjuukkan adanya persaingan yang signifikan dari pesaing utamanya, yaitu Grab Food dan Shoope Food.
Fenomena penjualan fastfood melalui layanan pesan-antar seperti GoFood menjadi sangat penting untuk mempelajari transformasi budaya konsumsi ini. Dalam konteks ini, teori George Ritzer mengenai "the globalization of nothing" memberikan sudut pandang menarik tentang bagaimana proses globalisasi dapat menyebabkan homogenisasi budaya, termasuk dalam hal penjualan fastfood. Namun, ada dampak yang perlu dipertimbangkan dari penggunaan GoFood dan layanan serupa terhadap pola konsumsi Generasi Z. Mereka mungkin lebih cenderung untuk mengonsumsi fastfood yang mudah dipesan melalui aplikasi tersebut, daripada makanan rumahan atau makanan tradisional lokal. Hal ini menunjukkan bagaimana teknologi dan globalisasi dapat memengaruhi budaya konsumsi, terutama di antara anak muda. Karena hal tersebut, Studi kasus ini fokus pada mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Kota Malang yang bertujuan untuk mengeksplorasi dampak penjualan fastfood melalui GoFood terhadap budaya konsumsi Generasi Z, khususnya di antara para mahasiswi Universitas Islaam Negeri Maulana Maliik Ibrahim Kota Malang, dengan memperhatikan teori "the globalization of nothing" oleh George Ritzer. Ini penting untuk memahami bagaimana globalisasi dan teknologi digital mempengaruhi budaya konsumsi, terutama di kalangan generasi muda.
KAJIAN LITERATUR
Pengertian Go Food
Menurut Christopher Lovelock (2012), layanan pengiriman makanan atau Gofood dapat didefinisikan sebagai situs web yang dapat menerima pesanan dan menyediakan informasi, atau bahkan dapat berfungsi sebagai jalur pengiriman layanan berbasis isu. Go-Food adalah layanan pengiriman makanan yang mirip dengan layanan pengiriman makanan restoran. Dengan menggunakan smartphone dan apliikasi Go-Jek, Pelanggan memiliki kemampuan untuk melakukan pesanan makaanan dari resstoran yang bermitra denngan Go-jek dan Pengemudi Go-jek akan mengirimkan makanan langsung ke pelanggan. laayanan itu sangat memudahkan pelanggan untuk memesan makanan dari warung yang telah mereka pilih.
Dengan menggunakan laayanan Go-food, banyak manfaat bagi para pelaku bisnis makanan dan para pengemudi Go-food serta pelanggan. Manfaatnya kepada para pelaku bidang usaha makanan adalah mereka dapat menjangkau lebih banyak konsumen karena dengan memanfaatkan layanan ini, ada kemungkinan yang signifikan untuk memperluas pangsa pasar mereka. Indicator dari layanan Go-Food adalah mengenai promosi dan distribusi. Go-Food adalah sebuah fasiilitas tambahaan yang disediakan oleh Go-jek yanng didedikasikan untuk menyediakan layanan pengiriman makanan bagi pelanggan yang beroperasi di Indonesia. Layanan ini dirancang untuk tujuan promosi dengan tujuan memberikan informasi wacana tentang suatu produk yang ditawarkan oleh distributor atau penghasil eksklusif (dalam hal ini, penyedia makanan). Dalam hal ini terdapat sebuah indicator dari sebuah strategi dari penjualan melalui apliakasi Go-jek dengan layanan Go-Food adalah omset dan kuantitas.
Pengertian Fastfood
Mudahnya mencari makanan instan di toko mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pilihan makanan yang cocok dengan selera dan budget. Penyimpanan dan pemrosesan menjadi lebih efisien dan praktis, sangat cocok bagi individu yang memiliki jadwal yang padat. Ketersediaan fastfood di pasar makanan Indonesia juga berpotensi memengaruhi kebiasaan makan remaja di perkotaan, terutama kalangan remaja kelas menengah ke atas. Restoran cepat saji menyajikan pilihan harga yang terjangkau, layanan yang cepat, dan beragam jenis makanan yang sesuai dengan preferensi.
Menurut Prof. Dr. Ir. Hardiansyah M. S., seorang Guru Besar di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2012 seperti yang dikutip oleh Putri (2014), fast food didefinisikan sebagai jenis makanan dan minuman yang dapat dikonsumsi dengan cepat dan dalam waktu singkat. Dia mengatakan bahwa ada tiga jenis fastfood: yang pertama memiliki kadar garaam, lemak, serta gula yang tinggi dan berdampak buruk; Yang kedua tidak memberikan dampak apapun; sementara yang ketiga merupakan pilihan fastfood yang bermanfaat bagi kesehatan. Penyebaran restoran cepat saji di kota-kota besar Indonesia semakin meningkat. Restoran-restoran ini menawarkan berbagai jenis makanan siap saji, mulai dari Makanan dari Indonesia yang khas (seperti yang disajikan di restoran Padang) dan makanan Barat (seperti ayam goreng dari KFC atau California, yang terkenal dengan ayam gorengnya), bersama dengan hidangan populer lainnya seperti burger, pizza, dan sandwich.
Fast food sangat populer di zaman sekarang karena kemudahan dalam penyajiaannya, memungkinkan orang-orang yang sibuk dapat memesannya sambil berdiri atau berjalan. Mereka juga dapat menyantap makan siang mereka di taman pusat kota. Kehidupan keluarga telah diubah secara signifikan oleh era kontemporer. Bahkan didalam kehidupan berumah tangga sangat dipermudah ketika seorang ibu rumah tangga tidak sempat untuk menyiapkan makanan sarapan atau makan malam, hanya memperlukan smartphone dan pergi kelaman aplikasi GOJEK dengan layanan Go-Food sudah dapat memesan fastfood dengan pilihan menu makanan yang bervariasi mulai dari tradisional hingga modern.
Â
Pengertian Gen Z
Generasi Z memiliki indetitas dan karakteristik tersendiri dari generasi -- generasi sebelumnya, Bahkan generasi sebelumnya memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Generasi Z, sangat menyukai kerja kolaboratif dalam melaksanakan tugas yang bisa disesuaikan, memahami tantangan, dan termotivasi oleh pencapaian. Mereka juga senang mencari cara terbaru untuk menyelesaikan masalah. Istilah generasi Z sering dikaitkan dengan adanya kemajuan dan perkembangan dunia digitalisasi yang dimana generasi ini sangat mengandalkan digital dalam perkembangan dan pertumbuhan mereka. Sudah tidak diragukan lagi di usia mereka yang masih dibilang muda jenjang sekolah menengah atas hingga mahasiswa dapat dengan mahir menguasai dunia digital secara teknis karena pada zaman ini perkembangan internet semakin maju dengan pesat sehingga mobilitas generasi Z sangat bergantung dan mudah mengerjakan pekerjaan dengan efiensi waktu yang singkat.
Menurut Santoso, generasi Z, yang berada dalam rentang usia 15 hingga 18 tahun, memiliki indikator geografis yang khas. Mereka memiliki keinginan besar untuk mencapai kesuksesan dan cenderung positif serta optimis dalam meraih mimpi mereka. Selain itu, mereka juga praktis dan suka bertindak dengan cepat dalam memecahkan masalah yang nyata, tanpa menghabiskan waktu yang terlalu lama untuk mempelajarinya. Generasi Z sangat percaya diri, menghargai kebebasan berpendapat, berkreasi, dan berekspresi. Mereka memiliki kecenderungan menyukai hal-hal yang detail, karena cenderung kritis dalam berpikir dan memperhatikan detail dalam suatu permasalahan atau fenomena, yang dipengaruhi oleh kenyataan bahwa mencari informasi melalui mesin pencari sangat mudah dilakukan. Di samping itu, mereka juga berkeinginan untuk mendapatkan pujian atas usaha yang telah mereka lakukan, seiring dengan naluri manusia yang pada dasarnya menyukai penghargaan atas prestasi yang telah diraih.
Â
Pengertian Globalisasi
Globalisasi adalah fenomena modern yang membawa dampak terhadap potensi perubahan global. Efek globalisasi mampu mengatasi rintangan-rintangan, membuka ketergantungan antarnegara secara lebih luas. Konsip "Dunia Tanpa Batas" yang diperkenalkan oleh globalisasi terjadi nyata, mempengaruhi secara signiifikan perkembaangan bodaya dan menghasilkan bentuk transformasi baru. Terkadang, globalisasi dianggap mirip dengan internasionalisasi karena kesamaan karakteristiknya, oleh karena itu  kedua frasa ini seriing disamakan. Beberapa tokoh menggambarkaan globalisasi sebagai proses yang menurunkan kekuatan, peran, dan batasan negara. Secara keseluruhan, globalisasi merujuk pada aktivitas yang melibatkan masyarakat dunia secara keseluruhan.
Menurut Waters, globalisasi merupakan proses sosial di mana batas-baatas geografiis menjadi kurang relevan dalam kondisi sosial budaya, yang pada akhirnya membentuk kesadaran individu. Definisi ini sejalan dengan pandangan Giddens, yang menggambarkan globalisasi sebagai hubungan saling ketergantungan antara bangsa-bangsa dan individu melalui berbagai aktivitas seperti perdagangan, perjalanan, pariwisata, budaya, informasi, dan interaksi. Secara keseluruhan, globalisasi meredupkan batasan-batasan negara dan memperluas jangkauan interaksi dan pertukaran di antara masyarakat dunia.
Â
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fastfood dan Go Food
Belanja daring adalah ketika pelanggan membeli makanan, minuman ataupun barang kebutuhan lainnya dari penjual yang memanfaatkan internet dan smartphone yaang dilakukan secara langsung tanpa harus keluar rumah dan interaksi fisik dengan penjual Kegiatan ini melibatkan tiga elemen diantaranya konsumen,restaurant dan juga driver, didalam kegiatan tersebut dilakukan suatu proses jual beli dan akad antara pembeli dan penjual. Adanya istilah gofood saat ini tidak jauh dari yang Namanya faktor yang mempengaruhi adanya gofood : 1) Produk, Produk merupakan gabungan antara barang dan layanaan yang diberiikan oleh perrusahaan kepada pelanggan yang dituju.
Dalam konteks Go-Food produk makanan dan minuman yang diwarkan oleh restoran fastfood tertuju kepada sasaran pasar seperti mahasiswa dan juga produk yang bisa menarik perhatian generasi sebelumnya sehingga juga bisa menikmati produk yang ditawarkan oleh restoran tersebut. 2) Harga , harga merupakan pembayaran yang diberikan pelanggan sebagai imbalan atas produk makanan atau minuman yang mereka inginkan. Ini adalah jumlah yang dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan barang atau layanan, dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat yang diperoleh dari produk atau layanan tersebut.
Gojek dengan fitur Gofood menawarkan berbagai varian menu dengan harga yang relative murah karena adanya diskon disetiap pembeliannya, Ini bisa membuat konsumen tertarik untuk memanfaatkan layanan tersebut. 3) Distributor, Ini merujuk pada penyediaan barang di suatu lokasi bagi pelanggan, sehingga mereka dapat dengan lebih mudah menghubungi distributor mengenai masalah pemasaran. Pada zaman sekarang sudah tidak diragukan lagi untuk mengatasi permasalahan distributor karena sudah tidak jadi rahasia umum ponsel menjadi peran pertama dalam mengatasi pemasaran. 4) Promosi, Promosi adalah suatu aktivitas dari penyampain manfaat produk dan membujuk konsumen untuk membelinya. Hal ini dilakuakn produsen untuk meingkatkan jumlah barang yang diproduksi sehingga keyakinan konsumen sangat diperlukan. Setiap tahunnya tentu terdapat produk baru seperti saat ini maraknya penjualan fast food, karena fastfood saat ini paling dicari oleh para konsumen.
Â
Dampak Go Food
Sejalan dengan kemajuan teknologi GoFood telah menjadi integral dalam kehidupan sehari-hari banyak individu dengan menjadi platform jual beli makanan online yang memunngkinkan pengguna untuk memeesan makanaan dari restoran terdeekat dan menerima pesanan tersebut di rumah mereka. Fenomena jual beli online telah menjadi suatu keharusan dalam berbagai bidang industri, termasuk industri kuliner. Beberapa keuntungan utama dari membeli makanan secara online adalah sebagai berikut: 1) Mudahnya dalam pembelian makanan, Salah satu keunggulan utama platform seperti GoFood adalah kemudahan penggunaannya. Konsumen dapat memesan makanan dari kenyamanan rumah mereka hanya dengan beberapa kali sentuhan pada ponsel. Hal ini sangat bermanfaat terutama saat cuaca buruk dan kita ingin menghindari antrean di restoran. 2) Ragam pilihan restoran, GoFood tidak hanya menyediakan layanan pemesanan makanan, tetapi juga menyajikan berbagai opsi restoran, mulai dari tempat makan lokal dengan menu khas hingga restoran internasional terkemuka. Hal ini membuka peluang bagi berbagai jenis restoran untuk membuat pelanggan tertarik. 3) Mengakses layanan dengan lebih luas, Pentingnya jangkauan bisnis dalam mencapai kesuksesan semakin terasa di era digital seperti sekarang. Layanan seperti GoFood memungkinkan restoran untuk menjangkau pelanggan dengan cakupan yang lebih luas. Hal ini tidak hanya berarti dapat menjangkau pelanggan yang berada dalam jarak berjalan kaki atau berkendara dari lokasi fisik restoran, tetapi juga membuka peluang baru untuk pertumbuhan bisnis dan meningkatkan eksposur atau keterlihatan restoran di pasar yang lebih luas. Dengan demikian, GoFood tidak hanya memudahkan pelanggan dalam memesan makanan, tetapi juga memberikan manfaat besar bagi restoran dalam hal mencapai lebih banyak pelanggan dan meningkatkan potensi bisnis mereka.
GoFood tidak hanya memberikan manfaat bagi pelanggan, tetapi juga memiliki dampak yang signifikan bagi seluruh industri restoran. Ini mencakup beberapa efek utama yang perlu diperhatikan: 1) Meningkatkan omset restoran, dengan memanfaatkan jangkauan yang lebih luas kepada pelanggan, GoFood memberikan kontribusi besar bagi peningkatan omset penjualan restoran. Hal ini menjadi sangat penting terutama dalam situasi ekonomi yang tidak stabil, di mana platform seperti GoFood menjadi penyokong utama bagi kelangsungan hidup restoran. 2) Meningkatkan efisiensi operasional restoran, Selain memberikan keuntungan bagi pelanggan, GoFood juga memberikan manfaat bagi restoran dengan memungkinkan mereka mengatur pessanan secara lebih efissien melalui platform ini. Dengan sisteem pemesanaan yang terpuusat, restoran dapat meningkatkan efisiensi operasional mereka dan mengurangi kesalahan dalam pengelolaan pesanan. 3) Meningkatkan biaya operasional, Namun, bergabung dengan GoFood juga berarti restoran harus membaayar komisii kepada platform ini, yang dapat meningkattkan biaaya operrasional, terutama bagi restoran kecil dan baru. Oleh karena itu, restoran harus mempertimbangkan dengan cermat apakah biaya komisi yang harus mereka bayar sepadan dengan keuntungan tambahan yang diperoleh dari penjualan melalui GoFood.
Â
Dampak Fastfood
Makan di restoran cepat saji memang menyenangkan karena praktis, murah, dan rasanya yang nikmat. Namun, ada beberapa efek negatif yang perlu Anda perhatikan saat mengkomsumsi makanan ini. berikut adalah efek negatif dari fastfood: 1) Ketergantungan, Fastfood mengandung bahan tambahan yang dapat menyebabkan ketergantungan, memicu keinginan untuk mengonsumsinya lebih sering. 2) Peningkatan berat badan, Jika sering mengonsummsi fastfood dan kurang berolaahraga, berat badan akan bertambah dalam waktu singkat. Tubuh yang tidak aktif tidak mampu mengolah lemak dari fastfood dengan baik.
Konsumsi fastfood yang tinggi lemak memiliki potensi untuk menyebabkan penumpukan lemak dalam tubuh, yang dapat meningkatkan peluang terkena gangguan jantung karena kadarr kolestrol yang tinggi. Lemak yang berlebihan dalam fastfood juga dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah, yang meningkatkan risiko serangan jantung. Selain itu, asupan lemak yang tinggi juga dapat meningkatkan risiko terkena beberapa jenis kankker, terutama kankker payudara dan usus besar.
Â
Dampak GlobalisasiÂ
Secara umum, ketika topik globalisasi dibahas, biasanya hanya fokus pada dimensi ekonomi. Aspek lain seperti globalisasi kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan informasi sering kurang diperhatikan. Namun, gagasan tentang globaalisasi yang berdampak pada peradaban dan tingkah laku mungkin lebih luas dan lebih mendalam. Ini juga menunjukkan bahwa konsep globalisasi, baik dalam hal ekonomi, ilmu pengetahuan, informasi, atau peradaban, serta perubahan tingkah laku, sangat penting untuk masa depan negara, masyarakat, dan peradaban manusia secara keseluruhan.
Pada zaman dulu, walauupun sudah terdapat alat komunikasi, namun tidak sekompleks yang ada saat ini. Berbeda dengan masa kini, remaja tidak lagi mendengar radio karena mereka pikir radio sudah ketinggalan zaman. Barang-barang seperti ponsel, laptop, iPad, MP3 player, dan MP4 player sangat disukai oleh mereka. Alat komunikasi semakin maju dengan pesat, termasuk transformasi televisi hitaam putih menjadi versi yang lebih mutakhir dan canggih seperti TV LCD, TV LED, TV 3D, dan bahkan televisi yang terkoneksi dengan internet.
Ponsel yang dapat dibawa ke mana-mana saat ini telah menggantikan metode berkomunikasi secara tertulis dan telepon kabel yang dahulu populer untuk berkomunikasi dari jarak jauh. Bahkan didalam bidang kebudayaan sudah berubah dari pakaian tradisional kini masyarakat terutama dikalangan generasi Z lebih memilih menggunakan casual mengikuti gaya barat atau westernisasi. Tetapi, kemajuan dalam industri pakaian juga memberikan keuntungan, dengan menambahkan variasi motif dan pilihan yang lebih beragam. Sebagai contoh, terdapat pakaian muslim dan batik yang diproduksi dengan mempertimbangkan nilai-nilai tradisi dan budaya setempat. Tidak hanya dalam aspek dunia fhasion saja bahkan di dunia kuliner sudah banyak sekali perkembangan makanan tradisional menuju ke fastfood. Persaingan yang ketat akibat dari globalisasi bisa berimbas kepada produsen kuliner tradisional maka dari itu produsen harus berupaya dalam meningkatkan keunggulan ciri khas kuliner tradisional di ruang lingkup pasar modern.
Penelitian Terdahulu
Adapun landasan penelitian terdahulu yang menjadi pijakan dalam penelitian ini, sebagaimana hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya yang disajikan sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh Wulan Purbaningrum 2022 yaitu Pengaruh Layanan Aplikasi GO-FOOD Terhadap Penjualan Pada UMKM Kuliner di Yogyakarta. Dalam kasus tersebut Yogyakarta terkenal dengan beragam wisata dan tentunya hal tersebut banyak nya kuliner disetiap wilayah Yogyakarta untuk menarik perhatian wisatawan tentunya pemerintah memanfaatkan fenomena ini dengan miningkatkan umkm masyarakat untuk meningkatkan perekonomian. Dengan begitu fenomena tersebut tidak lepas dengan perkembangan zaman, seperti saat ini munculnya aplikasi Go-Food memudahkan umkm untuk meningkatkan produksi mereka.
Budi Indrawati, Murti Wijayanti, dan Triana Yuniati (2021) melakukan analisis terhadap kualitas layanan dan tingkat kepercayaan pelanggan terhadap kepuasan konsumen yang dapat mempengaruhi tingkat loyalitas pelanggan GoFood di Kota Bekasi. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dampak variabel kualitas layanan dan kepercayaan konsumen terhadap kepuasan pelanggan yang pada gilirannya berpengaruh pada loyalitas pelanggan GoFood di Kota Bekasi.
Ibrahim Hasan 2019 Pengaruh Motivasi Terhadap Keputusan Pembeliin Makanan Online Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengambilan keputusan atau motivasi dalam layanan Gojek fitur Gofood dikalangan mahasiswa fakultas Psikologi.
Â
Tabel
Tabel 1. Frekuensi Pemesanan Makanan Melalui Go Food oleh Mahasiswi
Universitas Maulana Malik Ibrahim Kota Malang
Â
Tabel 2. Tingkat Kepuasan Mahasiswi Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim
Kota Malang Terhadap Layanan Go food
Â
Tabel 3. Analisis Tingkat Pertimbangan Ulasan dan Rating Restoran oleh Mahasiswi
Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Kota Malang
Â
Tabel 4. Analisis Preferensi Mahasiswi Universitas Islam Maulana Malik Ibrahin
Kota Malang Terhadap Layanan Go food
Â
Gambar
Â
Gambar 1.Â
Berdasarkan data kuesioner pada gambar diagram lingkaran di atas yang diisi oleh mahasiswi Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Kota Malang sebanyak 50 responden, terlihat bahwa 60 mahasiswi sering memesan makanan melalui Go Food, sementara 40 jarang menggunakan layanan tersebut.
Gambar 2.
Berdasarkan data kuesioner pada gambar diagram lingkaran di atas yang diisi oleh mahasiswi Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Kota Malang sebanyak 50 responden, terlihat bahwa 51% mahasiswi sering mempertimbangkan ulasan dan rating restoran sebelum memesan fast food di Go Food, 32% kadang-kadang mempertimbangkan, dan 17% jarang mempertimbangkan.
Gambar 3.
Berdasarkan data kuesioner pada gambar diagram lingkaran di atas yang diisi oleh mahasiswi Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Kota Malang sebanyak 50 responden, terlihat bahwa 38% mahasiswi memilih fast food di layanan Go Food karena promo dan diskon, sementara 38% lainnya karena kemudahan pemesanan. 16% mahasiswi memilih berdasarkan variasi menu, dan hanya 8% yang mempertimbangkan kecepatan pengiriman sebagai faktor utama.
Gambar 4.
Berdasarkan data kuesioner pada gambar diagram lingkaran di atas yang diisi oleh mahasiswi Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Kota Malang sebanyak 50 responden, tampaknya ada sebuah diagram lingkaran yang menunjukkan tingkat kepuasan mahasiswi terhadap layanan Go Food. 61% mahasiswi menyatakan puas, sementara 39% menyatakan netral.Â
Â
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan Penelitian ini menerapkan pendekatan kuantitatif dengan memanfaatkan kuesioner yang disebar kepada mahasiswi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang sebagai teknik pengambilan sampel. Kuesioner tersebut dirancang secara terstruktur dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevan sesuai dengan tujuan penelitian. Pemanfaatan Google Form mempermudah proses penyusunan dan penyebaran kuesioner. Penelitian ini mengambil sampel dari populasi mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang untuk memperoleh data yang mewakili budaya konsumsi dan penggunaan GoFood. Tautan kuesioner disebar melalui media pendukung seperti WhatsApp kepada mahasiswi yang menjadi subjek penelitian. Tanggapan dari mahasiswi yang telah mengisi kuesioner akan diunggah melalui Google Form, dan secara otomatis disimpan dalam Google Drive.
Selain menggunakan kuesioner, penelitian ini juga melaksanakan observasi terhadap kegiatan harian mahasiswi terkait dengan konsumsi makanan, terutama fast food. Observasi tersebut dilakukan secara teratur untuk mencatat fenomena yang relevan dengan tujuan penelitian, termasuk pengamatan langsung terhadap aktivitas mahasiswi sehari-hari, termasuk situasi penggunaan GoFood dan interaksi sosial dalam konteks konsumsi makanan. Dengan memadukan metode survei melalui kuesioner dan observasi, peneliti dapat mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara komprehensif untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang dampak fast food melalui layanan GoFood terhadap budaya konsumsi mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Kota Malang.
HASIL DAN PEMBAHASANÂ
Strategi Restoran Fast Food dan Layanan Go food
- Strategi Go food
GoFood merancang strategi yang komprehensif untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Strategi ini mencakup berbagai langkah penting yang ditujukan untuk memperbaiki pengalaman pelanggan dalam menggunakan layanan mereka. Langkah-langkah ini mencakup inovasi layanan seperti fitur-fitur baru, peningkatan dalam kualitas layanan yang ada, serta berbagai upaya lain bertujuan untuk memenuhi kebutuuhan dan haraapan pengguna dengan lebih baik. Dengan mengimplementasikan strategi ini, GoFood berharap dapat mempertahankan dan meningkatkan loyalitas pelanggan serta memperluas pangsa pasar mereka di industri pesan-antar makanan. Beberapa langkah kunci yang diterapkan oleh layanan Go Food seperti pengenalan fitur-fitur baru seperti GoFood Plus dan GoFood Turbo, menghadirkan Mode Hemat, menawarkan ragam pilihan makanan dengan jumlah yang sangat besar, memperkenalkan semangat baru dari mereknya dengan kampanye #LebiHepi, menggunakan analisis tren kuliner untuk memprediksi dan menyediakan menu-menu yang diproyeksikan akan menjadi favorit pelanggan di masa depan.
Peningkatan kualitas layanan GoFood ditekankan melalui pengenalan fitur-fitur baru seperti GoFood Plus dan GoFood Turbo. Fitur-fitur ini didesain untuk meningkatkan pengalaman berkuliner pelanggan dengan memberikan keunggulan tambahan. GoFood Plus mungkin menawarkan layanan premium, seperti pengiriman lebih cepat atau akses ke restoran yang eksklusif. Di sisi lain, GoFood Turbo mungkin menghadirkan opsi pengiriman yang lebih cepat, memungkinkan pelanggan untuk menikmati makanan mereka dengan lebih cepat daripada sebelumnya. Dengan memperkenalkan fitur-fitur ini, GoFood berupaya untuk menghadirkan pengalaman berkuliner yang lebih baik dan lebih memuaskan bagi pelanggan mereka.
Pengenalan fitur hemat, GoFood menghadirkan mode hemat, sebuah fitur yang memungkinkan pelanggan untuk memilih opsi biaya pengiriman yang lebih terjangkau saat memesan makanan. Dengan adanya opsi ini, pelanggan dapat menghemat biaya pengiriman mereka, yang pada gilirannya membantu mereka dalam menjaga daya beli mereka. Fitur ini memberikan fleksibilitas kepada pelanggan untuk memilih layanan yang sesuai dengan anggaran mereka, sehingga mereka dapat menikmati makanan yang mereka Dapatkan tanpa perlu memikirkan ongkos kirim yang mahal. Dengan demikian, Mode Hemat tidak hanya memberikan manfaat finansial kepada pelanggan, tetapi juga membantu GoFood dalam mempertahankan dan meningkatkan kepuasan pelanggan
Selanjutnya, Menu yang beragam dan terjangkau, GoFood menawarkan ragam pilihan makanan dengan jumlah yang sangat besar, mencapai 16 juta item menu yang dapat diakses oleh pelanggan. Keberagaman menu ini memungkinkan pelanggan untuk memilih makanan sesuai dengan keinginan dan pilihan mereka. Selain itu, GoFood juga memperhatikan kebutuhan pelanggan dengan menyediakan menu-menu dengan porsi lebih kecil dan harga yang lebih terjangkaau. Hal ini memungkinnkan pelanggan untuk memilih makanan sesuai dengan anggaran mereka atau saat mereka menginginkan porsi yang lebih kecil. Dengan demikian, GoFood memberikan fleksibilitas kepada pelanggan dalam memilih makanan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka, menjadikan pengalaman berkuliner lebih mudah dan menyenangkan.
Pemasaran dan branding, GoFood memperkenalkan semangat baru dari mereknya dengan kampanye #LebiHepi. Fokus dari kampanye ini adalah memberikan pengalaman yang lebih bahagia kepada pelanggan, disertai dengan layanan yang super cepat. Dengan mengadopsi semangat ini, GoFood berusaha untuk tidak hanya memenuhi kebutuhan pelanggan secara praktis dalam memperoleh makanan, tetapi juga untuk meningkatkan pengalaman secara keseluruhan dengan menekankan pada aspek kebahagiaan. Melalui kampanye ini, GoFood berharap dapat menciptakan hubungan yang lebih positif dengan pelanggan mereka, serta meningkatkan loyalitas mereka terhadap merek tersebut.
Terakhir yaitu Analisis dan prediksi tren, GoFood menggunakan analisis tren kuliner untuk memprediksi dan menyediakan menu-menu yang diproyeksikan akan menjadi favorit pelanggan di masa depan. Dengan menganalisis tren makanan yang sedang populer, perkembangan selera konsumen, serta pola perilaku pembelian, GoFood dapat memperkirakan jenis makanan apa yang akan diminati oleh pelanggan di waktu mendatang. Dengan cara ini, mereka dapat menyajikan menu-menu yang sesuai dengan preferensi pasar, meningkatkan daya tarik layanan mereka, dan mempertahankan minat pelanggan. Analisis tren kuliner membantu GoFood untuk tetap relevan dalam industri dan terus memenuhi kebutuhan pelanggan dengan menyajikan menu-menu yang diinginkan.
- Strategi Restoran Fast Food
Restoran fast food menerapkan berbagai strategi untuk meningkatkan kepuasan dan kesetiaan pelanggan. Dalam upaya ini, mereka mengadopsi pendekatan yang holistik, yang mencakup beberapa langkah utama yang dirancang untuk memastikan pengalaman pelanggan dapat meemenuhi kebutuhan dan membina ikatan yang kokoh dalam hubungan yang berlangsung lama dengan konsumen mereka. Beberapa strategi yang umum digunakan oleh restoran fast food adalah dengan memperhatikan beberapa aspek seperti : kualitas layanan, kualitas produk, menciptakan program loyalitas, dan memberikan pengalaman yang positif kepada pelanggan
Dalam hal kualitas layanan ini, restoran Fast Food berupaya untuk memenangkan hati pelanggan dengan beberapa aspek usaha yang dilakukan yaitu, Layanan yang Cepat: Restoran fast food berfokus pada memberikan layanan yang cepat kepada pelanggan. Ini berarti pesanan pelanggan diproses dengan cepat dan efisien tanpa menunggu terlalu lama. Layanan yang Ramah: Staf restoran fast food diharapkan untuk bersikap ramah terhadap pelanggan. Mereka memberikan sapaan yang ramah, tersenyum, dan siap membantu pelanggan dengan pertanyaan atau permintaan mereka. Layanan yang Responsif: Restoran fast food harus responsif terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan. Mereka harus siap untuk menanggapi keluhan atau masukan pelanggan dengan cepat dan efektif.
Kualitas produk, restoran fast food memprioritaskan dua hal utama: Konsistensi produk, mencakup rasa, tekstur, dan penampilan yang seragam setiap kali pelanggan memesan. Kualitas tinggi, diwujudkan melalui penggunaan bahan segar dan proses persiapan yang cermat. Restoran juga berupaya memenuhi atau bahkan melebihi harapan pelanggan dengan memberikan nilai tambah pada produk mereka. Dengan demikian, restoran fast food berharap membangun kepercayaan dan loyalitas pelanggan, karena pengalaman positif tersebut dapat mendorong pelanggan untuk kembali dan merekomendasikan restoran kepada orang lain.
Program loyalitas, restoran Fast Food menciptakan program-program loyalitas yang menarik untuk memotivasi pelanggan agar kembali berbelanja di restoran tersebut. Program-program ini umumnya berupa kartu loyalitas atau program poin, di mana setiap pembelian menghasilkan poin yang dapat ditukar dengan hadiah atau diskon di masa mendatang. Dengan demikian, program-program loyalitas ini tidak hanya memperkuat hubungan antara restoran dan pelanggan, tetapi juga mendorong pelanggan untuk tetap setia dan kembali berbelanja.
Terakhir yaitu dengan memberikan Pengalaman positif kepada pelanggan, restoran fast food berupaya menciptakan pengalaman yang menyenangkan dan berkesan bagi pelanggan. Ini bisa dilaksanakan melalui beragam metode, contohnya menggunakan dekorasi yang menarik, memutar musik yang menyenangkan, atau memberikan kejutan-kejutan kecil yang dapat membuat kunjungan ke restoran menjadi lebih menyenangkan. Dengan memberikan pengalaman positif kepada pelanggan, restoran dapat membangun hubungan yang kuat dan memperkuat kesan positif terhadap merek mereka.
- Strategi Restoran Fast Food Melalui Layanan Go Food
Restoran cepat saji berkolaborasi dengan platform layanan pesan antar makanan seperti GoFood untuk memaksimalkan kepuasan dan loyalitas pelanggan melalui serangkaian strategi yang diselaraskan antara keduanya. Beberapa strategi yang diterapkan oleh restoran Fast Food dengan bekerja sama dengan layanan Go Food dengan memperhatikan beberapa aspek seperti : Kualitas pelayanan, harga, promosi, kepuasan pelanggan, dan feedback dan ulasan
Kualitas pelayanan, restoran Fast Food dan Go Food berkolaborasi untuk menjamin pengiriman yang cepat dan memastikan makanan sampai ke pelanggan dalam kondisi yang baik. Mereka memperhatikan keinginan pelanggan akan layanan yang responsif dan berkualitas, sehingga menjaga kepuasan pelanggan tetap menjadi prioritas utama. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan mereka terhadap layanan tersebut, dan pada akhirnya, memperkuat hubungan antara restoran dan konsumen melalui platform Go Food.
Selanjutnya, yaitu dengan dengan menetapkan harga yang bersaing dan menyajikan penawaran khusus melalui GoFood, restoran dapat memengaruhi persepsi nilai yang dirasakan oleh pelanggan. Strategi ini membantu restoran untuk menjaga klien yang sudah ada sambil menarik klien baru yang mencari nilai tambah dalam pembelian mereka. Dengan demikian, kebijakan harga yang kompetitif dan penawaran khusus dapat membantu meningkatkan daya tarik restoran di platform GoFood dan memperkuat ikatan dengan pelanggan.
Promosi, dengan memanfaatkan platform GoFood untuk melakukan promosi, restoran dapat menjangkau lebih banyak pelanggan potensial serta mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Melalui promosi yang disampaikan melalui GoFood, restoran dapat menarik perhatian konsumen yang sedang mencari makanan atau penawaran menarik. Promosi ini juga dapat memberikan insentif bagi pelanggan yang sudah setia untuk kembali berbelanja. Dengan demikian, penggunaan platform GoFood untuk promosi dapat menjadi strategi efektif bagi restoran dalam meningkatkan jumlah pelanggan dan meningkatkan kedekatan dengan pelanggan yang sudah ada.
Kepuasan pelanggan, memastikan kepuasan pelanggan dari awal hingga akhir proses pemesanan dan pengiriman adalah kunci untuk meningkatkan loyalitas. Ini berarti Perhatian tidak hanya ditujukan pada mutu makanan, melainkan juga pada pengalaman keseluruhan pelanggan. Dari pemesanan hingga pengiriman, setiap tahapan harus lancar dan memuaskan. Pelanggan yang puas cenderung kembali dan merekomendasikan restoran kepada orang lain.
Terakhir, yaitu Feedback dan ulasan dengan mendorong pelanggan untuk memberikan ulasan dan umpan balik melalui aplikasi GoFood merupakan langkah penting dalam meningkatkan kualitas layanan dan produk. Tanggapan dari pelanggan memberikan informasi berhaarga tentang hal-hal yang berfungsi dengan baik dan area mana yang perlu ditingkatkan. Dengan informasi ini, restoran dapat melakukan perbaikan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih baik, meningkatkan kepuasan, dan mempertahankan loyalitas. Ulasan dan umpan balik juga membantu restoran memahami tren preferensi pelanggan serta menciptakan pengalaman yang lebih baik secara keseluruhan.
Demikianlah strategi yang dijalankan oleh restoran Fast Food yang bekerja sama dengan layanan GoFood untuk memaksimalkan kepuasan dan loyalitas pelanggan. Dengan fokus pada kualitas pelayanan, harga yang kompetitif, promosi yang efektif, memastikan kepuasan pelanggan, serta menggalakkan umpan balik dan ulasan, restoran dan GoFood berupaya memberikan pengalaman yang memuaskan dan berkesan bagi konsumen. Dengan demikian, kerjasama antara restoran dan layanan pesan antar makanan semacam GoFood menjadi kunci untuk memperkuat hubungan dengan pelanggan dan meningkatkan daya saing di pasar kuliner yang semakin kompetitif.
Pengaruh Penjualan Fast Food Melalui Layanan Go Food Terhadap Budaya Konsumsi Mahasiswi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Kota Malang
Â
Gambar 1.
Berdasarkan hasil data kuesioner pada gambar diagram lingkaran di atas yang diisi oleh mahasiswi Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Kota Malang sebanyak 50 responden, terlihat bahwa sebanyak 60% dari mahasiswi yang disurvei ternyata sering memesan makanan melalui Go Food, sementara 40% sisanya menyatakan bahwa mereka jarang menggunakan layanan tersebut. Perbandingan ini menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswi telah mengintegrasikan penggunaan layanan pesan-antar makanan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Pengaruh dari kebiasaan ini terhadap budaya konsumsi memiliki dua aspek utama yang menarik untuk diperhatikan. Pertama, mahasiswi yang sering menggunakan Go Food menunjukkan tingkat adaptasi yang tinggi terhadap teknologi, menunjukkan bahwa mereka cenderung mengambil manfaat dari kemudahan yang ditawarkan oleh ekonomi digital. Ini menggambarkan transisi menuju gaya hidup yang semakin terkoneksi secara digital, di mana berbagai layanan digital diadopsi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kedua, kecenderungan untuk memesan makanan secara online juga mencerminkan pergeseran dalam preferensi konsumsi. Mahasiswi yang menggunakan Go Food mungkin lebih cenderung mencari kepraktisan dan kecepatan dalam memenuhi kebutuhan makanan mereka, dibandingkan dengan opsi tradisional seperti memasak di rumah atau makan di luar. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan dan kemudahan menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan konsumsi mereka.
Secara lebih luas, hal ini memberikan petunjuk tentang perubahan budaya konsumsi di kalangan mahasiswi, menuju metode yang lebih modern dan digital. Ini dapat memiliki dampak yang signifikan pada bisnis lokal dan layanan makanan, karena mereka perlu menyesuaikan diri dengan perubahan preferensi dan perilaku konsumen. Namun, perlu diingat bahwa data ini hanya mencakup sebagian kecil dari populasi mahasiswi, sehingga tidak dapat secara menyeluruh mencerminkan gambaran budaya konsumsi mereka secara keseluruhan.
Gambar 2.
Berdasarkan hasil data kuesioner pada gambar diagram lingkaran di atas yang diisi oleh mahasiswi Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Kota Malang sebanyak 50 responden, terlihat bahwa sebagian besar mahasiswi UIN mempertimbangkan ulasan dan rating restoran sebelum memesan fast food melalui layanan Go Food. Dari jumlah tersebut, 51% mahasiswi secara konsisten mengandalkan ulasan dan rating tersebut, 32% kadang-kadang mempertimbangkannya, dan 17% jarang memperhatikannya. Fenomena ini mengindikasikan bahwa mahasiswi menganggap informasi dari ulasan dan rating sebagai elemen krusial dalam mengambil keputusan pembelian mereka.
Mayoritas mahasiswi yang mengandalkan ulasan dan rating restoran mungkin menganggapnya sebagai panduan untuk memastikan kualitas makanan yang akan mereka pesan. Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran yang tinggi terhadap kualitas produk dan layanan yang diinginkan oleh konsumen tersebut. Ketergantungan pada ulasan dan rating ini juga mencerminkan perilaku konsumen yang lebih proaktif dalam mencari informasi sebelum melakukan pembelian, menunjukkan bahwa mahasiswi cenderung melakukan riset untuk memperoleh pengalaman terbaik.
Perubahan perilaku ini juga menandakan adanya evolusi dalam budaya konsumsi, di mana teknologi digital dan data menjadi elemen penting dalam pengambilan keputusan konsumen. Dengan mahasiswi lebih sering mempertimbangkan ulasan dan rating, transparansi dan persaingan di antara penyedia layanan makanan semakin meningkat. Hal ini mendorong restoran untuk terus meningkatkan kualitas produk dan layanan mereka, serta mengelola reputasi online secara aktif.
Adaptasi terhadap teknologi digital juga mempengaruhi interaksi antara restoran dan pelanggan. Restoran mungkin perlu meningkatkan layanan pelanggan atau menawarkan promosi yang menarik untuk mendapatkan ulasan positif, menggambarkan pergeseran nilai-nilai konsumsi di mana kepuasan dan pengalaman konsumen menjadi lebih diutamakan. Dengan demikian, fenomena ini tidak hanya mencerminkan perubahan dalam perilaku konsumen, tetapi juga mendorong inovasi dan peningkatan kualitas dalam industri makanan dan layanan.
Gambar 3.
Â
Berdasarkan hasil data kuesioner pada gambar diagram lingkaran di atas yang diisi oleh mahasiswi Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Kota Malang sebanyak 50 responden, terdapat empat faktor utama yang memengaruhi keputusan mahasiswi dalam memilih fast food melalui layanan Go Food. Pertama-tama, sebanyak 38% dari responden memilih fast food karena adanya promo dan diskon.
Hal ini menunjukkan bahwa aspek finansial memegang peranan penting dalam keputusan pembelian mereka, dengan mahasiswi cenderung mencari penawaran terbaik yang dapat menghemat biaya. Selanjutnya, sebanyak 38% lainnya memilih fast food karena kemudahan dalam proses pemesanan. Kemudahan ini menjadi faktor yang sama pentingnya dengan promo dan diskon, menandakan bahwa mahasiswi sangat menghargai pengalaman pengguna yang lancar dan tidak merepotkan. Di sisi lain, sebanyak 16% mahasiswi memilih berdasarkan variasi menu. Meskipun tidak sebesar dua faktor sebelumnya, variasi menu tetap menjadi pertimbangan penting, menunjukkan keinginan mereka untuk memiliki lebih banyak pilihan dalam memilih makanan. Sementara itu, hanya sebanyak 8% dari responden mempertimbangkan kecepatan pengiriman sebagai faktor utama. Meskipun memiliki pengaruh terkecil, namun masih menjadi pertimbangan bagi sebagian mahasiswi yang membutuhkan layanan pengiriman yang cepat.
Dalam konteks budaya konsumsi, data ini mengindikasikan bahwa keputusan pembelian mahasiswi dipengaruhi oleh kombinasi faktor ekonomi dan kepraktisan. Promo dan diskon serta kemudahan pemesanan mendukung gaya hidup yang efisien dan hemat biaya, sementara variasi menu dan kecepatan pengiriman menunjukkan kebutuhan akan fleksibilitas dan kecepatan dalam memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari. Hal ini mencerminkan adaptasi mahasiswi terhadap layanan digital dalam kehidupan sehari-hari, serta mungkin juga menandakan pergeseran dari kebiasaan makan di warung atau restoran ke memesan makanan secara online. Perubahan ini dapat berdampak pada dinamika ekonomi lokal dan strategi bisnis restoran dalam menjawab tuntutan pasar yang semakin digital dan efisien.
Gambar 4.
Berdasarkan hasil data kuesioner pada gambar diagram lingkaran di atas yang diisi oleh mahasiswi Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Kota Malang sebanyak 50 responden, terlihat bahwa mayoritas mahasiswi, sebanyak 61%, menyatakan bahwa mereka puas dengan layanan Go Food. Di sisi lain, 39% sisanya menyatakan netral. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar mahasiswi merasa puas dengan pengalaman menggunakan layanan Go Food.
Hasil dari analisis tersebut menunjukkan bahwa layanan Go Food mendapat penerimaan yang baik di kalangan mahasiswi. Faktor-faktor seperti kemudahan akses, variasi makanan, atau kecepatan pengantaran mungkin menjadi penyebab utama kepuasan mereka terhadap layanan ini. Tingkat kepuasan yang tinggi ini dapat mengindikasikan bahwa layanan pengantaran makanan online, seperti Go Food, telah berhasil memenuhi harapan konsumen, khususnya di kalangan mahasiswi. Fenomena ini juga mencerminkan perubahan dalam gaya hidup mahasiswi yang semakin menekankan pada praktisitas dan efisiensi dalam hal memesan makanan.
Dampak yang lebih dalam dari tingkat kepuasan yang tinggi terhadap layanan Go Food adalah perubahan dalam budaya konsumsi. Layanan ini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari gaya hidup mahasiswi, menandakan adaptasi terhadap teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga bisa menjadi pertanda pergeseran dari kebiasaan makan di warung atau restoran menuju memesan makanan secara online. Perubahan ini tidak hanya berdampak pada ekonomi lokal, tetapi juga pada cara bisnis makanan beroperasi secara keseluruhan.
Analisis Teori The Globalization "Of Nothing" George Ritzer Dalam Menjelaskan Dinamika Perubahan Budaya Konsumsi Mahasiswi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Kota MalangÂ
Terdapat sejumlah teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan dinamika perubahan budaya konsumsi, salah satunya adalah konsep "Globalization of Nothing" yang dikemukakan oleh George Ritzer. Konsep "Globalization of Nothing" menyoroti bagaimana globalisasi tidak hanya membawa perubahan substansial dalam budaya, tetapi juga memperluas apa yang disebut Ritzer sebagai "nihilisme konsumsi" di mana variasi produk dan pengalaman konsumsi menjadi semakin seragam dan homogen di seluruh dunia.
Dalam konteks ini, strategi yang diterapkan oleh GoFood dan restoran fast food memperkuat tren ini dengan menawarkan pengalaman konsumsi yang seragam dan terstandardisasi. Melalui berbagai fitur baru seperti GoFood Plus dan GoFood Turbo, GoFood berusaha untuk meningkatkan pengalaman berkuliner pelanggan dengan memberikan keunggulan tambahan, seperti pengiriman lebih cepat atau akses ke restoran eksklusif. Ini menciptakan pengalaman konsumsi yang seragam di berbagai lokasi, mengurangi variasi dan kompleksitas dalam pengalaman konsumsi. Sementara itu, restoran fast food juga menerapkan strategi serupa dengan fokus pada kualitas layanan yang cepat dan ramah, konsistensi produk, program loyalitas, dan pengalaman positif bagi pelanggan. Dengan menawarkan pengalaman yang serupa di seluruh rantai restoran, restoran fast food menciptakan kesan yang konsisten bagi pelanggan di berbagai tempat. Kerjasama antara restoran fast food dan layanan GoFood juga memperkuat homogenitas pengalaman konsumsi dengan menyediakan layanan pengiriman yang cepat dan kualitas produk yang seragam. Hal ini menunjukkan bagaimana teknologi digital, seperti platform GoFood, berperan dalam memperluas nihilisme konsumsi dengan memperkenalkan standar yang seragam dalam pengalaman berkuliner.
Dalam konteks budaya konsumsi mahasiswi di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Kota Malang, pengaruh strategi ini dapat dilihat dari adaptasi yang tinggi terhadap layanan digital dan kecenderungan untuk mencari kemudahan dan efisiensi dalam memesan makanan. Dengan memilih fast food melalui layanan GoFood, mahasiswi menunjukkan preferensi terhadap pengalaman konsumsi yang seragam dan praktis, sesuai dengan konsep "Globalization of Nothing" yang diusulkan oleh Ritzer. Namun, penting untuk diingat bahwa perubahan budaya konsumsi tidak selalu bersifat homogen, dan masih terdapat variasi dalam preferensi dan perilaku konsumen. Meskipun demikian, pengaruh strategi GoFood dan restoran fast food terhadap budaya konsumsi mahasiswi menunjukkan bagaimana globalisasi dan teknologi digital dapat membentuk pola konsumsi yang seragam dan terstandarisasi di seluruh dunia.
SIMPULANÂ
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pengaruh penjualan fast food melalui layanan Go Food telah mempengaruhi secara signifikan budaya konsumsi mahasiswi di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Kota Malang. Melalui data kuesioner yang diperoleh dari 50 responden, terungkap bahwa sebagian besar mahasiswi telah mengintegrasikan penggunaan layanan pesan-antar makanan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini menunjukkan tingkat adaptasi yang tinggi terhadap teknologi digital, yang mencerminkan transisi menuju gaya hidup yang semakin terkoneksi secara digital.
Penggunaan layanan Go Food oleh mahasiswi tidak hanya mencerminkan aspek praktisitas, tetapi juga menunjukkan pergeseran dalam preferensi konsumsi. Mahasiswi cenderung mencari kepraktisan dan kecepatan dalam memenuhi kebutuhan makanan mereka, sementara faktor-faktor seperti promo, kemudahan pemesanan, variasi menu, dan kecepatan pengiriman menjadi pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan pembelian. Selain itu, penggunaan ulasan dan rating restoran sebagai panduan dalam memilih makanan juga menunjukkan tingkat kesadaran yang tinggi terhadap kualitas produk dan layanan. Mahasiswi cenderung melakukan riset sebelum melakukan pembelian, menunjukkan perilaku konsumen yang proaktif dalam mencari informasi. Terlebih lagi, tingkat kepuasan yang tinggi terhadap layanan Go Food menandakan bahwa layanan pengantaran makanan online telah berhasil memenuhi harapan konsumen, serta telah menjaadi bagian integral dari pola hidup mahasiswi. Hal ini menunjukkan adaptasi terhadap teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari, serta pergeseran dari kebiasaan makan di warung atau restoran ke memesan makanan secara online.
Dalam konteks teori "Globalization of Nothing" yang dikemukakan oleh George Ritzer, dapat dilihat bahwa strategi yang diterapkan oleh Go Food dan restoran fast food memperkuat tren homogenisasi dalam pengalaman konsumsi. Melalui penawaran pengalaman konsumsi yang seragam dan terstandardisasi, baik Go Food maupun restoran fast food menciptakan kesan yang konsisten bagi pelanggan di berbagai tempat. Hal ini mencerminkan bagaimana globalisasi dan teknologi digital dapat membentuk pola konsumsi yang seragam dan terstandarisasi di seluruh dunia. Namun, penting untuk diingat bahwa perubahan budaya konsumsi tidak selalu bersifat homogen, dan masih terdapat variasi dalam preferensi dan perilaku konsumen. Meskipun demikian, pengaruh strategi Go Food dan restoran fast food terhadap budaya konsumsi mahasiswi menunjukkan bagaimana globalisasi dan teknologi digital telah membentuk pola konsumsi yang seragam dan terstandarisasi di era modern saat ini.
REFERENSI
Afwa Magfhirah Saleh, F. U. (2022). Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Menggunakan Aplikasi Go-Jek Fitur Go-Food (Studi Pada Mahasiswa). http://eprints.unm.ac.id/19620/1/jurnal%20Afwa%20Magfhira-dikonversi.pdf
Azhar. (2020). Konsep dan Teori Globalisasi. http://repository.radenintan.ac.id/1356/15/13._AZHAR_BAB_II_edit_new.pdf, 1.
Candra Kusuma, E. W. (2021). Pengaruh Motivasi Intrinsik Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Generasi Z Di Bandar Lampung. http://repository.teknokrat.ac.id/3459/, 6-7.
Laylya, A. (2023). Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Nasabah PT Bank BCA Cabang Cikampek. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia. https://repository.upi.edu/87406/, 32-35.
Pip Jonesbradbrury, Shaun Le BoutillierLiza. (2016). Pengantar Teori - Teori Sosiologi PIP . jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia .
IndrawatiBudi. (2021). Analisis Kualitas Layanan dan Kepercayaan Terhadap Kepuasan Konsumen yang Berimplikasi pada Loyalitas Pelanggan Gofood di Kota Bekasi. www.researchgate.net.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI